Para suster yang terkasih triduum menjelang pesta Kongregasi kali ini bertepatan dengan beberapa persiapan kita untuk merayakan moment-moment penting antara lain;Kapitel Umum KKS ke IX,Sinode para Uskup dan persiapan perayaan tahun syukur 100 tahun kemandirian keuskupan Pangkalpinang.Jika kita mendalami modul-modul persiapan acara-acara tersebut ada satu kesatuan yang menunjukkan bagaimana upaya kita dalam berpartisipasi untuk mengembangkan misi yang perlu dilaksanakan oleh umat beriman maupun kelompok hidup religius.Tema Triduum kita:Mengembangkan Kesatuan Untuk Misi Melalui Partisipasi dengan Meneladan Keluarga Kudus Nasaret.

Dengan tema ini memampukan kita semua untuk semakin mendalami kesatuan kita dalam melaksanakan misi.Saya menganalogikan “Kesatuan” sebagai suatu perkumpulan dimana semua orang berada dalam satu lingkaran yang satu dan sama. Lingkaran tersebut yang menyatukan mereka satu sama lain dan mereka masing-masing memiliki komitmen untuk tetap bersatu dalam satu lingkaran.Mereka saling membangun satu sama lain,mereka berjalan beringan untuk melksanakan misi bersama.

Identitas Religius

Dalam Vita Consecrata dari Paus Yohanes II meletakkan dasar identitas religius pada  tiga fondasi dasar,yang melambangkan tiga lapisan panggilan dan perutusan religius:

Pertama : Spiritualitas .Seorang religius pada tempat yang pertama adalah orang yang menyatakan iman dan relasi dengan Allah Tritunggal.Panggilan berbicara tentang ikut serta dalam rencana kehendak Allah.Oleh karena itu yang menjadi dasar utama adalah relasi bukan pekerjaan.Relasi tersebut adalah relasi dengan Allah.Oleh karena itu seorang religius adalah orang yang dipanggil dan diutus Allah.Tentang ini kemudian Vita Consecrata berbicara tentang kenyataan dasar panggilan dan perutusan religius sebagai tanda nyata akan Kristus di tengah dunia ini.Dia dipanggil dan diutus untuk menjadikan kehadiran kasih Allah yang menyelematkan sungguh nyata dan ada di tengah-tengah realitas hidup sehari-hari.Oleh karena itu hidup rohani berada di tempat pertama dan utama pada panggilan religius.Maka tidak bisa dilestarikan dan dikembangkan hanya dengan sarana dan upaya manusiwi belaka.Rahmat tetap adalah yang paling mendasar.Maka segala sarana-sarana yang semakin mendekatkan diri pada Allah adalah sarana yang paling utama.Yang pertama adalah yang paling bantiniah, dan dari situ akan mengalir yang lahiriah.

Kedua : Hidup Komunitas:Di tengah kenyataan budaya individulistik dan narsistik seperti dewasa ini,semakin dirasakan bahwa hidup berkomunitas adalah suatu tantangan berat, namun disisi lain juga hidup berkomunitas adalah kesaksian yang paling dibutuhkan.Pada tahun 1994 Kongregasi religius Vatikan mengeluarkan dokumen tentang hidup berkomunitas di dalam dokumen tersebut diperlihatkan tentang tantangan sekaligus penting mendesaknya membangun hidup berkomunitas sebagai kesaksian profetik kaum religius dewasa ini. Kebutuhan untuk membangun “Spirituality of communion’” merupakan kenyataan.Panggilan tersebut memuat kesediaan untuk membangun persaudaraan kasih yang berakar pada communion Trinitas, karena ikut serta dalam kesatuan Allah Tritunggal itulah maka terwujudlah salah satu perubahan relasi insani dan terciptalah solidaritas sejati.Kaum religius memang adalah mereka yang membaktikan diri kepada Allah.Hal itu menjadi dasar kesaksian panggilan bagi daya rekonsiliasi untuk dunia yang terpecah ini.

Panggilan senantiasa memuat ajakan untuk membangun persaudaraan atau persekutuan.Efektivitas perutusanpun senantiasa ditempatkan dalam konteks persaudaraan komuniter,semakin efektif pelayanan jika dilaksanakan atau diwujudkan lewat dan dalam persekutuan,dalam komunitas.Komunitas adalah rahmat,Tuhan sendirilah yang mengumpulkan, karena di dalamnya diharapkan terwujud dan terjalin pengalaman akan Allah.Dalam komunitas diharapkan tumbuh ruang persaudaraan,tempat orang belajar untuk mencintai dan dicintai.Kesemuanya itu ditempatkan dalam konteks dunia yang ditandai dengan perpecahan, pertarungan kepentingan,individualis,kebebasan palsu ataupun kecenderungan untuk menghakimi atau menyingkirkan yang lain,apalagi yang berbeda.Budaya dialog justru hendak dibangun di dalamnya,bahwa hidup bersama dalam perbedaan adalah mungkin,malahan semakin dibutuhkan.Komunitas religius yang demikian dipanggil untuk mewujudkan pelayanan rekonsiliasi, memperdamaikan segala yang terpecah atau terpisah dalam dunia kehidupan.

Ketiga :Kerasulan (Misi).Paus Fransiskus dalam surat apostoliknya kepada semua yang dikuduskan pada kesempatan tahun Hidup Bakti 2015 yang lalu.Dalam perayaan tahun hidup bakti:menggugat kesetiaan kita kepada misi yang dipercayakan kepada kita.Apakah pelayanan kita,pekerjaan kita,kehadiran kita berdasarkan apa yang dikehendaki Roh Kudus kepada para Pendiri yakni ketepatan dalam menyikapi persoalan masyarakat dan Gereja saat ini?Adakah sesuatu yang harus kita ubah?Adakah kita memiliki semangat yang sama untuk umat yang kita hadapi,dekat dengan mereka,berbagi suka duka sehingga benar-benar memahami kebutuhan dan dapat menawarkan bantuan yang tepat?.Kemurahan hati tidak mementingkan diri sendiri.

Sebagaimana diminta oleh St.Yohanes Paulus II: Perlu terus menerus menghidupi karisma Pendiri dengan kekuatan Roh yang sama,memperkaya diri dan beradaptasi tanpa kehilangan karakter asli mereka,dalam rangka melayani Gereja dan membawa kepenuhan perwujudan Kerajaan-Nya. Para pendiri sesungguhnya terpesona oleh kesatuan dan persekutuan dua belas Rasul disekitar Yesus,yang kemudian merintis komunitas pertama di Yerusalem.Untuk menggerakkan kehidupan mereka pewartaan Injil.Mereka bersatu hati,satu pikiran,untuk menikmati kehadiran Tuhan.Kita para religius merupakan ahli dalam persekutuan kita menghadirkan diri dengan keberanian dimana ada perbedaan dan ketegangan, dan hendaknya kita menjadi tanda percaya kehadiran Roh yang menyemati hati,sebab sesungguhnya semua adalah satu (Yoh 17:21)

Kita kaum religius orang-orang yang dikuduskan,kita telah ditetapkan sebagai “Pelaku Persekutuan” bahwa spiritualitas persekutuan yang ditegaskan oleh St.Yohanes Paulus II ”Kita religius merupakan baris terdepan dalam menerima dan memahami tantangan besar di depan kita.Maka perlu menumbuhkan persekutuan dan persaudaraan dalam berelasi dengan orang lain.

Persekutuan ditumbuhkan terutama diseluruh komunitas dan institusi.Paus Fransiskus menegaskan bahwa: kiritik, gosip,irihati, cemburu antagonis adalah sikap-sikap yang tidak memiliki hak untuk hidup di rumah kita.Tetapi pastikan peluang ini yakni jalan amal,yang membuka kepada kita sesuatu yang tidak terbatas,karena dilaksanakan dengan keramah tamahan dan saling memperhatikan, mempraktekan komunitas yang berlimpah kebaikan materil dan spiritual, koreksi persaudaraan,penghargaan terhadap pribadi yang paling lemah.Inilah yang disebut dengan “mistik hidup bersama” yang menjadikan hidup kita “suatu ziarah suci”.

Paus Fransiskus juga mengharapkan agar bertumbuh juga persekutuan-persekutuan antara anggota dari institusi yang berbeda.Karena tak seorangpun dapat membangun masa depan dalam kesendirian atau dengan kekuatannya sendiri,tetapi juga mengakui kekuatan dari persekutuan lain.serta membuka pertemuan,dialog,mendengarkan,saling membantu dan melindungi dari penyakit ingat diri.Para religius dipanggil untuk merintis sinergi sejati antara semua panggilan dalam Gereja,mulai dari imam dan orang awam,agar “tumbuhlah spiritualitas persekutuan,pertama-pertama dalam kehidupan internal mereka dan kemudian dalam komunitas gereja dan mereka yang berada di luar.

Paus Fransiskus kembali mengatakan:”para religius untuk keluar dari diri sendiri dan pergi ke pinggiran-pinggiran kota yang nyata.”Pergilah ke seluruh dunia”.Adalah kata terakhir  yang Yesus katakana kepada para rasul-Nya,hingga saat ini masih terus berbicara kepada kita semua (Mark 16:15).Ada suatu realitas kemanusiaan yang tengah menunggu:orang-orang yang telah kehilangan semua harapan,keluarga bermasalah,anak terlantar,orang muda yang terhalang masa depannya,orang sakit dan tua yang ditinggalkan,mereka yang kaya barang tetapi kosong hati,pria dan wanita yang mencari makna hidup,yang haus akan keilahian.

Para religius diminta Paus Fransiskus untuk pergi keluar untuk membantu orang lain memecahkan masalah mereka dan menyampaikan kabar baik,kita akan menemukan hidup yang memberikan kehidupan,harap yang memberikan pengharapan,cinta dengan mencintai.Kita diminta oleh Paus untuk melaksanakan gerakan konkrit:menerima pengungsi,kedekatan kepada orang miskin,kreativitas dalam katekese untuk mewartakan injil,dan karya-karya kepada orang-orang yang sangat membutuhkan.Selain itu misi kita adalah menyambut dan menemani mereka yang mencari kehidupan spiritual yang lebih intens  ataupun yang membutuhkan dukungan moral maupun materi.

Seiring dengan apa yang diharapkan Paus Fransiskus, kita bergegas mengembangkan hidup komunitas  yang memberi harapan bagi keluaga-keluarga di mana pun kita berada. Sebagaimana diharapkan oleh Bapa Pendiri yang memiliki visi yang jelas tentang keluarga. Kita semua diajak membawa masuk semangat Keluarga Kudus kepada keluarga-keluarga.* Lusie

PS : Bahan tridium KKS