Renungan  Harian

SENIN, PEKAN BIASA XXVII
Yun 1:1-17; 2:10; Luk 10:25-37

Kisah tentang Yunus amat menarik. Pada kisah ini, kita menemukan pernyataan tegas tentang siapakah Allah yang kita imani. Allah ialah yang empunya langit, yang menjadikan laut dan daratan. Ia adalah Allah yang penuh kerahiman dan kasih setia bagi semua bangsa. Namun, Yunus sang nabi justru menolak keyakinan itu. Yunus bahkan melarikan diri dari tugas perutusan yang diembankan oleh Allah kepadanya. Pelarian itu terjadi karena Yunus tidak mau menyampaikan seruan pertobatan kepada kepada penduduk Niniwe, ibu kota Asyur yang sangat dibenci oleh oleh orang-orang Israel. Kebencian itu terjadi karena Israel pernah dikalahkan oleh Asyur. Pemimpin dan orang-orang Israel ditawan serta dibuang sebagai budak.

Kisah tentang orang Samaria memberikan gambaran tentang pemuridan Kristen, yaitu kasih kepada sesama (pelayanan) dan kasih kepada Allah (doa). Keduanya merupakan paduan jalan kepada kehidupan kekal seperti yang ditanyakan oleh ahli Taurat. Kisah tentang orang Samaria dimaksudkan untuk menentang pola pikir yang salah tetapi diterima begitu saja. Orang orang Samaria dicemoohkan oleh orang-orang Yahudi karena dianggap atau dipandang memiliki iman yang tidak sejati. Tetapi justru mereka melakukan pelayanan kasih yang dihindari oleh pemimpin agama Yahudi.

Refleksi kita
Apakah aku sungguh mengalami dan mengimani Allah sebagai yang penuh kerahiman dan kasih setia? Dalam hal apa saja? Sejauh mana aku telah mewujudkan kasih setia dan kerahiman Allah itu bagi orang lain di dalam hidupku? Apa wujud konkretnya?
Mari menimba dan melakukan pelayanan kasih setia dan kerahiman Allah kepada sesama kita. Tuhan memberkati.( RD AMT)