JUMAT, PESTA YESUS DIPERSEMBAHKAN DI BAIT ALLAH
Mal 3:1-4 atau Ibr 2:14-18; Mzm 24:7.8.9.10; Luk 2:22-40 (panjang) atau Luk 2:22-32 (Singkat).
Kitab nabi Maleakhi membeberkan nubuat mengenai kedatangan Allah: “Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya”. Nubuat tersebut digemakan oleh sang nabi di saat Israel sebagai umat terpilih mengalami kekecewaan, krisis iman dan kemunduran para imam. Situasi ini dialami setelah mereka kembali dari pembuangan dan menemukan kenyataan bahwa apa yang mereka harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Bahkan Allah yang mereka imani seakan-akan berdiam diri. Namun sang nabi justru menggambarkan bahwa kedatangan Allah seperti orang yang memurnikan, mentahirkan, menyucikan supaya orang-orang yang dimurnikan, ditahirkan, dan disucikan itu dapat mempersembahkan kurban yang benar kepada Allah, kurban yang akan menyenangkan hati Allah.
Nubuat nabi Maleakhi digenapkan dalam diri dan peristiwa Yesus. Allah yang dinubuatkan masuk ke Bait-Nya benar-benar terwujud dalam diri seorang bayi, yaitu bayi Yesus. Berkat penerangan dan tuntunan Roh Kudus Simeon dan Hana mampu membuka diri dan dapat melihat bayi Yesus sebagai keselamatan yang telah disediakan Allah di hadapan segala bangsa. Yesus itulah terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan kemuliaan bagi umat Allah.
Hari ini adalah pesta persembahan, pesta cahaya, dan pesta perjumpaan. Yesus dipersembahkan sebagai kurban yang menjadi cahaya bagi setiap orang beriman, dan sebagai cahaya Yesus menjadi perjumpaan setiap orang dengan Tuhan Allah yang diimani. Ia menyediakan diri-Nya untuk mewujudkan gairah cinta kasih Allah. Ia mempersembahkan diri-Nya menjadi daya kasih Allah bagi setiap manusia.
Pesta ini menjadi gambaran misteri Paskah. Misteri Kristus menjadi cahaya yang menyinari setiap orang. Sebab setiap orang dituntun kepada cahaya abadi. Karena itu pesta ini juga menjadi pesta sukacita perjumpaan. Sebab setiap orang berjumpa dengan cahaya hidup sejati. Setiap orang diundang untuk datang menjumpai cahaya kasih Ilahi Allah dan menjadi cahaya kasih Ilahi bagi sesama.
Sejauh mana aku telah menjadikan diriku dan hidupku sebagai sebuah persembahan bagi Allah? Apakah aku telah menjadi cahaya kasih Allah bagi orang-orang di sekitarku?
Mari dengan sukacita menjadi cahaya Tuhan yang diubah dalam daya api kasih ilahi Allah, bukan hanya menikmati cahaya kasih Allah, tetapi menjadi cahaya kasih Allah bagi setiap orang yang kita jumpai.
Tuhan memberkati. ( RD AMT)
Recent Comments