Renungan Harian

SABTU, PEKAN BIASA XXX
PERINGATAN WAJIB ST. KAROLUS BOROMEUS, USKUP
Rm 11:1-2a,11-12,25-29; Luk 14:1,7-11
Ketika Yesus diundang untuk makan di rumah seorang pemimpin orang-orang Farisi, Ia melihat tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat terhormat. Berdasarkan pada pengamatan tersebut, melalui perumpamaan tentang undangan ke pesta perkawinan Yesus mengingatkan mereka akan sebuah prinsip penting, yaitu “barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Melalui prinsip itu Yesus mengingatkan bahwa peninggian diri hendaknya jangan dicari-cari, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Peninggian diri adalah wujud kesombongan untuk mencari kehormatan duniawi. Tempat dan kedudukan serta jabatan seseorang memang bisa menunjukkan mutu dan harga diri serta gengsi seseorang. Tetapi Yesus juga menyadarkan bahwa mutu dan harga diri serta gengsi seseorang tidak hanya tergantung pada tempat, kedudukan dan jabatan seseorang. Ada sesuatu yang lebih penting lagi dari itu, yaitu motivasi di dalam batin yang menentukan sikap dan tindakan seseorang. Bagi Yesus kesederhanaan dan kerendahan hati adalah sikap batin yang menuntun seseorang untuk tetap sadar dan tahu menempatkan dirinya di hadapan Allah dan sesamanya. Hal inilah yang menentukan mutu dan harga diri serta gengsi seseorang yang tampak dalam penampilan dan perilaku seseorang.

Paulus menyadari sungguh bahwa sebagai bangsa pilihan Allah, Israel telah menolak tawaran keselamatan dari Allah. Lalu, apakah selamanya Allah juga akan menolak mereka? Melalui permenungan imannya, Paulus menyingkapkan rahasia yang amat dalam yaitu bahwa Allah yang penuh kasih dan kesetiaan tidak akan pernah menolak siapa pun. “Sebab, Allah tidak pernah menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya”. Persoalannya ialah apakah setiap orang mau membuka pintu ruang batinnya bagi kasih karunia dan panggilan Allah itu?

Dalam usia yang amat muda Karolus diangkat menjadi seorang Kardinal dan akhirnya menjadi Uskup Agung Milano. Walau usia masih muda, ia merupakan tokoh Gereja yang sangat handal. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menangkal sepak terjang pengaruh Protestan. Ia dikenal sebagai salah satu pemeran penting dalam Konsili Trente. Ia giat mewujudkan pembaruan Gereja. Pengaruhya tidak hanya terbatas di wilayah keuskupannya saja. Namun ia juga harus berhadapan dengan berbagai musuh yang menentangnya. Walau demikian, iman dan ketabahannya membuat dia berdiri teguh dalam prinsip imannya. Ia wafat pada tanggal 3 November 1584.
Seperti apa mutu, harga diri serta gengsi diriku sebagai orang beriman? Bagaimana aku telah menata motivasi batinku untuk menghayati kesederhanaan dan kerendahan hatiku sebagai orang beriman? Apakah aku sungguh sadar dan tahu menempatkan diriku sebagai orang beriman di hadapan Allah dan sesamaku? Sejauh mana aku telah membuka pintu ruang batinku bagi kasih karunia dan panggilan Allah bagi diri dan hidupku?
Mari meneladani St. Karolus menyadari diri sebagai orang beriman, membuka pintu ruang batin kita bagi kasih karunia dan panggilan Allah untuk menghayati kesederhanaan dan kerendahan hati yang menjadi mutu, gengsi, harga diri kita sebagai orang beriman.
Tuhan memberkati.