MINGGU BIASA XXIX
MINGGU MISI
Yes 53:10-11; Mzm 33:4-5,18-19,20,22; Ibr 4:14-16; Mrk 10:35-45

Madah keempat Hamba Yahwe menegaskan bahwa sang Hamba Allah itu tidak luput dari penderitaan. Bahkan Allah sendiri berkehendak menghacurkan dia dengan sengsara. Penderitaan adalah jalan untuk menguji kesetiaan dan keteguhan sang Hamba. Penderitaan yang diterima dengan ikhlas menjadi sarana terlaksananya kehendak Allah yang menyelamatkan. Kesetiaan dan keteguhan sang Hamba akan menjadikan dirinya sebagai orang benar. Sebagai orang benar ia akan menjadi rahmat dan berkat bagi banyak orang.

Yesus menyatakan nubuat terakhir tentang penderitaan-Nya. Amat menarik bahwa berhadapan dengan nubuat tersebut dua murid yang begitu dekat dengan Yesus, yaitu Yohanes dan Yakobus justru meminta kedudukan istimewa. Mereka salah mengerti tentang apa yang dikatakan oleh Yesus. Melalui kisah ini, setiap orang beriman disadarkan bahwa cinta diri merupakan sikap yang bukan murid sejati. Sikap ini akan tetap merong-rong dan menantang setiap orang beriman. Oleh karena itu, dalam keadaan seperti ini setiap orang beriman diajak untuk mencontoh Yesus: “menjadi yang pertama dan terbesar untuk melayani semua orang”. Yesus menegaskan: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Oleh karena itu setiap orang beriman dituntut untuk berani mengorbankan diri, melayani setiap orang sebagai prioritas tindakan. Sebab, pelayanan kepada sesama dalam sikap pengorbanan diri karena cinta kasih yang tulus ikhlas adalah jalan kemuliaan setiap orang beriman, setiap murid Yesus.

Yesus adalah Imam Agung bagi setiap orang beriman, karena Ia telah menempuh jalan kerendahan hati dan penderitaan. Walaupun Putera Allah, Ia telah merendahkan diri. Sebagai manusia Ia telah sepenuhnya bersedia melayani setiap orang. Kesediaan-Nya itu membuat dia mampu mengatasi segala cobaan dan penderitaan sampai mati di kayu salib. Karena kerelaan Yesus itulah kita kita berani menghampiri takhta kerahiman Allah, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan pada waktunya.

Sebagai orang beriman, bagaimana sikapku berhadapan dengan segala cobaan dan penderitaan? Apakah aku tetap teguh dan setia pada imanku? Apakah aku bersedia melayani orang lain sekalipun aku sendiri mengalami penderitaan? Apakah aku berani mengorbankan diriku dengan tulus ikhlas demi melayani orang lain?

Mari, sebagai orang beriman kita berani mengorbankan diriku dengan tulus ikhlas demi melayani orang lain. Mari berani menghampiri takhta kerahiman Allah, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan pada waktunya sebagai hamba Allah guna melayani semua orang.
Tuhan memberkati. *RD AMT