Sharing renungan  BHSF 1568 – 1570

Ayat BHSF yang berkesan

BHSF 1568 :  O Yesusku, aku percaya akan kata-kata-Mu, dan aku tidak lagi memiliki keragu-raguan sedikit pun mengenai hal ini  karena dalam percakapan dengan Muder Superior, ia pun menyuruhku untuk menulis tentang kerahiman-Mu. (1568)

BHSF  1568 :  Penegasan itu amat sangat sesuai dengan permintaan-Mu. O Yesusku, sekarang aku tahu bahwa kalau Engkau meminta sesuatu dari suatu jiwa, Engkau juga mengilhami para superior untuk mengizinkan kami memenuhi permintaan-Mu  meskipun kadang-kadang terjadi bahwa tidak seketika itu juga kami mendapat izin, dan kesabaran kami sering kali diuji…

Relevan KS:

Markus 9 :24 :  Segera ayah anak itu berteriak: ”Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”

Markus 11 : 22 : Yesus menjawab mereka: “Percayalah kepada Allah!

Relevan BHSF:

BHSF 595  : Allah tidak senang dengan sikap kurang percaya kepada-Nya, dan inilah sebabnya banyak jiwa kehilangan banyak rahmat. Ketidakpercayaan melukai Hati-Nya yang teramat manis, yang penuh kebaikan dan kasih yang tak terselami kepada kita.

BHSF  1418  : Aku percaya bahwa Engkau akan memenuhinya di dalam diriku dengan cara yang Kauanggap paling cocok.

Sharing Renungan

Menjadi seorang yang sungguh-sungguh beriman dan menghidupi imannya secara radikal seperti Faustina memang tidak mudah. Merelakan diri dipakai Allah sekehendak hati-Nya juga tidak mudah dalam realita. Semua butuh iman dan cinta.

Faustina percaya dan taat pada apa yang dikehendaki Yesus darinya: menulis tentang Kerahiman Ilahi. Faustina sadar, hanya dipakai sebagai pena  Yesus. Yesus yang menginspirasi, Faustina yang menulis. Tidak sekedar menulis tapi Faustina menyaksikan, merasakan, melihat dan mengalami sendiri kerahiman Allah yang luar biasa dalam hidupnya. Setiap untaian kata adalah hidupnya, adalah kisah kasih Allah yang maha rahim dengan jiwanya yang papa.

Merenung BHSF 1568 ini, mengingatkan saya untuk semakin percaya tanpa ragu-ragu terutama dalam hal – hal sederhana sehari-hari. Percaya dan taat. Taat dan siap sedia melakukan. Melakukan dengan cinta dan keberanian.Berani memulai dengan keyakinan Allah akan ikut serta berproses di dalamnya bahkan menyelesaikannya. Percaya, ada bagian yang harus kulakukan dengan giat dan tekun. Percaya ada bagian Tuhan dalam tata kebijaksanaan-Nya.

Kadang, lebih mudah bagi saya untuk meyakini, mempercayai hal-hal besar.Lebih memilih menghindar  dengan berbagai alasan. Tidak mampu, tidak ada waktu, tidak berbakat. Terlalu banyak alasan yang kadang hanya merupakan ungkapan halus dari penolakan terhadap apa yang dikehendaki Allah.Kadang terlalu melihat kekurangan diri  dan memberi ruang terlalu lebar pada rasa  takut  dan enggan mencoba serta malas untuk belajar. Gelisah, cemas, buat perhitungan dan berbagai rasa kecil yang dipelihara, yang tidak akan pernah membantu saya untuk keluar dari keegoisan diri dan belajar mengandalkan Allah secara lebih penuh dengan sikap iman yang lebih dewasa.

Faustina memberikan teladan iman dan kasih yang besar kepada Allah.Percaya sungguh-sungguh akan setiap perkataan Yesus. Percaya bahwa jika Yesus menghendaki, maka Yesus sendiri juga yang akan menolong, bahkan mengatur semuanya dengan lebih baik sesuai kehendak-Nya.Selama saya belum sungguh-sungguh percaya, saya  pun belum  sungguh-sungguh merasakan secara personal  bagaimana rasanya mengandalkan Allah dalam realita hidup.

Dalam banyak hal, terutama dalam hal-hal kecil dan sangat sederhana Faustina belajar percaya, belajar selalu mempercayai Allah dan mempercayakan dirinya, hidupnya, karyanya sepenuhnya pada Allah.Untuk menulis tentang Kerahiman Allah, Faustina percaya itu kehendak Allah. Faustina memulainya dalam diam dan tersembunyi dalam biara yang tertutup. Allah sendiri dengan cara-Nya yang istimewa, pada saat yang tepat,  telah melengkapi semuanya untuk menebar kasih-Nya.

Saya merenung, andaikan kita masing-masing, merasa dipilih Allah untuk menebar kasih kerahiman-Nya dengan keyakinan diri  dan  percaya sungguh-sungguh, pasti Kerahiman Ilahi semakin luas tersebar di sekitar kita setiap saat di mana pun kita berada. Entah dengan menulis, merenung, sekedar share di media sosial, membaca, syering kepada sesama,  bahkan tekun  berdoa apalagi dengan tindakan yang nyata, betapa semakin banyak jiwa memuliakan kerahiman Allah dan memperoleh rahmat yang tiada tara.

Saya meyakini, sesederhana apa pun, asal aku melakukan dengan cinta dan rasa hormat yang besar dan kepercayaan  penuh akan kuasa Allah, yang akan melengkapi dan menyempurnakan, pasti semua kita bisa. Sebab bukan karena kita mampu, tapi karena Allah sendiri yang memampukan. Dia andalan kita.

Refleksi

❣Sebagai pembaca setia renungan harian BHSF, apa yang saya lakukan untuk menyebar devosi Kerahiman Ilahi?

❣Apakah saya selalu mempercayai setiap pengalaman iman Faustina dalam BHSF ini?

❣Apa aksi nyata dalam Masa Prapaskah ini dalam kaitan dengan devosi Kerahiman Ilahi?

Doa

Tuhanku dan Allahku, aku percaya pada-Mu. Aku bersyukur atas cinta kasih-Mu yang berlimpah dalam hidupku.

✍️ Sr. Hedwilda Martine KKS