SENIN, PEKAN BIASA XXVI
PERINGATAN WAJIB ST. HIERONIMUS, IMAM DAN PUJANGGA GEREJA
Ayb 1:6-22; Mzm 17:1.2-3.6-7; Luk 9:46-50

Ayub adalah seorang yang bukan berasal dari bangsa Israel. Namun ia menjadi contoh orang yang hidup saleh dan penuh keutamaan. Sikapnya yang takut akan Allah dilakoninya bukan sebagai seorang budak, namun lebih sebagai jawaban ketaatan dalam iman. Sikap ini ditunjukkan walau ia harus berhadapan dengan empat bencana tragis yang menimpanya. Dengan tindakan yang dramatis, ia menunjukkan ketaatan total dalam imannya akan Allah. Ia bahkan penuh harapan memuji Allah. Ia berserah diri seutuhnya pada rencana dan penyelenggaraan Allah. Ia sama sekali tidak memalukan Allah yang diimaninya.

Secara amat tegas Yesus menunjukkan bahwa penilaian dari dunia berbeda dengan penilaian Allah. Apa yang dianggap kecil dan tidak berdaya di mata dunia ternyata mempunyai nilai dan makna istimewa di hadapan Allah. Oleh karena itu, setiap orang diajak untuk tetap setia dan tekun melaksanakan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Untuk hal itu, sikap iri dan cemburu harus ditiadakan. Sebab, sikap-sikap tersebut membengkokkan seseorang dari rencana dan penyelenggaraan Allah serta mematikan anugerah-anugerah baik yang telah diberikan oleh Allah.

Hieronimus lahir dan dididik dalam keluarga yang saleh. Namun, ketika ia belajar di kota Roma, hidupnya sangat terpengaruh oleh cara hidup yang tidak tertib di sekitarnya. Untunglah bahwa ia lekas sadar dan bertobat dari cara hidupnya itu. Ia bahkan mewujudkan kesadaran dan pertobatan itu secara sungguh dan radikal. Ia sungguh-sungguh meningkatkan hidup rohaninya. Ia bertumbuh dalam hidup iman. Karena kecakapannya dalam Bahasa Latin, Yunani dan Ibrani, ia kemudian ditugaskan oleh Paus Damasus untuk membuat terjemahan baru KS dalam Bahasa Latin. Ia juga adalah pembela iman yang sangat gigih dari rong-rongan para bidaah. Ia mendirikan beberapa biara. Ia kemudian wafat pada tahun 420. Ia dinyatakan oleh Gereja sebagai orang kudus dan pujangga Gereja.

Apakah aku berani berpasrah seutuhnya kepada rencana dan penyelenggaraan Allah bagi hidupku? Berhadapan dengan berbagai penderitaan, rintangan dan pencobaan; apakah aku tetap tekun dan setia menghayati imanku? Apakah aku tetap setia dan tekun melaksanakan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadaku?
Mari meneladani St. Hieronimus berani berpasrah seutuhnya kepada rencana dan penyelenggaraan Allah bagi hidup kita. Mari membangun kesetiaan iman kita pada Allah yang kita imani. Mari aku tetap setia dan tekun melaksanakan apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kita.
Tuhan memberkati. *RD AMT