Dalam Konstitusi nomor 7 tertulis : “Maria taat pada kehendak Allah melalui pewartaan malaikat, Yusuf taat kepada kehendak Allah melalui mimpi, dan Yesus taat kepada kehendak Bapa dalam tugas perutusan-Nya.”
Tentang Yesus, “Allah menjadi manusia” itulah hal pertama yang mesti ada dalam pikiran dan hati kita. Dengan berada, hadir sebagai manusia, Yesus menyelamatkan kita. Dia Tuhan yang menjadi manusia. Maka bolehlah kita katakan, kehendak Allah yang sangat khusus bagi Yesus adalah “menjadi manusia”. Selama hidup-Nya sebagai manusia, Yesus dalam segala hal sama dengan manusia kecuali Ia tidak berbuat dosa. “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu daya tidak ada dalam mulut-Nya. 1 Petrus 2 : 22. Ia taat pada orang tua-Nya, Ia merasakan apa yang dirasakan manusia. Ia menikmati apa yang dinikmati manusia: air, udara. Ia makan dan minum, bekerja dan tidur. Ia belajar dan bermain. Ia membaca ( Luk 4 :16) dan menulis( Yoh 8:6). Ia bergaul dengan orang banyak.Ia menikmati alam. Ia mengikuti seluruh tata hidup dan pola hidup manusia umumnya seperti yang dialami-Nya di rumah keluarga Kudus di Nasaret. Ia juga mengalami saat-saat susah, bahkan sejak masa kecil-Nya dalam pengusian ke Mesir. Ia mengalami menjadi sasaran kebencian pemuka agama, menjadi sasaran target untuk dibunuh. Ia menghadiri pesta ( Yoh 2 : 1-11), hari raya keagamaan (Luk 2 :41-52). Ia juga tertawa bahagia, juga menangis dan bersedih. Ia pernah marah ( Mrk 10 :14). Ia dicobai Iblis. ( Luk 4 : 1-13).Ia berdoa dalam berbagai kesempatan. Ia mengajar, menolong dan menyembuhkan orang sakit, mengusir setan. Sebagai seorang manusia, secara penuh Yesus mengalami tumbuh kembang seperti manusia biasa, namun dalam asuhan penuh kasih sayang Maria dan Yosef yang hanya menginginkan kehendak Allah saja terjadi atas diri mereka, maka demikian pula dalam diri Yesus kecil, telah tumbuh bersama dengan perkembangan fisiknya, kerinduan untuk selalu melakukan kehendak Bapa dengan sempurna dan total.
Yang paling nyata disebutkan dalam Kitab Suci, Yesus adalah seorang manusia yang berkeliling sambil berbuat baik ( Kisra 10 : 38). “ yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai iblis, sebab Allah menyertai Dia.” Proses misi keselamatan tidak serta-merta, tetapi cukup lama. Selama 30 tahun Yesus hidup sebagai orang biasa, bekerja sebagai tukang kayu seperti ayah-Nya. Ia tahu dengan baik rasa perasaan seorang manusia dengan segala kebutuhan dan keinginan, pergumulan hidup, cobaan dan godaan. Ia mengetahui dari pengalaman-Nya sendiri, dengan melihat, mendengar, bahkan mengalami dalam keterlibatan hidup-Nya bersama orang lain. Hanya kurang lebih 3 tahun saja, Ia tampil di hadapan umum untuk misi keselamatan-Nya dengan ‘preaching( memberitakan Injil KA), teaching ( mengajar) dan healing ( menyembuhkan). Sesudahnya, Ia ditolak, diadili dan dijatuhi hukuman mati, disalibkan, wafat di kayu Salib namun sesudah 3 hari Ia bangkit.
Seperti inilah Yesus melakukan kehendak Bapa bagi-Nya. “Yesus taat pada kehendak Bapa dalam tugas perutusan-Nya.(konst.7). Perutusan-Nya bukan hanya mengajar, menyembuhkan dan memberitakan Firman pada waktu 3 tahun di tampil di hadapan umum. Tetapi perutusan-Nya menyatu dalam seluruh peristiwa hidup-Nya sejak lahir sampai wafat. Ketaatan yang dihayati Yesus terhadap Maria dan Yusuf semasa kecil dan masa muda-Nya,semakin mendorong-Nya ke arah penyerahan Diri yang semakin total dan sempurna sampai di kayu Salib dalam kerangka perwujudan kehendak Allah(bdk.Konst no.49).
Ketaatan pada kehendak Bapa berproses terutama saat akhir terutama di Getsemani, adalah saat pergumulan yang hebat. Pilihan terberat untuk melaksanakan kehendak Allah atau membiarkan piala penderitaan berlalu. Yesus yang sudah terlatih sejak masa muda-Nya, bersama Maria dan Yosef yang hanya menginginkan kehendak Allah terjadi atas hidup mereka, dengan bebas memilih menyerahkan diri untuk melakukan kehendak Allah. “Jangan menurut kehendak-Ku tetapi kehendak-Mu lah yang terjadi.(Luk 22 : 42). Yesus melakukan apa yang telah diajarkan-Nya dalam doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya. “datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga (Mrk 6 : 10).
Yang menarik adalah Yesus mengambil keputusan tersebut dalam suasana doa di taman Getsemani ( Mat 26: 36-46). Tampak sisi manusiawi-Nya: sangat sedih, gentar, ada kengerian, sangat ketakutan, sangat kesepian dan sendirian menanggung. Namun, semakin bergumul dan menderita, semakin Yesus bersungguh-sungguh berdoa(Luk 22 : 44) “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.”
Yesus ada bersama tiga murid terpercaya, namun saat dibutuhkan-Nya, tak satu pun mengerti diri-Nya. Yesus membawa mereka bersama-Nya, karena mereka paling mengerti diri-Nya apalagi seperti Petrus yang sudah menyatakan siap membela-Nya. Ternyata, kehadiran mereka tidak sesuai harapan-Nya. Bahkan untuk satu jam saja pun, mereka tidak sanggup berjaga-jaga. Terlalu berat bagi murid-murid-Nya, dalam ketidak mengertian mereka tentang rencana Allah. Mereka ada, tetapi tidak berbuat apa-apa. Mereka pun sedang bergelut dengan kelemahan, ngantuk tertidur karena mata mereka sudah berat dan dukacita(ay 42).
Dalam penyerahan yang total kepada Allah, dalam suasana doa, tanpa dukungan dari para murid-Nya Yesus tetap memilih kehendak Allah yang harus terjadi atas diri-Nya dengan segala resiko. Selanjutnya Yesus bertanggung jawab penuh atas jawaban “Ya” kepada Allah. Ia rela diperlakukan secara sangat tidak manusiawi, rela menderita sengsara yang hebat sampai wafat di kayu Salib. Dengan jalan inilah, Yesus menggenapi segala rencana Allah dan melaksanakan kehendak Allah secara utuh, total dan tuntas.
Dengan merenungkan seluruh rangkaian peristiwa hidup Yesus, ( lahir, masa kecil, masa tersembunyi di Nasaret, berkarya, sengsara, wafat dan bangkit), kita semakin mengimani bahwa hidup Yesus seutuhnya sebuah tindak cinta. Tindak cinta yang hanya diperuntukkan bagi Allah sebagai persembahan pengurbanan yang harum mewangi. Ini kehendak Allah bagi Yesus manusia, tak tergantikan oleh orang lain. Hidup-Nya adalah cinta semata. Cinta-Nya yangn menuntut pengorbanan. Inilah kehendak Allah bagi-Nya.Secara manusiawi kita memahami, bahwa seluruh tindak cinta Yesus terbentuk, terlatih dari pembiasan tindak cinta dalam hidup sehari-hari yang dialami bersama dalam rumah Nasaret bersama Maria dan Yusuf selama 30 tahun. Selama masa itu, tampak seolah-olah tidak ada yang istimewa, tetapi memiliki daya yang luar biasa besar untuk memikat, mengubah dan menyelamatkan. Dalam rumah Nasaret terbentuk pola hidup yang hanya melulu melakukan kehendak Allah. Di dalamnya tumbuh dan berkembang daya juang, daya pikat, daya ubah yang merupakan pesona istimewa dari Rumah Nasaret. Kehendak Allah terwujud melalui alur yang panjang , dalam proses manusiawi.
Dalam segalanya, Yesus menjadi model utama, contoh sentral dan teladan terbaik dalam hal melakukan kehendak Allah.Jika kita menyadari proses hidup kita dari waktu ke waktu, setiap detik sebagai panggilan untuk mewujudkan kehendak Allah, maka berbahagialah kita yang melaksanakannya.Yesus mengingatkan,: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-KU: Tuhan,Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga” (Matius 7:21). Berdoa itu pasti. Melaksanakan kehendak Tuhan merupakan jaminan kepastian buah dari doa.
REFLEKSI
- Kontemplasikan dan dalami Injil Lukas 22 : 39 – 46 atau Matius 26:36-46! Apa yang suster rasakan?
- Adakah pengalaman pergumulan hidup Suster melaksanakan kehendak Allah yang mirip dengan kisah Getsemani? Mirip dalam aspek apa saja?
- Bagaimana cara Suster menanggapi setiap pergumulan hidup sebagai sebuah jalan melakukan kehendak Allah?
( Syering renungan tridium jelang Pesta Keluarga Kudus thn 2021 dengan tema : Mencari dan Melaksanakan Kehendak Allah seperti Keluarga Kudus Nasaret).
Recent Comments