Keberanian yang kumiliki sejak awal rupanya menjadi modal utama bagiku untuk mnejalani hidup di biara. Suasana di biara berbeda dengan suasana di rumahku, lingkungan dan alampun berbeda, sehingga aku harus beradaptasi diri dengan keadaan dan situasi yang baru. Apapun yang kutemui di biara aku turuti, banyak peraturan dan tata cara baru, semua bagiku, kadang juga terasa menyebalkan dan mengecewakan perasaanku, aku gembira, apabila aku bisa berbuat dan mampu melakukan sesuatu. Aku sebel dan kecewa, apabila kutemui pengalaman yang sama sekali tidak kuduga dan tidak kupikirkan. Idealisme dulu akhirnya berperan. Saat kau berjumpa dengan realita, pikiranku sibuk mencocok-cocokan dengan gambaranku akan kehidupan di biara dan realita yang sebenarnya.
Banyak perasaan yang kualami, banyak pertanyaan yang muncul dalam pikiranku, banyak pikiran yang masuk dalam budiku, aku masih sadar bawah itulah pilihanku, mau tidak mau harus kujalani, sebab aku mau ikut Tuhan. Pertanyaan yang selalu muncul dalam doa-doaku, adalah benarkah Tuhan, jalan seperti ini adalah jalan mengikuti Engkau ????????
Karena ketekatanku masih agak utuh dan pikiranku masih tetap memiliki keberanian untuk ikut Tuhan. Tahap demi tahap dalam hidup membiara kuikuti penuh. Aku menjalani masa aspiran satu tahun lebih. Rasanya cukup puas dengan masa yang cukup lama ini. Pada masa ini, Nampak kurang ada hambatan yang berarti. Aku lebih banyak gembira, karena masih belum merasa dan mengalami sesuatu yang sulit.
Selanjutnya aku boleh memasuki masa postulat satu tahun untuk lebih mengenal keberadaan hidup Kongregasi KKS. Rasanya masih aman-aman juga. Karena pada masa ini, aku lebih disibukkan dengan study, pekerjaan-pekerjaan ringan dan kecil sebagai suatu olah rohani (pengolahan hidup) dan juga pelajaran-pelajaran lain yang mendukung hidupku. Aku merasa masih aman dan tenang.
Sesudahnya aku masih diperkenankan untuk menjalani masa Novisiat selama 2 tahun. Masa yang kadang batinku menamakan : masa indah penuh duka dan masa duka penuh keindahan. Pada masa ini, hidup batin dan rohaniku diolah dan dilatih untuk dapat mencapai suatu disposisi yang minimal layak untuk dimiliki seorang yang mau ikut Yesus dalam tarekat KKS. Banyak kegembiraan yang kualami sekaligus tidak kurang juga perjuangan, pergulatan yang menyertai hari-hariku. Pergulatan akan berbagai perasaan yang mulai muncul, ketika pada saat kesadaranku mulai bertumbuh dan berkembang. Aku mulai mengerti, arti dan makna pilihan hidupku ini. Aku mulai memahami tujuan hidup membiara, sekaligus aku tahu, apa yang mesti kulakukan dalam hidupku.
Rupanya berbagai hal yang baru kuketahui itu, tidak begitu mudah bagiku untuk direalisir dalam realitaku. Mulailah aku berjuang. Suatu perjuangan yang rupanya cukup meletihkan. Namun tetap kurasakan ada keindahan dan kebahagiaan. Karena di sana tersedia banyak waktu bagiku untuk berdoa. Aku mengungkapkan semua hal pada Tuhan dalam doa dan aku merasa Dia menjawabku. Aku menjadi teguh dalam kelemahanku.
Namun demikian, tidaklah berarti aku sudah penuh untuk mengalami sesuatu. Rupanya tidak pernah selesai pengalamanku. Setiap kali aku mengalami sesuatu yang baru, setiap kali pula aku merasa belum apa-apa. Aku menyadari segala fasilitas dan sarana yang ada dan tersedia, serta para pendamping, semua dipperuntukkan bagiku. Mereka ada dan hadir untuk aku. Mereka dihadiahkan Tuhan untuk menolong membentuk aku sesuai dengan kehendak Tuhan. Rupanya, aku merasa bahwa betapa sulitnya keberadaanku “diubah” dan jiwaku ditata. Aku berjuang dan bergulat diiringi segala rasa bahkan deraian air mata. Akupun tidak tahu. Meski berkali-kali aku merasa tidak mampu, bahkan pernah ingin pulang pada orang tuaku, selalu saja muncul kekuatan baru yang mencegah aku.
Oleh karena itu, diantara perbatasan rasa yakin dan teguh dengan ragu dan bimbang, aku tetap memilih mengikuti jalan Tuhan. Aku percaya, Dia membentukku perlahan-lahan dan Dia sabar menanti perubahan hidupku. Keyakinan inilah yang menjadi sumber kegembiraanku di tengah pergulatan hidupku. Aku yakin keberanianku yang kumiliki sejak awal tetap ada walaupun semakin menipis. Aku tetap berani melangkah untuk mengikuti Dia, aku tahu bahwa tidak terlalu mudah bagiku, namun kutahu Dia yang memanggilku dan menyuruhku masuk KKS. Dialah yang meneguhkan aku. Karena andalanku adalah Tuhan, maka diriku masih yang memikul banyak beban dan memiliki banyak kelemahan, dihadapan Dia dan disaksikan para suster setarekat dan umat beriman, aku berani berjanji dan mengikrarkan kaul, menyatakan kesediaanku untuk mengikuti dan mengabdi Tuhan melalui KKS ini.*hm
Recent Comments