Keperawanan atau kemurnian merupakan jalan menuju kepenuhan pribadi yang integral, matang, menuntut kepribadian yang bisa dihayati dalam inkarnasi Kristus. Maka konsep mengenai kepribadian yang matang dan dewasa tidak hanya dipersempit ke dalam kepribadian psikologis dan fisik belaka melainkan kepribadian yang matang secara religius. Menurut J. Darminta Sj (Persembahanku Cintaku; hal 26) menjelaskan bahwa kaul kemurnian merupakan jalan menuju ke integritas kepribadian religius spiritual. Untuk mengejar dan memperoleh kepribadian yang integritas dan matang secara mental, seseorang perlu masuk dalam nilai-nilai religius yang dihayati oleh keluarga Kudus Nasaret di antaranya nilai iman, hidup dalam cinta kasih dan persaudaraan, kerendahan hati, kesederhanaan dan bertahan dalam penderitaan…
Memang harus diakui bahwa sumber yang menyebabkan timbulnya kesukaran masa kini dalam menghayati hidup perawan adalah kejiwaan manusia itu sendiri ( afektif seksual) yang membuat hidup kita harus berlawanan arah dengan kodrat manusia dan pengaruh-pengaruh yang timbul dari penilaian masyarakat sekarang ini tentang seksual yang sangat berlawanan dengan kaul-kaul para selibat. Dan itu merupakan kosekwensi atas jawaban ya dari setiap orang yang mau hidup selibat sehingga kita lebih bebas melayani Tuhan dan sesama.
Dalan konst. No. 30 dijelaskan bahwa kaul kemurnian merupakan anugerah Allah yang membuat kita untuk lebih bebas memberi kesaksian tentang hidup baru dan abadi yang diperoleh berkat penebusan kristus. Dalam konst no. 31 dijelaskan bahwa dengan mengucapkan kaul kemurnian kita berjanji kepada Allah untuk menyatukan diri secara khusus kepada kristus dan turut ambil bagian dalam cintaNya kepada umat manusia. Direktorium 30 memberi penjelasan arti “hidup baru “ adalah hidup milik Allah sendiri.Manusia baru adalah orang yang dihidupi oleh hidup baru dari Allah. Kaul kemurnian adalah anugerah Allah yang emmbuat kita lebih bebas untuk emmbaawa seluruh anugerah kemurnian , yaitu hidup yang pada dasarnya dikuduskan oleh YEsus, hidup yang tidak tercampur dengan dosa dan kematian. Arti kemurnian ini jauh melampuai batas-batas kemurnian badani, moral dan hukum belaka walaupun tidak mengesampingkan semua arti itu.
St.Paulus mendeskripsikan tentang karakter manusia baru sedemikian rupa untuk memenang hati kita bagi Kristus. Berikut kutipan lengkap.
Efesus 4:17-32 Manusia baru : “4:17 Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi f sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya g yang sia-sia 4:18 dan pengertiannya h yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, i karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati j mereka. 4:19 Perasaan k mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri l kepada hawa nafsu m dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. 4:20 Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. 4:21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, 4:22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan n manusia lama, o yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya p yang menyesatkan, 4:23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, q 4:24 dan mengenakan r manusia baru, s yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan t yang sesungguhnya. 4:25 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar u seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. v 4:26 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: w janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu 4:27 dan janganlah beri kesempatan x kepada Iblis. 4:28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja y keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya z sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. a 4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, b tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, c di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. 4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus 1 Allah, d yang telah memeteraikan e kamu menjelang hari penyelamatan. f 4:31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang g dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. h 4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang i terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. j
Penghayatan kaul kemurnian juga merupakan pendewasaan pribadi secara khusus dalam hal mencintai Tuhan dengan segenap hati dan mengabdikan diri kepada sesama. Oleh karena itu, kita dituntut untuk menghayati kemurnian dengan penuh kegembiraan yang didasarkan pada kesatuan kita dengan Tuhan sendiri. Menurut Paul Suparno (saat Jubah bikin Gerah hal. 103) ada banyak cara dalam menghayati kaul kemurnian dengan meningkatkan sukacita dan kegembiraan dalam hidup Bersama di komunitas antara lain:
- Membina persatuan kita dengan Tuhan Sang Sumber Sukacita. Dengan semakin akrab dengan Tuhan kita akan semakin lepas bebas dan hati kita semakin dibersihkan dan disucikan.
- Membangun kedamaian hati dan pikiran. Kedamaian hati dapat dibangun dengan menjaga kebersihan hati kita dari godaan dan nafsu-nafsu liar/keinginan yang teratur.
- Membina banyak kerja sama dengan orang lain sehingga pekerjaan kita yang berat dan banyak dapat diselesaikan dengan baik dan ringan.
- Belajar melihat persoalan hidup dari kaca mata kebangkitan atau harapan.
- Belajar menerima diri sendiri apa adanya.Hal ini akan membuat orang tidak mudah marah, karena segala kekurangan, diterima apa adanya.
Ada korelasi yang erat antara kaul ketaatan, kemiskinan dan kemurnian. Ada banyak yang barangkali patuh dan taat untuk melaksanakan segala tugas dan kewajiban, namun jika isinya adalah lebih banyak melakukan sesuai dengan kehendaknya sendiri, sudah nampak jelas orang ini tidak memiliki intensi yang murni dan pengosongan dirinya belum utuh. Nampaknya taat, disiplin, teratur, tapi isinya bukan kemurnian hati, persembahan yang diri yang total kepada Allah, jika masih menampakkan kehendak dan kemauan sendiri. Kita tidak bisa hanya sekadar taat, tanpa kemurnian hati dan pengosongan diri. Ketidakberesan dalam satu penghayatan kaul yang kita ikrarkan, menunjukkan kemunduran, kemerosotan, kelemahan dalam seluruh upaya penghayatan ketiga nasihat Injil. Maka perlulah kita menghayati sebagai satu kesatuan nasihat Injil, dengan terus -menerus memupuk diri dengan doa yang intens baik pribadi maupun bersama, dan hidup berkomunitas yang penuh kasih persaudaraan. Karena ketiga nasihat Injil merupakan anugerah Allah di satu pihak, di pihak lain merupakan upaya manusiawi kita bekerja sama dengan daya rahmat Allah untuk mewujudkannya.*
Recent Comments