Tema pendalaman kita tentang Sabda Tuhan “Sukacita menghidupi sabda Tuhan”. Dalam pembelajaran sekaligus permenungan kita, saya sangat terkesan dengan tiga kata utama yang mesti mewarnai seluruh keberadaan hidup kita pasca kapitel Januari 2023 yakni “memahami, menghayati dan menghidupi”. Tiga kata ini disepakati dalam kapitel dan yang mewarnai seluruh goal dari setiap program hidup dan kerja kita. Ada baiknya kita memerhatikan sejenak pengertian dari masing-masing kata tersebut, yang nantinya dengan sendirinya akan membantu kita untuk merefleksikan sejauh mana kita sudah memahami, menghayati dan menghidupi Sabda TUhan dalam hidup sehari-hari.
MEMAHAMI SABDA TUHAN
Memahami berasal dari kata paham yang berarti pandai dan mengerti benar tentang sesuatu hal. Memahami berarti mengerti benar, mengetahui akan sesuatu hal. Beberapa hal yang perlu kita ketahui terkait definisi pemahaman. Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Atau dengan kata lain memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sudut. Seorang guru misalnya dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri, sesuai dengan konsep yang ada dan bahkan dapat memberikan contoh. Seseorang yang memahami dengan baik, kiranya sampai kepada tahap tersebut.
Kita dapat membedakan antara sekedar tahu dan memahami. Pengetahuan banyak, tetapi pemahaman kurang. Tahu banyak, belum tentu menjamin memahami apa yang diketahui. Sering kali yang dipahami lebih sedikit yang diketahui.Jika untuk hal-hal biasa , yang mendasar yang bersifat pengetahuan umum, kita kurang paham, meski tahu banyak, boleh jadi demikian juga dengan pemahaman kita tentang Sabda Tuhan. Sebab Sabda Tuhan itu, merupakan wahyu Ilahi, tulisan yang diilhamkan oleh Allah sendiri (bdk 2 Tim 3 : 16). Bahasa manusia,pengetahuan manusia juga terbatas, apalagi tentang Sabda Tuhan yang merupakan Bahasa Allah yang di dalamnya terkandung kebenaran dan Kehendak Allah.
Dalam konteks pendalaman tema kita : mengetahui banyak tentang Alkitab, kitab Suci, sabda Tuhan , belum tentu menjamin, kita memahami Sabda Tuhan yang kita dengar dan kita baca. Memahami Sabda Tuhan dengan lebih baik, membuat memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang Sabda Tuhan. Adanya pemahaman yang baik tentang Sabda Tuhan, mendorong kita untuk dapat menghayati dan menghidupi Sabda Tuhan dalam cara hidup dan cara kerja kita.
Apakah kita yang sudah sekian tahun membaca, mendengar Sabda Tuhan, memahami sampai pada tahap tersebut? Banyak orang membela diri dengan menyatakan bahwa pemahaman tidak begitu penting, yang penting melakukan. Sebab orang yang paham belum tentu melakukan. Boleh jadi benar, namun tidak juga. Bagaimana seseorang bisa melakukan kalau dia tidak paham apa yang dilakukan? Bukankah hal tersebut mirip dengan membeo? Atau istilah yang lebih rohani, “patuh, atau ikut saja tanpa paham?” Dalam jangka waktu tertentu barangkali tidak menjadi persoalan, namun dalam jangka panjang, melakukan sesuatu tanpa memahami seperti tubuh tanpa nyawa, berjalan tanpa roh, menunggu disuruh, menanti disuguh dan menanti diatur atau diperintah.
Dari pemahaman dasar yang berkaitan dengan kata “memahami” ini, menjadi semakin jelas bagi kita bahwa betapa pentingnya memahami “pernyataan strategis, goal, tujuan umum, tujuan khusus, indikator, visi misi, spiritualitas , dll sebagaimana yang dinyatakan untuk kita pahami, yang pintu masuk untuk menghayati dan menghidupi Sabda Tuhan. Untuk memahami Sabda Tuhan sebagai tanda kehadiran Allah yang menginspirasi hidup, tidak ada cara lain selain membaca, membaca, dan membaca, sehingga kita mendengar apa yang dinyatakan Tuhan.Karena sabda Tuhan dalam alkitab tersebut merupakan wahyu Ilahi, (DV1) maka kita tidak bisa menafsirkan secara bebas apa yang kita mengerti dari pikiran kita sendiri, sebab alkitab itu Kehendak Allah yang ditulis dalam bahasa manusia, yang memiliki nilai historisitas. Untuk memahami Sabda Tuhan kita perlu belajar paling kurang dari dokumen penting Gereja antra lain Dei Verbum dan penjelasannya dapat ditonton di youtube dari pengajaran bpk Kardinal 2 thn lalu. Diharapkan dengan memahami lebih luas dan utuh, rasa cinta kita akan Sabda Tuhan semakin berkembang.
Refleksi kita : Sejauh mana pemahaman saya tentang Sabda Tuhan? Apakah yang saya ketahui tentang Sabda Tuhan itu saya pahami dengan baik, benar dan sungguh? Seperti apakah saya memahami Sabda Tuhan itu? Apakah dengan pemahaman yang lebih baik dan benar mendorong saya untuk menghayati dan menghidupi Sabda Tuhan dalam hidupku?
MENGHAYATI SABDA TUHAN
Menghayati berarti mengalami, merasakan sesuatu dalam batin. Penghayatan = pengalaman batin. Dalam konteks menghayati Sabda Tuhan mengandung makna merasakan, mengalami ( tersentuh , tergerak, terdengar, terasa, dengan indra, hidup seolah nyata dalam pikiran, dalam perasaan dalam intusi batin).
Menghayati Sabda Tuhan mengandung makna, ketika kita mendengar Sabda Tuhan saat membaca sendiri, atau mendengar yang dibacakan orang lain atau imam dalam perayaan liturgi dan doa-doa, apakah hati kita tersentuh, tergerak akan sesuatu hal yang didengar. Seperti apakah pengalaman yang dirasakan itu. Yang menyentuh hati apakah yang bernada positif atau negatif. Misalnya saat mendengar Sabda Tuhan, batin diliputi rasa gembira, senang, kagum, terpesona, merasa menang, tercengang, terpukau, terdorong, ataukah sedih, takut, gelisah, cemas, marah, merasa aneh, janggal, mual/muak, tidak suka, merasa ditegur, terhina, rasa bersalah, atau mungkin juga tidak ada rasa, biasa saja, dll.
Perasaan -perasaan ini begitu penting dalam mendengarkan dan memahami Sabda Tuhan, sebab ini merupakan suatu reaksi awal dari apa yang kita dengar, kita tahu, kita pahami sehingga mendorong batin untuk merasakan sesuatu atas apa yang didengar. Ada perkembangan dari ranah kognitif menuju ranah afektif. Dari akal budi menuju hati. From head to heart. Bisa saja, apa yang kita tahu dari Sabda Tuhan bahkan sudah kita hapal di luar kepala, mungkin kita pahami namun tidak menimbulkan suatu “perasaan atau pengalaman tertentu dalam batin”. Lewat atau berlalu begitu saja. Mengapa bisa jadi seperti itu? Dengar, tahu, paham tetapi tidak ada rasa. Di sisi lain, boleh jadi apa yang kita dengar dari Sabda Tuhan, kita paham dan hati turut serta merasakan sesuatu “tersentuh dengan ayat tertentu, menggerakkan hati,yang menimbulkan rasa tertentu dalam hati’. Perasaan ini pun, bisa jadi hanya berhenti pada tersentuh dan merasakan. Juga dapat mendorong kita dengan sangat kuat untuk menindaklanjuti apa yang dirasakan dalam batin.
Ada kendala-kendala atau tantangan, hambatan dan kesukaran tertentu. Mungkin dari diri sendiri, bisa juga dari luar lingkungan sekitar. Yesus mengumpakan disposisi batin atau lahan hati dalam menerima benih Sabda Tuhan dengan benih yang jatuh pada 4 jenis tanah. Tanah di pinggir jalan, tanah berbatu, tanah yang dipenuhi semak duri dan lahan tanah yang baik ( Mat 13 : 3 – 23).
Refleksi kita. Sejauh mana saya mengalami ketergerakan hati dalam setiap kali mendengarkan Sabda Tuhan”. Seperti apakah perasaan tergerak itu? Seberapa lama bertahan dalam batin? Apa yang saya lakukan dari pengalaman perasaan dan ketergerakkan hati itu”. Dari 4 jenis lahan hati, manakah yang lebih dominan menggambarkan lahan hatiku dalam menanggapi Sabda TUhan?
MENGHIDUPI SABDA TUHAN
Hidup : masih terus ada, bergerak, bekerja sebagaimana mestinya. Berada, seolah-olah bernyawa, berlangsung terus, bergerak terus, seperti sungguh-sungguh terjadi, mengalami kembali. Menghidupi berarti memelihara, membiarkan berada, selalu bergerak. Memperhidup = membuat lebih hidup, lebih terpelihara, lebih bernyawa, lebih terasa atau dialami. Menghidupkan = menjadikan hidup -dari situasi yang kurang hidup atau redup,…Dalam konteks tentang Sabda Tuhan, apakah Sabda Tuhan yang kita dengar,kita ketahui, kita pahami, yang mana hati kita sudah tergerak, tersentuh, terus-menerus hidup dalam batin kita, dan mendorong kita untuk memeliharanya?
Memelihara berarti merawat Sabda agar tetap ada, hidup, bergerak, menginspirasi kita, membuat hidup kita lebih hidup karena Sabda tersebut. Sabda yang kita dengar dan pahami menjadi “bagian dari hidupku hari ini, saat ini, tidak sekedar sebuah kisah atau cerita zaman dahulu kala, yang saya ketahui, saya kagumi, saya Imani.” Saya melakukan apa yang saya dengar sebagai dorongan; menghindari, menjauhi apa yang tidak sesuai, saya memperbaiki apa yang kurang , yang diinspirasikan, saya meniru yang baik yang dilakukan yang saya lihat, saya dengar saya alami dalam proses pemahaman dan penghayatan sabda Tuhan. Dkl, apa yang saya pahami, saya hayati dalam perasaan saya, saya wujudkan sehingga menjadi nyata, ada dan hidup. Sabda yang tadinya dalam pikiran, angan, perasaan, sekarang mewujud dalam tindakan atau aksi nyata. From head, to heart to hand.
Rasul Paulus membantu kita untuk memahami, menghayati dan menghidupi sabda Tuhan dengan mengungkapkan pentingnya Sabda TUhan dan maknanya bagi kita. Bagaimana kita menghidupinya. Manfaat membaca dan merenungkan Sabda Tuhan menurut 2 Timotius 3 : 16 :”Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. Jika sekiranya kita menghayati dalam batin firman ini, kita akan selalu terdorong untuk berjuang menghidupi Sabda Tuhan dalam setiap pengalaman hidup, dalam cara pikir, cara kerja, cara berperilaku sehari-hari.
Refleksi kita ; Bagaimana pengalaman saya menghidupi Sabda Tuhan selama ini? Bagaimana cara saya menghidupkan Sabda Tuhan dalam pelayananku? Ketika sudah ada, bergerak dan hidup dalam hidupku hari ini, apakah berpengaruh atau berdampak positif pada cara hidup dan cara kerjaku? Seperti apakah pengaruh itu, apakah bertahan lama atau sebentar saja.
Belajar menghidupi Sabda Yang Hidup
Sabda merupakan bagian dari hakikat Allah. “ Pada Mulanya Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah” (Yoh 1:1). Sabda Allah adalah Allah itu sendiri. Itulah Hakikat sejati-Nya yang keluar dari Diri-Nya sendiri. Karena Sabda itu adalah Allah, maka seluruh dimensi hidup kita terangkum dalam Allah, dalam kemahakuasaan kasih-Nya. Allah terus-menerus bersabda tanpa henti. Seluruh keberadaan kita,asal, sumber dan tujuan hidup kita adalah Allah. Dan Allah hadir dalam dan melalui Sabda-Nya. Sabda Allah memiliki makna terdalam yakni sumber iman, pedoman iman dan sumber segala pengetahuan. Tujuan akhir dari seluruh proses memahami, menghayati dan menghidupi Sabda TUhan adalah semakin bertumbuhkembangnya iman, harapan dan cinta kasih kita kepada Allah.
Salah satu cara untuk memahami, menghayati dan menghidupi Sabda Tuhan adalah Lectio Divina. Lectio Divina membantu kita sampai kepada persahabatan mendalam dengan Tuhan. Caranya ialah dengan mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita melalui sabda-Nya. Lectio Divina adalah cara berdoa dengan membaca dan merenungkan Kitab Suci untuk mencapai persatuan dengan Tuhan Allah Tritunggal. Berdoa sambil merenungkan Sabda-Nya, kita dapat semakin memahami dan meresapkan Sabda Tuhan dan misteri kasih Allah yang dinyatakan melalui Kristus Putera-Nya.
Melalui Lectio Divina, kita membaca, merenungkan, mendengarkan, dan akhirnya berdoa atau menyanyikan pujian yang berdasarkan sabda Tuhan, di dalam hati kita. Ada 4 tahap proses Lectio Divina yang mengarahkan kita kepada proses “memahami, menghayati dan menghidupi Sabda Tuhan. Lectio, Meditatio, Oratio dan Contemplatio. Lectio : membaca dengan hati terbuka terhadap Sabda Allah yang menyelamatkan, membiarkan Kristus Sang Sabda berbicara kepada kita, meneguhkan, mengubah kita. Meditatio : Mengulangi kata, ayat , yang menarik perhatian kita, menelaah teksnya, menyerahkan diri kepada pimpinan Roh Kudus untuk membimbing kita saat mengulangi dan merenungkan kata-kata dalam hati, membiarkannya menembus batin, dan kita mengingatnya sebagai sapaan Allah. Oratio : Bercakap-cakap dengan Allah , sebagai tanggapan kita atas kehadiran dan inspirasinya, berkomunikasi dua arah, bersyukur dan memuji Tuhan. Seperti kata St. Cyprian, “Melalui Kitab Suci, Tuhan berbicara kepada kita, dan melalui doa kita berbicara kepada Tuhan. Contemplatio : Kesetiaan dalam lectio, meditation, oratio akan berdampak pada kedekatan hati kita dengan Allah. Kita merasakan kehadiran-Nya , merasakan sukacita , kegembiraan batin. Kehadiran Tuhan yang dirasakan ini, yang mendorong kita dengan kuat untuk melakukan, mewujudnyatakan rhema Sabda Tuhan dalam hidup kita. Entah bagaimana cara atau prosesnya, yang kita tahu selalu ada semangat dalam diri kita untuk melakukan sesuatu bagi Tuhan, selalu ada spirit, ada sukacita dan ada cinta di dalamnya. Orang di sekitar kita pun akan merasakan apa yang kita lakukan. Empat tahap ini membentuk kelengkapan Lectio Divina. Jika lectio diumpamakan sebagai tahap perkenalan, maka meditatio adalah pertemanan, oratio sebagai persahabatan dan contemplatio sebagai persatuan. Cara lain yang lebih karib dengan kita adalah syering Injil metode tujuh Langkah.
KELUARGA KUDUS TELADAN UNGGUL DALAM MEMAHAMI, MENGHAYATI DAN MENGHIDUPI SABDA TUHAN
Ketika Bunda Maria menerima Kabar Gembira dari malaikat Gabriel, dia tidak banyak mengerti. Namun sikap batinnya yang terbuka lebar ibarat lahan hatinya yang subur, maka benih Firman itu tumbuh subur dalam hatinya. Dalam segala peristiwa hidupnya, Injil mengisahkan kepada kita : Maria menyimpan segala perkara itu dalam hatinya dan merenungkannya. Maria belajar berproses untuk memahami, menghayati dalam batinnya atau membatinkannya, sehingga pada saatnya yang muncul dalam tindakannya adalah ketaatan iman dan cinta yang besar kepada Allah, ketekunan dan kesetiaan, kesanggupan untuk menderita.
Bapa Yusuf puluhan tahun dalam diam, namun membatinkan segala firman Tuhan yang didengarnya bahkan hanya melalui mimpi. Yang didengar dalam mimpi, diimani, diamini , dibatinkan,direnungkan, sehingga yang muncul dalam tindakannya adalah segala yang baik, ketaatan iman, tanggung jawab, kesabaran, kerja keras, kemurahan hati dan kesediaan melayani dan menderita.
Yesus sendiri Sang Sabda yang menjelma menjadi manusia, selama 30 tahun belajar memahami, membatinkan/menghayati seluruh hukum TUhan/Taurat sehingga pada akhirnya dalam masa pewartaan-Nya yang sangat singkat, 3 tahun saja, tampil segala yang baik. Ketaatan kepada kehendak Bapa sampai wafat bahkan sampai wafat di kayu Salib.
Keluarga Kudus berproses sebagai pribadi dan bersama dalam komunitas Keluarga mereka di Nasaret untuk mencari dan melaksanakan kehendak Allah. Semua berbuah manis yakni dengan sukacita dan penuh cinta mereka mengasihi Allah dan sesama.
Refleksi kita :Bagaimana pengalamanku berproses untuk menghidupi sabda TUhan selama ini”
Recent Comments