Bunda Maria dan Santo Yosef dengan sukacita dan penuh Syukur menerima kehadiran Bayi Yesus. Mereka berperan sebagai hamba Tuhan yang taat pada kehendak Ilahi, menerima sang Bayi yang menjelma dalam Rahim Bunda Maria, dan lahir di kandang hina Betlehem.Mereka mengasihi dan melindungi Bayi Yesus dari segala bahaya dan ancaman kekejaman Herodes. Dst…( Direktorium hal.3).

Kehadiran Yesus di tengah keluarga Maria dan Yosef membawa sukacita namun sekaligus membutuhkan respon iman yang berpengharapan hanya kepada Allah saja dalam seluruh msiteri hidup Keluarga Kudus. Sukacita berbalut pengorbanan dan penderitaan. Namun Allah sendiri yang hadir dalam Diri Yesus (inkarnasi), tetap selalu berada bersama, berjalan bersama, menyertai sampai akhir. Bunda Maria

Dengan misteri Inkarnasi dalam Keluarga Kudus dan juga dalam Kongregasi, kita mengimani bahwa Allah selalu menyertai kita dari dulu, sekarang dan selamanya dalam sepanjang sejarah Kongregasi. Dengan cara-Nya yang sedemikian istimewa, Allah hadir dan menjelma dalam hidup kita, melalui para pemimpin dari masa ke masa. Allah menyertai kita dalam  setiap perjuangan kongregasi, dalam suka duka, dalam terang gelap iman, Allah menyatakan kasih karunia-Nya. Kita semua telah menerima dari kemurahan hati Bapa, kasih karunia demi kasih karunia dengan berlimpah-limpah. Allah hadir dalam diri setiap suster, dengan keberadaannya masing-masing telah berjalan bersama, hidup bersama, bekerja bersama-sama, berdoa bersama-sama, mengabdi Allah dan melayani sesama bersama-sama. Allah menyertai seluruh kehidupan dan karya pelayanan kita melalui  kehadiran sesama yang diutus menjadi sahabat dan saudara, mitra dalam pelayanan, melalui para gembala dan pelayan Sabda. Allah hadir  menyertai kita , berkarya bersama kita melalui para penderma dan pemerhati hidup dan karya kita, melalui pendoa dan anggota keluarga kita dan keluarga-keluarga yang tak terbilang banyaknya yang mengasihi  kita.

Kasih Allah begitu nyata dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, pada setiap kita. Inilah alasan dasar mengapa kita bersukacita dan selalu bersyukur. Kasih itu bertebar di mana-mana dan hidup kita diselimuti oleh kasih. Kita bagaikan berada dalam rahim ibu. Kongregasi berada dalam rahim Allah yang maha belas kasih, semuanya tersedia, dan kita nyaman tentram di dalam rahim keibuan Allah. Dari-Nya kita memeroleh segala yang kita butuhkan untuk hidup dan melayani-Nya. Karena itulah, kita diajak untuk selalu merayakan sukacita atas kasih karunia Allah bagi Komunitas, atas kehadiran-Nya yang tetap, kekal dan abadi bersama kita. Adalah pantas, kita setiap hari kita menyediakan waktu pribadi dan secara bersama dalam komunitas untuk merayakan Syukur dengan Perayaan Ekaristi  yang teratur dengan semakin hikmat dan mendalam hari demi hari. Kita diajak untuk selalu memuji dan menyembah Allah yang hadir dalam Sakramen Maha Kudus yang berdiam bersama dan  tinggal dia antara kita, seatap  rumah dengan kita. Tuhan menjamin dan memastikan kehadiran-Nya yang abadi untuk menyertai kita dalam suka duka hidup. Sepanjang waktu Tuhan hadir dan menanti kita dalam diam, menatap dan memandang kita dengan penuh kasih sayang, dan menyertai setiap kita dengan kasih Ilahi. Adalah sangat pantas seluruh waktu hidup kita dibaktikan untuk Tuhan, dipersembahkan untuk kemuliaan dan keagungan-Nya yagn dinyatakan melalui kehendak dan kemauan baik, perkataan yang benar, jujur dan tulus dan setiap perbuatan dan karya bakti yang Ikhlas, murni dan melulu untuk kemuliaan Allah.

Setiap hari , bahkan setiap saat, Tuhan membaharui hidup kita dengan rahmat yang selalu baru. Tuhan memperdengarkan suara-Nya melalui Sabda yang kita dengar  dan renungkan  setiap hari. Tuhan menyatakan kehendak-Nya melalui segala cara dalam setiap peristiwa hidup yang kita alami dan melalui setiap orang yang kita jumpai. Karenanya, patut kita bersyukur dan bersukacita sebab rahmat Tuhan selalu melimpah. Namun apakah kita menyadari semua itu dan memanfaatkan waktu dan  segala yang ada dan tersedia dengan penuh rasa syukur? Bagaimana wujud rasa syukur dan sukacitaku  yang kubangun, dan kuhayati atas kehadiran dan kasih Allah dalam komunitasku??

Merayakan sukacita akan kehadiran  Allah dalam komunitas seiring sejalan dengan karisma Kongregasi kita yakni iman yang berpengharapan sebagaimana yang tertera dalam buku saku Sukacita Menjadi Seperti Keluarga Suci Bab VI  nomor 21  hal 31 – 40. …Karisma Kongregasi adalah iman yang berpengharapan. Konstitusi menejlaskan bahwa iman kita kepada Allah Tritunggal membangkitkan harapan dalam diri kita.Dengan kata lain, karena punya iman, kita jug apunya harapan dalam hidup dan karya kita, sebab “Firman telah menjadi amnusia, maka Allah yang kita Imani sungguh hadir dan berkarya dalam segalanya. Singkatnya “kalau kita beriman atau mengenal Allah berarti menerima dan memiliki pengharapan.”  … Paulus mengingatkan umat Efesus bahwa sebelum mereka bertemu dengan Kristus, mereka itu tanpa pengharapan dan tanpa Allah dalam dunia ( Ef 2 : 12). Kepada umat di Tesalonika Paulus mengatakan : Kamu hendaklah “jangan berdukacita seperti orang lain yang tidak mempunyai pengharapan ( 1 Tes 4:13). Dalam kata-kata ini terungkap ciri khusus umat Kristiani yakni bahwa umat Kristinai memiliki atau punya masa depan, walaupun mereka tidak tahu masa depan itu seperti apa. Dengan kata lain : walau amsa depannya tidak begitu jelas bahkan kabur, mereka tahu  dan sadar bahwa hidup mereka tidak akan lenyap sia-sia.( Spe salvi  no.2)

Gereja menyambut Maria, Bunda Tuhan, sebagai “Bintang  Samudra” Ave Maris Stella, Dialah Bintang Harapan. Kepada Bunda kita menaruh harapan, untuk berjalan bersama, menyadari kehadiran Allah.