MINGGU, PESTA YESUS DIPERSEMBAHKAN DI BAIT ALLAH
Mal 3:1-4; Mzm 24:7.8.9.10; Ibr 2:14-18; Luk 2:22-40
Ketika kembali dari pembuangan, Israel sebagai bangsa pilihan mempunyai harapan yang sangat besar. Mereka mengalami pembebasan dari perbudakan, dari pembuangan. Namun, kenyataan yang mereka hadapi tidak seperti harapan mereka. Yerusalem hancur lebur, bait Allah hancur lebur. Dalam keadaan seperti itu, hanya Tuhan yang dapat mereka andalkan. Tetapi, Tuhan andalan itu seakan berdiam diri. Maka, timbulah kekecewaan yang sangat mendalam. Terjadilah krisis iman yang begitu mendalam akan Allah. Pada saat itulah nabi Maleakhi mewartakan keyakinan yang sangat pasti bahwa Tuhan yang dicari itu akan dengan mendadak masuk kebait-Nya. Utusan akan mempersiapkan jalan di hadapan Tuhan yang dicari itu.
Di dalam bait Allah, malaikat Gabriel telah menampakkan dan mewartakan kelahiran Yohanes Pembaptis, sang utusan yang mempersiapkan jalan bagi Yesus, sang Al-Masih. Ke dalam bait Allah itu juga, Yusuf dan Maria membawa Anak Yesus. Mereka datang untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Taurat. Simeon dan Hana menyatakan dengan tegas bahwa Yesus itulah Al-Masih yang dinantikan dan dicari. Simeon menubuatkan bahwa Yesus inilah yang akan memancarkan cahaya dan kemuliaan Allah bagi umat Israel. Tetapi berhadapan dengan itu setiap orang Israel harus menentukan pilihan: percaya atau tidak! Sebab, Yesus itu adalah Anak yang ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel.
Penulis surat Ibrani menegaskan mengapa Yesus, sang Al-Masih mengambil rupa dan keadaan seperti manusia. Sebab, hanya dengan cara itu, bahkan oleh kematian-Nya, Yesus dapat memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut, dan supaya dengan jalan demikian Ia dapat membebaskan semua orang yang seumur hidup berada dalam perhambaan. Dengan demikian Yesus menjadi Imam Agung yang penuh belas kasihan dan setia kepada Allah
Hari ini adalah pesta persembahan, pesta cahaya, dan pesta perjumpaan. Yesus dipersembahkan sebagai kurban yang menjadi cahaya bagi setiap orang beriman, dan sebagai cahaya Yesus menjadi perjumpaan setiap orang dengan Tuhan Allah yang diimani. Ia menyediakan diri-Nya untuk mewujudkan gairah cinta kasih Allah. Ia mempersembahkan diri-Nya menjadi daya kasih Allah bagi setiap manusia.
Pesta ini menjadi gambaran misteri Paskah. Misteri Kristus menjadi cahaya yang menyinari setiap orang. Sebab setiap orang dituntun kepada cahaya abadi. Karena itu pesta ini juga menjadi pesta sukacita perjumpaan. Sebab setiap orang berjumpa dengan cahaya hidup sejati, yaitu Yesus Kristus. Setiap orang ditantang untuk memilih: datang menjumpai cahaya kasih Ilahi Allah dan menjadi cahaya kasih Ilahi bagi sesama atau tidak!
Sejauh mana aku telah menjadikan diriku dan hidupku sebagai sebuah persembahan bagi Allah? Apakah aku telah menjadi Cahaya kasih Allah bagi sesamaku?
Mari berani memilih untuk dengan sukacita menjadi cahaya Tuhan yang diubah dalam daya api Kasih ilahi Allah, bukan hanya menikmati cahaya kasih Allah, tetapi menjadi cahaya kasih Allah bagi setiap orang yang kita jumpai.
Tuhan memberkati.*RD AMT
Recent Comments