Sharing renungan

✝BHSF 1673 – 1674

❇Ayat BHSF yang berkesan  : BHSF 1673

(B) Suster lain lagi menulis sebagai berikut, “Bagaimana aku dapat menantikan saat ketika Tuhan Yesus memanggil engkau sebab aku tahu apa yang akan terjadi kemudian; aku sangat merindukan kematian bagimu.” Aku mau bertanya kepadanya apa yang ia pikirkan sehubungan dengan kematianku, tetapi aku bermati raga dan menjawab,  “Aku ini seorang pendosa. Padaku akan terjadi hal yang sama seperti yang terjadi pada semua orang berdosa kalau kerahiman Allah tidak melindungi aku.” (1673)

BHSF 1674

(C) 20 April {1938}. Keberangkatan ke Pradnik. (Ke rumah sakit di Pradnik, Krakow.) Aku sangat cemas jangan-jangan aku terbaring di tempat tidur dalam suatu ruangan yang serba terbuka. Kalau itu hanya akan berlangsung selama satu atau dua pekan …tetapi itu akan berlangsung dalam waktu yang sedemikian lama, dua bulan atau barangkali lebih.Pada petang hari, aku masuk ke kapel untuk bercakap-cakap lama dengan Tuhan Yesus.

Ketika melihat Tuhan Yesus, aku mencurahkan seluruh isi hatiku di hadapan-Nya,semua kesusahanku, kekuatanku, dan kecemasanku. Yesus mendengarkan aku dengan penuh kasih dan kemudian berkata, “TENANGLAH, ANAK-KU, AKU MENYERTAIMU.PERGILAH DALAM DAMAI. SEMUA SUDAH SIAP; AKU TELAH MENGATUR, DENGAN CARA-KU SENDIRI YANG ISTIMEWA, AGAR SUATU KAMAR PRIBADI DISIAPKAN BAGIMU.”Diyakinkan oleh Tuhan dan dipenuhi dengan rasa syukur, aku pergi tidur. 😴 (1674)

✝ Relevan KS:

✝Matius 14:27 :Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: ”Tenanglah! Aku ini, jangan takut

✝Yesaya 41 : 10: Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan. *

📖😇 Relevan BHSF:

📖😇 BHSF 1011 : Hari ini, Tuhan mengunjungi aku, mendekatkan aku ke Hati-Nya dan berkata, “Beristirahatlah, Anak-Ku yang mungil.Aku senantiasa menyertai engkau.

📖😇 BHSF 573 : “Jangan takut akan suatu pun. Aku menyertaimu. Semua masalah ini ada dalam tangan-Ku dan Aku akan mengantarnya sampai menghasilkan buah sesuai kerahiman-Ku karena tidak suatu pun dapat menghalangi kehendak-Ku.

❇️ Sharing Renungan

Tuhan selalu ada untuk kita. Tuhan senantiasa melihat dan memperhatikan setiap gerak langkah laku hidup kita. Tuhan mendengar setiap ungkapan hati dan untaian kata. Tuhan siap menolong.Tuhan berkenan melakukan apa saja yang terbaik bagi kita. Bahkan Tuhan bisa mengerjakan semuanya untuk kita anak-anak-Nya.

Faustina mengalami sendiri pertolongan Tuhan tidak hanya dalam hal-hal besar tapi terutama dalam hal-hal yang sederhana. Mengapa untuk Faustina segalanya begitu mudah dan Tuhan selalu berkenan padanya? Tuhan selalu melakukan apa yang dirindukannya bahkan melebihi yang diharapkannya. Karena Tuhan begitu mencintai Faustina. Tak ada yang disimpan atau ditahan Tuhan jika Faustina memintanya. Selain itu, Tuhan tahu Faustina begitu mencintai-Nya, begitu mengimani-Nya, begitu mengandalkan-Nya.

Faustina selalu jujur, polos, apa adanya di hadapan Tuhan. Yang dikisahkannya kepada Tuhan tidak hanya kecemasan atau kesusahan hatinya tetapi juga kekuatannya. Ini berarti Faustina tidak mencari keringanan, kemudahan, perhatian atau kenyamanan melainkan  apa adanya, segenap kepapaan dan kemampuan terbaiknya untuk berusaha dan berjuang.

Apa yang diminta Faustina, bukan untuk kenyamanan dirinya sendiri, bukan untuk dilayani secara istimewa oleh sesama, dan menarik perhatian yang berlebihan agar patut dikasihani karena sakit penyakitnya. Bukan itu. Tetapi terutama semua untuk Tuhan. $ebab Faustina selalu  lebih bebas memilih dan memberikan waktu dan tempat bagi Tuhan di atas segalanya kenyamanan dirinya sendiri agar Tuhan  melakukan apa yang dikehendaki-Nya lebih leluasa atas diri-Nya.

Faustina menempatkan perjumpaan dengan Tuhan sebagai yang utama. Faustina selalu rindu kedekatan, intimitas atau “me time”-nya dengan Yesus agar   tidak hilang sedetik pun hanya karena hal-hal di luar dirinya. Tuhan mengerti, resah hati dan kecemasannya. Tuhan menyelami lubuk hatinya dan memahami disposisi jiwanya. Tidak heran, Tuhan Yesus mengatur segala yang baik untuk Faustina. Karena itu Faustina tidak perlu meminta belas kasih dari sesama atau keringanan melalui superiornya.  Faustina lebih memilih percaya kepada penyelenggaraan Tuhan, dari pada kearifan dan penataan manusia. Bagi Faustina kepada Tuhan saja cukup.

Merenung intimitas Faustina dengan Yesus, curahan hati dan rasanya yang selalu menggetarkan hati Tuhan, dan terkabulnya aneka permohonannya, menggelitik rasa hatiku sekaligus membuatku sadar. Apa yang membuat Faustina begitu berkenan kepada Tuhan? Cinta Tuhan kepada Faustina  dan cinta Faustina kepada Tuhan. Landasan cinta dan  motivasi ungkapan hatinya,  sungguh tulus, murni, sederhana dan penuh keyakinan. Faustina tidak mendikte Tuhan.Tidak memohon secara berlebihan. Hanya membeberkan isi hatinya kepada Tuhan, itu saja. Tuhan senang dan mendengarnya penuh perhatian dan cinta. Tentu saja, demikian juga Faustina, ketika Yesus membuka isi hati-Nya, menyatakan kerinduan-Nya akan keselamatan jiwa-jiwa, Faustina juga penuh kasih dan perhatian dan berkenan melakukannya untuk Tuhan.

Antara Faustina dan Tuhan, ada saling pengertian yang mendalam, ada kerendahan hati, ada kepedulian dan ketaatan. Betapa indahnya, relasi mereka, tulus dan murni, tanpa kepalsuan. Dan relasi seperti ini juga yang dimiliki beberapa teman Faustina yang selalu mendukungnya dengan doa, perhatian dalam  persahabatan sejati. Suatu relasi kasih yang mampu bertahan karena dinaungi rahmat kasih Kerahiman Ilahi.

Refleksi 🤔❣

❣️Bagaimana biasanya reaksiku jika aku menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan harapanku?

❣️ Apa yang biasanya kulakukan jika aku tidak diperlakukan secara baik.

❣️Bagaimana aku membangun persahabatan dengan Tuhan??