Setiap tanggal 1 Oktober diperingati Hari Lanjut Usia Internasional. Bagi, tanggal 1 Oktober, banyak makna, karena beragam peringatan. Yang kuingat antara lain : Hari pertama membuka bulan Rosario, Pesta St.Theresia Kanak-Kanak Yesus, pelindung komunitas kami dan pelindung sekolah. Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lanjut Usia Internasional.
Kemarin, aku hanya ingat dan merayakan dua pesta, pelindung komunitas dan hari pertama bulan Rosario. Hari ini, baru aku ingat 1 Oktober hari LANSIA INTERNASIONAL. Sudah 4 tahun aku tinggalkan tempat para lansia. Tenpat yang membentuk karakterku sedemikian rupa selama sepuluh tahun. Tempat yang membesarkan aku dengan banyak peristiwa, pengalaman dan tempat yang membuat aku menemukan kembali rumah dan keluarga yang kutinggalkan. Tempat itu adalah Panti Bhakti Kasih Siti Anna.
Hari ini, aku mengenang secara khusus, oma –oma yang pertama kali tinggal bersama dengan para suster di biara Siti Anna selama beberapa waktu, sebelum Panti didirikan. Oma-omaku itu, unik,istimewa dan membuat kami berpikir tujuh keliling bagaimana berusaha membahagiakan mereka.
Karena ada mereka , maka ada Panti sampai hari ini. Jika mereka tidak ada dan tidak bersikeras tinggal bersama para suster di biara Siti Anna, tentu Panti Siti Anna tidak ada sampai hari ini. Seandainya mereka manis-manis dan tidak “buat ulah ala lansia” tentu saja mereka pasti boleh tetap tinggal di biara. Mereka membuat aku selalu was-was. Tidur siang dan tidur malam tidak pernah nyenyak, sebab ketika kami tidur, ada yang buka kompor gas atau buka pintu dan keluar rumah. Mereka yang membuat aku sibuk, mondar-mandir, dan menjadi lebih cerewet. Sepertinya tingkat kecerewetanku meningkat saat itu dan terus berlangsung sesudahnya, karena harus bicara terus. Tidak ada keheningan di biara..sebab mereka mau nonton TV dan aku harus buat refleksi. Aku tidak bisa tenang duduk sebab , kalau duduk sebentar, dikomentari sebagai pemalas.
Kalau mengamati tingkah laku mereka, aku bisa marah, karena aku lelah. Tapi kalau kami duduk bersama sambil nonton TV, aku merasa tenang sekali. Seperti seperti nenekku sendiri di kampung. Kalau mereka duduk bengong, mengamati aku siram bunga, dari jauh..aku curi-curi pandang, hatiku amat kasihan, mereka tidak memiliki kawan. Kalau ada tamu yang datang, mereka sangat sibuk, ada yang menemani, yang memberi minum, yang tanya macam-macam juga ada yang cuek saja. Hari-hari kami rebut dengan air untuk mandi, mereka mau banyak air dalam bak mandi, sementara betapa susahnya air waktu itu.
Aku ingat semua mereka, dan sekarang aku tahu dan sadar..mereka itu utusan Tuhan yang mendorong kami untuk berbuat sesuatu bagi mereka. Mereka datang sendiri dengan beragam alasan. Tidak bisa menolak mereka, sebab sebelum berkisah mereka sudah menangis. Aku ingat semua kisah sekitar belasan tahun lalu, dan aku menyesal, sebegitu mudah aku melupakan semua mereka itu. Sebagian besar sudah kembali ke surga, masih ada dua atau tiga orang dalam gambar ini yang masih di dunia dan tidak mengenal aku lagi, sama seperti aku nyaris melupakan mereka. Dulu ..kami suka bercanda, kalau mati, harta mereka berupa daster mau diberikan untukku.
Mengenang semua itu, aku merenung dan memandang dua potret ini, aku sadar..mereka ini pahlawan, pahlawan keluarga. Karena mereka, kami didorong untuk berjuang membangun tempat yang layak untuk mereka. karena mereka, kami dididik untuk mencintai mereka yang sudah lanjut usia. Karena mereka, kami didorong untuk berani percaya dan mempercayai apa yang dapat kami lakukan, waktu itu, sekarang dan kelak. Kutuliskan ini, untuk menghormati oma-omaku yang memperlakukan aku sebagai cucu kesayangan, dan secara istimewa diutus Tuhan untuk mendidik dan membentuk karakterku menjadi seorang pelayan yang benar. Dan mereka cepat pergi sesuai dengan kehendak Tuhan, sebelum aku menjadi pelayan yang benar dan setia. Terima kasih, oma-omaku sayang. Bahagia di surga.*hm
Recent Comments