Konstitusi nomor 20 :
Demikian pula Yusuf yang tidak mengerti misteri penjelmaan sebagai rencana Allah yang telah terlaksana dalam diri Maria, ia pun menerima kehadiran Tuhan di tengah-tengah keluarganya. Bersama Yesus, Maria, Yusuf kita mendengarkan kehendak Allah dan menerima kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita. Dalam keadaan demikian kita menyalurkan dengan penuh syukur pemberian Allah itu kepada orang lain. Keluarga Kudus menjadi suri teladan dari persatuan dengan Allah.
Rencana Yusuf mula-mula adalah memperistri Maria. Relasi kasih mereka sudah sampai pada tahap tunangan.Satu langkah lagi akan menuju hidup perkawinan dan rumah tangga sebagaimana layaknya orang lain. Tidak terbersit sedikit pun dalam pikirannya, suatu waktu akan menjadi Ayah pengasuh putera Allah. Namun, sebagai kaum anawim, bolehlah kita meyakini, bahwa sebagaimana Maria, demikian juga Yusuf menginginkan kehendak Allah terjadi dengan sempurna dalam dirinya.
Sebagai garis keturunan raja Daud yang termasyur, Yusuf mengingat dengan baik kisah kepahlawanan, kekuatan, keperkasaan, raja Daud leluhurnya. Seorang penggembala sederhana, yang paling muda dari saudara-saudaranya, yang dipilih dan diurapi Allah menjadi raja atas Israel. Raja yang selalu menang dalam berbagai pertempuran. Raja yang mempersatukan kedua belas suku Israel.Raja yang namanya tetap diingat turun-temurun, dan segenap kaum Israel merindukan adanya raja seperti Daud leluhurnya. Entah dari mana Yusuf tahu Maria tunangannya sudah mengandung sebelum mereka hidup sebagai suami istri tidak dikisahkan dalam Injil(18). Penginjil Matius mengisahkan, dalam pergumulan batin yang hebat Yusuf mempertimbangkan hendak menceraikan Maria secara diam-diam (ay 19). Di sini terjadi pergulatan antara cinta yang berakar dalam hatinya terhadap Maria, dengan realitas insani yang tidak dapat dipahaminya dari keadaan terkini Maria tunangannya. Karena cinta pula, Yusuf yang memahami dengan sangat baik hukum Taurat, tidak tega meninggalkan Maria dengan serta merta.
Bagaimana pun gadis ini sangat dicintainya. Namun ketidakpahaman tentang kenyataan yang terjadi atas diri Maria yang mengandung tanpa sepengetahuan dirinya, membuat Yusuf tidak mampu menyakiti Maria sekaligus tidak mudah menerima kenyataan yang terjadi. Apa yang sudah terjadi dengan Maria, bukan urusannya. Tak sanggup pula Yusuf bertanya atau menyelidiki, sekedar dialog dan klarifikasi. Di sinilah letak ketulusan hatinya yang berakar dalam cinta. Tidak rela melukai, meski pun dia dapat melakukan demikian. Bagi Yosef, Maria terlalu berharga jika hanya sekedar untuk ditanyai. Sebab bagi Yusuf, melukai hati Maria berarti menorehkan luka dalam hatinya sendiri. Dalam cinta pula, Yusuf memutuskan, menceraikan Maria secara diam-diam. Sebab pikirnya, itulah cara terbaik dan alternatif terakhir untuk menyelamatkan Maria, sekaligus menambal luka hatinya yang menganga lebar. Pikiran wajar lelaki biasa tentang ketidaksetiaan Maria memenuhi benaknya. Yusuf mungkin juga tersesat dalam rasa bersalah, karena tidak mampu menjaga Maria dengan lebih baik. Apa pun perasaannya, tidak bisa ditarik mundur semua sudah terjadi. Yang terbaik adalah saat ini menerima, menikahinya, baru kemudian menceraikan diam-diam. Rencana ini disimpan rapi-rapi dalam dirinya, tak seorang pun tahu. Maria pun tidak diberitahunya. Yang diketahui orang, adalah Yusuf menikahi Maria. Rencana selanjutnya adalah rahasia batinnya yang terluka.
Yusuf merasa nyaman dan tertidur setelah merasa sudah beres persoalannya tentang Maria. Tapi jauh dalam lubuk hatinya yang terdalam, sebagai pria saleh, kaum anawim yang menaruh segalanya pada Allah, ada seceraah riak hatinya yang sadar bahwa Allah melihat semuanya. Pasti Allah tahu apa yang terjadi dengan Maria. Allah mengerti pergumulan batinnya. Tak sedikit pun terbersit dalam dirinya, ada campur tangan Allah atas diri Maria. Yusuf terlalu polos dan tulus, dan sejak semula hanya fokus melakukan kehendak Allah, tidak pernah berniat menyelidiki kehendak Allah dengan dugaan yang bukan-bukan tentang Allah.
Yusuf juga tidak mempersalahkan Maria dan keluarganya. Masih ada cinta yang tetap dan penuh untuk Maria. Dan kekuatan cinta itu begitu besar sehingga membuatnya tidak mampu untuk membenci. Yusuf tidak mampu untuk bertanya secara langsung apalagi marah, atau bertindak arogan. Yusuf tahu posisi Maria yang sulit sebagaimana gadis-gadis pada umumnya di tengah tekanan penjajahan Romawi. Masih ada harapan untuk menerima Maria apa adanya, jika sekiranya dia mendapatkan sedikit penjelasan dari mulut Maria tentang hal ikhwalnya. Tetapi Maria dan keluarganya hanya berdiam diri saja. Untuk sementara, keputusan menikahi dan sesudahnya menceraikan dengan diam-diam adalah yang terbaik.
Allah melihat dengan jelas reaksi dan disposisi batin Yusuf. Allah mengetahui segala pikiran dan rancangan Yusuf secara detail. Allah seakan-akan membiarkan Yusuf sesaat mengalami semacam guncangan batin. Allah membiarkan Yusuf bergulat dengan pikirannya, yang melibatkan emosi dan segenap daya jiwanya. Semakin Yusuf bergumul untuk menceraikan Maria, semakin terluka hatinya. Semakin bulat rencananya, semakin lelah jiwanya. Sebuah keputusan dari pikiran manusia biasa, yang belum dibawa ke hadapan hadirat Allah yang maha tahu untuk diklarifikasi. Patut dimaklumi, dalam keadaan kalut bercampur bingung dan kecewa, langkah sesaat hanya sampai di situ.Tapi, tidak demikian dengan Allah yang sudah sangat mengenal siapa Yusuf sebelumnya. Yusuf bukan pria biasa-biasa, meski tampak biasa. Yusuf pria beriman, berpengharapan; pria yang sangat bertanggung jawab. Bahkan dalam situasi seperti itu pun, Yusuf masih mau bertanggung jawab dan menanggung semuanya demi keselamatan Maria. Yusuf rela mengabaikan perasaan hatinya sendiri dan memilih menyelamatkan Maria dan Bayi dalam kandungannya. Sesudah itu, barulah dia pergi menanggung duka yang mendalam.
Sejak semula Allah telah mengetahui segalanya tentang Yusuf, karena segalanya ada dalam rancangan-Nya. Namun, kadang perlu diuji dengan sesuatu yang sulit, yang bahkan secara manusiawi tidak mampu ditanggung. Dalam hal ini, Yusuf terbukti tulus, penuh kasih dan taat.Yusuf memilih menyelamatkan Maria dan Bayi dengan berani mengorbankan perasaannya sendiri. Berani menanggung duka hati sendiri, asalkan yang dicintainya dalam keadaan baik-baik saja, aman, selamat dan bahagia. Lagi pula rencana Yusuf untuk pergi meninggalkan Maria dengan cara yang elegan. Manis di mata orang, tapi pahit ditelannya sendiri dalam luka.
Cukup bagi Allah memandang pergumulan Yusuf. Tidak menunggu lama, sesaat ketika Yusuf tertidur, Allah hadir dalam mimpi melalui malaikat dan menyapanya dengan penuh kasih, “ Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. ,..( ay 20 -23). Sedikit pun malaikat tak memberi kesempatan bagi Yusuf untuk terjaga dan bertanya, karena ini adalah mimpi. Tapi Yusuf sungguh percaya pada mimpi yang adalah kenyataan jawaban atas hatinya yang memang mencintai Maria. Selain Tuhan yang dicintai, di dunia ini yang paling dicintai adalah Maria. Yusuf akhirnya tahu apa yang dialami Maria. Dan sesuai kerinduan hatinya, tidak perlu tunggu lama, langsung mengambil Maria sebagai isteri. Tentang penjelasan Bayi di kandungan Maria yang adalah anak Allah, yang harus dinamai Yesus, semua sudah jelas bagi Yusuf. Penginjil Matius mencatat:”Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.Ia mengambil Maria sebagai istrinya.”( Matius 1 : 24).
Selanjutnya Allah melepaskan Yusuf melakukan segala yang dipikirkan hatinya, untuk ‘melindungi Maria dan Bayinya’.Tentu saja, Allah menyertai dengan rahmat kasih dan kebijaksanaan. Modal utama Yusuf yang dicurahkan Allah sudah lebih dari cukup yakni IMAN, TAAT dan CINTA. Betapa besarnya cinta Yusuf pada Maria. Betapa besar rasa hormat dan takut akan Allah. Dengan sukacita Yusuf melanjutkan perjalanan hidup bersama Maria dan Yesus. Sejak waktu itu, Yusuf bertanggung jawab penuh atas keselamatan Kelaurga Suci sesuai dengan rencana dan kehendak Allah dalam situasi konkret yang dihadapi. ( Kons. No.45). Hal ini sangat menyenangkan hati Allah sebab menemukan orang-orang yang tepat, yang takut akan Allah dan bertanggung jawab dengan penuh cinta atas keselamatan orang lain.
Cinta telah selalu membuat Yusuf mampu melakukan segalanya. Ketaatan iman dan cinta bapa Yusuf, menyenangkan hati Allah. Bagian Allah adalah mencurahkan daya rahmat Ilahi secara tak terhingga kepada Yusuf. Bagian Yusuf adalah selalu menengadah kepada Allah untuk minta petunjuk dan bekerja sama dengan rahmat Allah, taat dan setia pada jalan yang dikehendaki Allah baginya. Bagian Maria adalah patuh pada Yusuf sebagai kepala keluarga. Nanti, bagian Yesus sebagai Anak dalam keluarga adalah patuh pada ayah bunda-Nya. Tidak mudah bagi Yusuf mengepalai sebuah keluarga yang di dalamnya Allah hadir secara nyata dan mewujud dalam rupa manusia, Yesus. Tidak mudah bagi Maria, menjadi ibunda Putra Allah. Tidak mudah bagi Yesus menjadi manusia dan hidup di tengah umat manusia yang mengabaikan dan menolak Allah.
Namun, tidak ada yang sulit bagi seorang yang penuh iman, taat dan penuh cinta seperti Yesus, Maria, dan Yosef. Sebab mereka menaruh segala harapannya pada Allah. Mereka selalu menghendaki kehendak Allah terjadi atas diri mereka. Mereka penuh penyerahan diri kepada Allah.Mereka memposisikan diri sebagai hamba Allah. Itulah kehendak Allah yang khusus bagi Yusuf yakni menjadi ayah pengasuh putera Allah, suami bunda Sang Putra, kepala keluarga Kudus.
Konstitusi nomor 20 menuliskan secara singkat namun mendalam tentang sikap batin St. Yusuf dalam menanggapi kehendak Allah. “Demikian pula Yusuf yang tidak mengerti penjelmaan sebagai rencana Allah yang telah terlaksana dalam diri Maria, ia pun menerima kehadiran Tuhan di tengah-tengah keluarganya.” Suatu sikap yang sangat baik untuk kita tiru. Meski tidak tahu, tidak mengerti tentang kehendak Allah yang terjadi atas diri Maria, tetapi Yesus mau menerima, terbuka terhadap segala kemungkinan yang terjadi. Hatinya begitu luas dan lapang.
Di sinilah letak kerendahan hati Yusuf yang luar biasa. Sementara bagi kebanyakan kita, tidak mudah untuk menerima sesuatu yang tidak diketahui, tidak dimengerti, tidak paham situasi dan persoalan tertentu yang bukan hanya tentang kita tetapi juga tentang urusan orang lain. Yusuf mewariskan teladan istimewa yakni menghormati dan menghargai misteri Allah dan rahasia orang yang dikasihinya. Yusuf tidak menuntut untuk mengetahui segala sesuatu tentang Maria juga tidak mau mencari tahu. Yusuf lebih memilih mempercayakan segalanya pada Allah yang pasti akan menyelesaikan masalahnya dengan Maria. Jika Allah campur tangan maka semuanya akan terjamin beres.
Sejenak merenung, kadang kita menghabiskan banyak energi positif untuk sekedar mencari tahu persoalan hidup orang lain yang tidak ada hubungan dengan kita. Tujuannya hanya sekedar untuk memuaskan rasa ingin tahu, yang bersifat sementara. Hal ini sangat bertolak belakang dengan teladan yang diwariskan Bp Yusuf. Belajar dari bapa Yusuf, STOP mencari tahu apalagi yang tidak berurusan dengan kita. Belajar dari bapa Yusuf yang lapang hati menerima, meski tidak mengerti begitu banyak misteri, untuk mendengarkan kehendak Allah dan menerima kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita.( Konst. 20). Hati damai, jiwa tenang, hidup tentram dan fokus pada upaya melaksanakan kehendak Allah.
( Syering renungan tridium jelang Pesta Keluarga Kudus thn 2021 dengan tema : Mencari dan Melaksanakan Kehendak Allah seperti Keluarga Kudus Nasaret).
Recent Comments