Meski dipilih secara istimewa terlibat dalam karya keselamatan Allah, Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yosef tidak dibebaskan dari berbagai persoalan atau masalah kehidupan. Sebagai manusia biasa, sebagai sebuah keluarga dalam rumah tangga, berbagai kesukaran hidup juga mereka alami. Perlu di tilik dengan cermat, bahwa segala yang mereka alami, semua dalam kontek karya keselamatan. Maria dan Yosef sebagai pribadi istimewa yang dipakai Allah dengan cara istimewa meski mereka menjalani kehidupan yang biasa sebagaimana orang lain pada umumnya. Namun ada sesuatu yang menarik untuk direnungkan, bahwa terhadap masalah-masalah yang terjadi atas diri Maria dan Yusuf, mereka bersikap tenang. Mereka tenang.Tenang, menanti saat yang tepat.Tidak buru-buru dan tergesa-gesa ambil keputusan. Maria tidak memberitahu pada Yosef apa yang terjadi pada dirinya. Maria juga tidak curhat dengan teman-teman dekat di kampungnya apa yang sedang dialaminya. Yosef juga tidak ber-share kepada teman-temannya apa yang sedang digumulinya. Mereka tenang. Menanti waktu yang tepat untuk berkisah. Bahkan yang lebih tepat adalah mereka membiarkan orang lain tahu sendiri apa yang terjadi. Lebih tepat lagi, mereka membiarkan Allah yang membereskan semua masalah mereka.
Tanggapan mereka sangat positif terhadap kesukaran yang dialami. Beberapa disposisi batin dan sikap yang melandasi tanggapan Keluarga Kudus Yesus, Maria Yosef terhadap kesukaran hidup mereka sehari-hari sbb :
Pertama : Keluarga Kudus terbuka untuk mendengarkan Allah dan Sabda-Nya. Mereka yang sudah percaya sejak awal, semakin teguh kepercayaannya bahwa Allah akan bertindak atas segala problema kehidupan mereka. Sejak awal mereka telah memersembahkan seluruh hidupnya kepada Allah. Mereka merelakan diri dan memberi tempat istimewa kepada Allah untuk mengambil tindakan atas hidup mereka.
Kedua : Keluarga Kudus menanti dengan tenang, sabar dan tekun dalam suasana hening dan doa. Mereka tidak terburu-buru, tidak mendesak Allah atau meminta-minta agar segera bebas dari kesukaran atau kesulitan. Mereka berketetapan hati untuk membiarkan Allah berkarya atas kehidupan mereka. Tentu, bukan berarti mereka diam saja, tidak melakukan sesuatu. Mereka melakukan segala hal, dengan terlebih dahulu mendengarkan Allah, lalu menunggu. Dalam masa penantian itu, mereka memperoleh pencerahan, inspirasi,kekuatan, kemampuan untuk mengambil keputusan.Keputusan yang diambil dengan mendengarkan Suara Allah dalam keheningan dan doa.
Ketiga : Keluarga Kudus senantiasa berdoa dan bersyukur. Apa pun yang alami, dipandang baik oleh mereka, karena mereka mendasarkan hidup mereka atas iman akan Allah, bukan atas pikiran dan pertimbangan manusiawi.Pasti Bunda Maria dan Yosef berdoa tanpa henti sampai terbawa dalam tidur sehingga bisa berjumpa dengan malaikat yang memberi peneguhan. Berdoa tanpa henti artinya mengarahkan hati seluruhnya, semuanya, sepenuhnya pada Allah, meski kaki injak bumi, tangan bekerja dan bisa melakukan apa saja. Magnificat sebuah doa syukur yang indah dari Maria.
Keempat : Keluarga Kudus selalu berkomunikasi dan berkonfirmasi dengan Allah. Apa artinya konfirmasi dengan Allah? Artinya dalam doa dan renungan itulah merupakan saat atau kesempatan untuk meyakinkan diri mereka, apa yang dikehendaki Allah. Sebagaimana Bunda Maria ketika mendengar kabar malaikat bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dia berani bertanya , bagaimana hal itu mungkin terjadi karena aku belum bersuami ( bdk Lukas 1: 26 -38). Ada hal-hal tertentu yang butuh jawaban, ada yang tidak perlu ditanya, mereka menerima dengan hati terbuka dan merenungkan dalam hati. Demikian juga dalam mengambil keputusan untuk tinggal tetap di Nasaret atau ke Betlehem untuk cacah jiwa meskipun dalam kondisi mengandung tua? Pasti setelah konfirmasi dengan Allah ( baca: menimbang-nimbang,sebelum memutuskan), mereka putuskan untuk berangkat ke Betlehem. Taat pada perintah kaisar Agustus. Setelah tidak mendapatkan penginapan, dan saat semakin mendekat bagi Maria untuk melahirkan, tentu setelah konfirmasi dengan Allah, pilihannya adalah kandang domba sebagai rumah untuk berteduh dan palungan sebagai tempat tidur untuk membaringkan Yesus.
Kelima : Keluarga Kudus taat penuh kepada perintah Allah. Maria taat kepada Allah dengan fiatnya. Yosef taat kepada Allah meski cuma melalui mimpi. Tidak ada kompromi, tidak ada sungut-sungut, tidak ada pertanyaan. No Commen. Mereka taat pada aturan pemerintah, pada hukum taurat, dan terutama mereka taat pada kehendak Allah dalam segala hal.
Keenam : Keluarga kudus siap sedia melaksanakan perintah Allah. Bangunlah dan pergilah,… Dan benar, Yosef bangun dan pergi ke Mesir, malam itu juga. Tidak ada waktu untuk menunda dan merenungi nasib hidup kenapa harus begini dan begitu. Disuruh berangkat ke tanah Israel, yach..langsung berangkat.Di hadapan Allah, Yosef dan Maria, hanya bisa tunduk dan bergerak..melangkah pergi dengan diam-diam tanpa bicara satu kata pun. Sigap , siap sedia.
Ketujuh : Keluarga Kudus berjalan sambil Merenung. Artinya, dalam seluruh hidupnya, baik sedang berjaga,maupun waktu tidur, waktu kerja atau waktu senggang, pandangan mereka selalu ditujukan kepada Allah. Bukanlah waktu yang singkat bagi Maria selama sembilan bulan untuk merenungkan semua yang dikerjakan Allah baginya. Setelah kabar malaikat dan jawaban fiatnya, janin Bayi Kudus, Allah Maha Tinggi sudah tertanam dalam rahim sucinya. Perjalan dari Nasaret ke rumah Zakharia, penuh dengan renungan indah, sehingga ketika berjumpa dengan Elisabeth…keluarlah kata-kata indah yang ditujukan kepada Allah dalam magnificatnya. Jika tidak direnungkan tidak akan mudah keluar kata-kata indah..Tidak mungkin, karena memang apa yang keluar dari seseorang tentu dari hati yang terdalam. Elisabet diberkati dengan mendengar seruan magnificat yang indah ini. Perjalanan menuju Betlehem berhari-hari, pertama kali buat Maria dalam keadaan mengandung dan bagi Yosef yang harus membawa istrinya, bukan sekedar perjalanan biasa, tapi perjalanan sambil merenung.Perjalanan dari Betlehem menuju Mesir di kegelapan malam, panas yang terik di tengah hamparan padang pasir, bukanlah perjalanan biasa, berjalan sambil merenung.
Betapa indahnya bagi kita yang berkenan dengan rela hati dan sukacita berjalan dalam jalan kasih Keluarga Kudus, untuk mencontoh teladan hidup mereka dalam menghadapi problem hidup. Tidak ada sesuatu yang terlalu sulit jika bersama Allah, sebagaimana diteladankan oleh Keluarga Kudus.*hm
Recent Comments