Dalam Litani Keluarga Kudus dinyatakan “ Keluarga Kudus yang ibunya merupakan teladan kesabaran.” Maria, Bunda Keluarga Kudus Nasaret, wanita yang sangat sabar dalam seluruh perjalanan hidupnya. Sebagai ibu, Maria telah menang dalam kesabaran mengasuh, mendampingi dan mendidik putranya. Dari Maria, Yesus belajar sabar dan tumbuh dengan penuh hikmat, yang semakin dikasihi Allah dan manusia. Di Nasaret, Maria telah menebarkan pesona kesabaran kepada semuanya. Kini, sebagai Bunda Gereja, Maria sabar membimbing kita menuju pertobatan sejati.
Kesabaran Bunda Keluarga Kudus ini, mencapai puncaknya ketika mengalami duka mendalam dalam menyusuri jalan salib Putranya. Kita dapat mengkontemplasikan bagaimana perasaan dan kedalaman hati Bunda dengan mata kepalanya sendiri, Bunda menyaksikan semua deraan, sengsara yang paling mengerikan yang dialami putranya oleh orang-orang yang tidak mengenal Putera-Nya. Ibu manakah di dunia ini, yang tahan berdiam diri menyaksikan anaknya diperlakukan demikian tidak manusiawi. Hati keibuan seorang ibu akan segera menolong dan membela anaknya. Tidak demikianlah dengan Bunda Maria. Kesabarannya diwujudkan dalam menahan diri dari semua naluri manusiawi untuk membela. Bunda memilih menerima semua itu dengan hati yang tegar nan sabar, tanpa menghakimi, tanpa kebencian, tanpa kemarahan.
Kesabaran imani.
Kesabaran hatinya yang luar biasa, melebihi apapun dan siapapun dan inilah ungkapan kasihnya yang terlahir dari imannya yang mendalam pada Allah. Allah yang adalah kasih dan kasih itu sabar, sabar menanggung segala sesuatu,yang terpahit, terpedih sekalipun dan menyayat hati dan tak tertanggungkan. Bunda yang sabar, memilih memberikan kesempatan kepada Allah untuk melakukan segala hal yang dikehendaki-Nya yang dipandang baik. Apa yang baik di mata Allah, baik pula di mata Sang Bunda.
Jalan kesabaran imani ini, bukan sekali jadi, sewaktu-waktu tetapi tertanam dalam batin,terlatih dan teruji dalam aneka macam pergumulan hidup. Bunda sudah alami semua itu di Nasaret, dalam perjalanan ke Betlehem, dalam perjalanan ke Mesir, kembali dari Mesir. Dalam hidup puluhan tahun di Nasaret, Bunda sabar menanti penuh pengharapan janji Allah tergenapi dalam diri Putranya Yesus. Kesabaran yang dipupuk dengan sikap iman yakni mendengarkan dengan hati, menjalani dengan tenang, merenungkan semuanya dalam hatinya dan menyerahkan kepada Allah.
Merenungkan kesabaran Bunda Maria, sangat menolong kita untuk memupuk semangat kasih yang ditunjukkan dalam sikap sabar. Sabar dalam segala hal dan situasi, suka dan duka. Masih adakah keutamaan kesabaran hidup dalam rumah tangga dan keluarga-keluarga? Masihkan kita menghargai nilai waktu dengan setia dan sabar menunggu? Menunggu waktu Tuhan terjadi atas kita sesuai kehendak-Nya. Masih relakah kita menunggu dengan penuh sabar perubahan – perubahan kecil dalam diri kita? Masihkah kita rela bersabar, ketika kita melihat dan mengalami betapa lambannya sesama kita untuk maju dan berkembang? Masih sabarkah kita membiarkan Tuhan bekerja dan berkarya dalam diri kita sesuai mau-Nya.
Menyaksikan saat ini begitu banyak saudara-saudari yang tanpa dikehendakinya, mengalami penderitaan dalam hidupnya, goncangan gempa yang meluluhlantakan semua yang dimiliki dan menghancurkan segala daya, meremukkan energi kehidupan, merenggut segala yang dipertahankan.Hati kita tersontak dan luluh di hadapan derita itu. Saat ini mudah sekali bagiku, untuk merenung kesabaran Bunda, ketika aku tidak mengalami situasi sulit seperti itu. Namun, bagi saudara-saudariku yang sedang mengalaminya, tanpa dimaui, seluruh daya hidup dikerahkan untuk bersabar dan menerima realita tanpa menghakimi seraya menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Saya membayangkan saudara-saudariku di Lombok, di Palu dan sekitarnya mengalami titik tertinggi kesabaran imani seperti Bunda Maria dalam perjalanan menuju Golgota dan di Golgota.
Selangkah lebih Maju
Bunda Maria teladan kesabaran telah meninggalkan warisan keutamaan kasih yang luar biasa besar yang terwujud nyata dalam kesabarannya dalam penderitaan dan kedukaan mendalam.Kita patut belajar sabar dari Sang teladan kesabaran, mulai dari hal-hal kecil dan sederhana dalam kesukaran hidup sehari-hari. Sehingga ketika tiba saatnya diperkenankan mengalami kesukaran dan penderitaan yang besar, kasih yang mewujud dalam sikap sabar menjadi jalan yang dipilih, tidak sekadar untuk bertahan hidup, tapi untuk memuliakan Allah. Sebab kita percaya, tiada satu pun penderitaan kita alami, tanpa ‘diizinkan’ Tuhan.
Namun satu hal yang perlu, yakni jadilah tenang dengan belajar menerima kenyataan hari demi hari, belajar beriman tiap saat dan belajar menyerahkan diri kepada Allah setiap detik kehidupan kita. Hidup ini sesungguh suatu proses belajar dan belajr lagi, sampai akhirnya kita menempuh ujian yang layak diberikan oleh ALLAH dan hasilnya, siapa yang memperoleh hasil terbaik, akan memperoleh hadiah.Dengan belajr sabar, sebenarnya kita sedang dalam perjalanan selangkah lebih maju dalam kedekatan dengan Tuhan.Semoga Bunda Maria, teladan kesabaran membantu kita dengan doa-doanya dan menemani saudara-saudari kita yang sedang mengalami penderitaan. *hm
Recent Comments