Sekolah Utama dan Pertama dalam membangun Persaudaraan kasih
Keluarga Kudus Nasaret menjadi model dan pola hidup karena iman, hidup doa dan kesalehan yang melahirkan kasih dan persaudaraan yang mendalam. Maria menjawab ya ketika malaikat memberi kabar bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang nantinya diberi nama Yesus ( Luk 1 : 26 – 28 ). Yusuf berkata ya kepada malaikat untuk memperistri Maria, ibu Yesus ( bdk Konst. No. 13 , 14 ). Karena iman dari Maria dan Yusuf yang mendalam lahirlah kasih untuk umat manusia. Mereka juga taat menjalankan tugas dan kewajiban agama seperti yang terlihat dalam Luk 2 ; 21 – 40. Keluarga Kudus Nasaret mentaati Taurat Musa dengan pergi ke Yerusalem untuk mempersembahkan Yesus sebagai anak sulung laki-laki kepada Allah.Kesalehan Keluarga Kudus terlihat dalam Luk 2; 41 – 52 . Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah,…
Dalam suasana penuh iman, keyakinan mendalam dan penuh cinta kepada Allah sehingga Maria sendiri menyebut dirinya sebagai hamba Tuhan ( Luk 1 ; 37, 48 ).Yusuf rela menjadi suami Maria , menjadi bapa pelindung, pengasuh dan penjaga Yesus.Situasi seperti itu membuat Yesus sebagai anak dapat berkembang menjadi manusia yang semakin bertambah hikmat dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia (Luk 2 : 52)
Ketabahan Maria dalam menghadapi penderitaan yang dimulai saat kelahiran Yesus karena tiada tempat bagi mereka di rumah penginapan ( Luk 2 ; 7 ) hingga wafat Yesus di salib ( Yoh 19 ; 25 ). Ketabahan dan ketegaran hati maria karena ia mencintai manusia. Bahkan semua itu sudah diramalkan oleh Simeon ketika Yesus disunat dan dikuduskan bagi Allah.
Hidup dalam Cinta
Seperti Keluarga Kudus selayaknya kita perlu membangun kehidupan atas dasar cinta dan persaudaraan. Hidup kita tidak dapat dipisahkan dari cinta. Dan sebagai pengikut Kristus yang sejati yang mau terus –menerus mengarahkan hidup menuju kekudusan, cinta dan persaudaraan harus diamalkan dalam kehidupan yang nyata. Hidup dalam cinta mengandaikan kita dapat bersikap jujur dan terbuka, sederhana dan bebas sebagai anak Allah yang merdeka, bertekun dan disiplin, berpandangan luas dan mendalam, ramah – tamah dan familier dengan semua orang.
Membangun hidup dalam cinta menuntut kita untuk mengerti serta memahami orang lain, menaruh simpati dan berempati, respek dan rela memaafkan orang lain. Ide dan perspektif serta prinsip hidup boleh berbeda, tetapi atas nama cinta, kita mesti sanggup meninggalkan diri sendiri. Cinta akan menyanggupkan kita untuk lebih terbuka, rela dan bijaksana dalam hidup. Cinta juga memampukan kita untuk mengerti orang lain dan dengan itu kita juga membantu sesama memahami diri mereka.
Bila cinta diutamakan dalam hidup bersama, keterbukaan dan pengertian yang terpupuk akan secara perlahan-lahan membentuk kita menjadi orang yang bijaksana, yang tidak mudah berprasangka buruk dan berpikir negatif terhadap orang lain. Orang yang bijak mampu memandang setiap problem hidup sebagai kesempatan untuk maju dan berkembang. Orang bijak tahu memposisikan diri, tegas sekaligus luwes dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya dan hidup sesamanya. Cinta yang disandang memungkinkan orang bijak semakin optimis dan berpengharapan di tengah realita hidup yang sulit.
Hidup terlalu mahal untuk dipandang sederhana dan sangat berharga. Setiap detik kehidupan memiliki makna karena berhubungan erat dengan rencana keselamatan Allah bagi setiap orang. Kehilangan waktu berharga setiap saat, yang tidak didasari cinta yang penuh persaudaraan, berarti juga kehilangan rahmat untuk selamat. Hidup dalam cinta dan pengabdian penuh penyerahan diri memampukan kita untuk menghayati nilai-nilai luhur hidup manusia dan nilai rohani – imani sekaligus menyadarkan kita bahwa hidup ini anugerah semata-mata. Dalam cinta dan karena cinta kita mengalami sesuatu yang selalu berbeda dan berubah setiap harinya. Dalam terang keselamatan Allah, cinta membuat hidup kita berarti di hadapan Tuhan. Hanya dalam cinta kita dapat mengalami hakekat hidup yang senantiasa dicari yakni yang bernilai abadi.
Dengan senantiasa memandang kepada Keluarga Kudus Nasaret, keberanian untuk senantiasa meniru pola hidup Keluarga Kudus dalam mencinta membantu kita untuk hidup penuh kegembiraan dan sukacita. Hidup yang dijalani dengan cinta dan sukacita menjadikan kita semakin bebas sebagai anak-anak Allah.*hm
Recent Comments