Pada hari Hidup Bakti Sedunia ini, yang bertepatan dengan pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah, ada baiknya kita merenungkan salah satu litany Keluarga Kudus yang menurut saya berkaitan erat dengan hakekat hidup bakti kita yakni Keluarga Kudus yang dilandasi oleh kesediaan mengemban kehendak Allah. Seruan lanjutannya adalah sucikanlah kami. Hidup bakti kita pada hakekatnya adalah persembahan diri untuk melakukan kehendak Allah yang lahir dari kesediaan kita untuk melaksanakan kehendak Allah. Tatapan kita adalah keluarga Kudus Nasaret.
Kehendak Allah merupakan tugas penting
Dalam Keluarga Kudus, kehendak Allah adalah segalanya. Yesus Maria Yosef memandang kehendak Allah sebagai tugas penting dalam mencari dan mendengarkannya. Sesudah menemukannya, mereka menyalurkannya dengan penuh rasa syukur kepada orang lain, dan membawa orang lain ke dalam satu keluarga Bapa ( Bdk.Konst.nomor 6). Maria taat kepada kehendak Allah melalui pewartaan malaikat, Yosef taat kepada kehendak Allah melalui mimpi dan Yesus taat kepaa kehendak Allah dalam tugas perutusan-Nya ( Konst.nomor 7). Keluarga Kudus menaati kehendak Allah dengan menaati: peraturan pemerintah, hukum Taurat, dan peristiwa hidup Yesus Kristus( Konst. No.8).
Mengapa Keluarga Kudus menempatkan kehendak Allah sebagai satu-satunya yang terpenting dalam hidup mereka? Jawabannya, mereka tahu kepada siapa mereka percaya.Mereka sadar hakekat hidup mereka, yakni hidup hanya untuk memuji dan memuliakan Allah. Allah menciptakan kita semata-mata untuk memuji dan memuliakan nama-Nya. Bisa hadir dan berada di dunia adalah kehendak Allah semata. Dipersatukan sebagai satu keluarga, juga kehendak Allah. Yesus putra Allah yang menjelma menjadi manusia, tinggal di tengah keluarga mereka, juga kehendak Allah. Bahkan Yesus menyatakan bahwa Makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Keluarga Kudus Bersedia Mengemban Kehendak Allah
Keluarga Kudus mencari, mendengarkan dan melaksanakan kehendak Allah dalam seluruh usaha perjuangan, suka duka hidup mereka. Untuk dapat mendengarkan, mereka harus menajamkan indra pendengaran, menciptakan suasana hening. Tidak hanya kuping dan suasana tenang, tentram di sekitarnya namun terlebih suasana hati, keheningan batin. Mendengarkan merupakan pilihan. Dalam hidup sehari-hari pilihan Keluarga Kudus adalah mendengarkan kehendak Allah dengan seluruh keberadaan hidup mereka, mendengarkan dengan sungguh-sungguh, sepenuh-penuhnya, dan segenap hati.Mendengarkan dengan hikmat,terbuka, total dan tuntas, tidak mendengarkan sebagian saja atua pada awalnya saja, tetapi dari awal sampai akhir. Mereka selalu berjaga-jaga, sebab Allah dapat menyatakan kehendak-Nya melalui apa saja dan di mana saja serta kapan saja. Hal ini nyata dalam pengalaman Yosef. Bahkan dalam mimpi pun, Yosef berjaga-jaga sehingga bermimpi.Karena itu setelah terjaga , Yesus segera melakukan apa yang dikehendak Allah sebagaimana dinyatakan dalam mimpi. Maria, mendengarkan kehendak Allah melalui doa-doa. Yesus mendengarkan kehendak Allah di tengah kesibukan mewartakan Kerajaan Allah, melalui doa-doa di tempat yang sunyi.
Bersedia mengemban kehendak Allah pertama-tama berarti bersedia dan berani meninggalkan dan menanggalkan kehendak diri sendiri. Tanpa ini, kehendak Allah tak mungkin secara sempurna dijalani. Maria, demi melakukan kehendak Allah, rela melepaskan kehendaknya. Bapa Yosef berani meninggalkan rencana dan impiannya untuk melaksanakan kehendak Allah, mengambil Maria sebagai istri, dan harus memberi nama Yesus kepada Anak yang akan dilahirkan Maria. Untuk melakukan kehendak Allah Yesus berani mengosongkan diri menjadi sama seperti manusia dalam segala hal kecuali dalam hal dosa. Allah yang mengenal kerelasediaan mereka secara sempurna, justru mempersatukan mereka sebagai satu keluarga, Keluarga Kudus. Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yosef, masing-masing pribadi dan sebagai sebuah keluarga bersama-sama mencari kehendak Allah.
Kehendak Allah tidak begitu mudah ditangkap oleh indra insani, bahkan oleh indra iman, kadang-kadang tersembunyi dan tersamar. Karena memang pengertian kita terbatas, pemahaman kita kadang tumpul, yang pada intinya akal budi manusia tak mampu menyelami sedalam-dalamnya. Karena rancangan atas kehendak-Nya bersifat misteri. Hanya mereka yang rela sedia masuk dalam misteri dengan penuh iman, dapat menemukannya. Maria dan Yosef berani masuk dalam misteri keselamatan ini, dan bertahun-tahun hidup dalam terang gelap iman. Maria dan Yosef mendampingi Yesus dalam perkembangan iman, mencari kehendak Allah dalam terang gelap, dalam keterbukaan bagi Allah dan Sabda-Nya melalui renungan Kitab Suci dan semangat iman. ( Konst.nomor 15).
Kehendak Allah harus dicari dengan hati tulus, dengan kehendak kuat untuk menemukannya dan tekad teguh untuk melaksanakannya.Maria dan Yosef bertekun mencari melalui keterbukaan terhadap Sabda Allah dan hukum taurat. Mereka merenungkannya siang malam dalam semangat iman dan bahkan Maria menyimpan semua dalam hatinya segala perkara Ilahi yang tak dipahami. Yesus, dalam pergumulan akhir di taman Getsemani untuk menerima dan melaksanakan kehendak Allah secara sempurna yang hanya melalui sengsara, wafat-Nya akhirnya menyerahkan diri secara bebas utuh kepada Allah, terjadilah kehendak-Mu.
Saya dan Anda telah menerima keselamatan dari Allah berkat kesediaan Keluarga Kudus dalam melaksanakan kehendak Allah secara sempurna. TIdak ada rasa syukur yang lebih besar dari semua anugerah ini, selain merelakan diri bersedia mengemban kehendak Allah agar semakin banyak jiwa mengenal kehendak-Nya, mencintai dan menyerahkan diri kepada Allah dan diselamatkan oleh-Nya. Keselamatan Allah menuntut pengorbanan kehendak dari semua kita yang hendak menerimanya.
Pilihanku : Terjadilah Kehendak-Mu
Saya dan Anda dapat belajar dari Keluarga Kudus, yang siap sedia, berani dan bersukacita melaksanakan kehendak Allah. Bersabar dalam waktu yang lama, menanti kegenapan janji Allah. Menyerahkan diri kepada Allah, manakala segala sesuatu nampaknya tidak mampu kita laksanakan karena terlalui sulit ataupun tak dapat dibayangkan. Yang Allah butuhkan dari kita tidak banyak. Tidak untuk lakukan ini dan itu, yang aneh atau sulit. Tidak. Allah hanya butuhkan kesediaan kita untuk mengemban kehendak-Nya. Kalau jawaban Anda adalah “Ya, saya bersedia” maka dengan segera Allah akan bertindak melaksanakan kehendak-Nya sendiri melalui ANda dan saya. Tidak terlalu sulit bukan?
Seringkali yang menjadi agak sulit adalah kita mengira kehendak Allah itu seperti keinginan atau kehendak kita. Kita merasa sudah cukup banyak melakukan kehendak Allah. Kita berpikir sendiri seakan-akan kita bekerja atau berjuang sangat keras untuk Allah. Sejatinya, Allahlah yang bekerja melaksanakan kehendak-Nya melalui kita. Andaikata kita sadar hal ini, maka kita akan tahu bahwa dalam melaksanakan kehendak-Nya, sikap dasar kita yang paling awal adalah buka hati mendengarkan Dia melalui firman-Nya, bertekun merenungkannya, berkomunikasi dengan-Nya, maka jalan kehendak-Nya akan nampak di mata batin kita.
Adalah keliru ketika kita bekerja tanpa tujuan dan tanpa konsultasi dengan Allah lalu mengklaim bahwa yang kita lakukan adalah kehendak-Nya. Padahal belum tentu. Keluarga Kudus sangat akrab dengan Sabda Allah dan selalu terbuka bagi Allah, karena mereka tahu, bahwa jika mereka tidak mendengarkan Allah, mereka pasti salah jalan. Kalau Keluarga Kudus saja demikian, seharusnya kita sadar bahwa akrab dengan Sabda Tuhan, berdoa dan bersatu dengan Tuhan adalah semangat dasar dalam perjuangan mencari, mendengarkan dan mengenal kehendak Tuhan.
Banyak dari kita kadang-kadang terjebak dalam aneka situasi sulit, bukan karena kesulitan itu sendiri tapi lebih pada sikap dan disposisi batin yang kurang terbukan terhadap firman Tuhan dan kita berjuang keras bekerja seolah-olah memang demikian. Dalam proyek kehendak Allah, bukan soal seberapa banyak kita harus bekerja tetapi kesediaan untuk melakukan yang Allah kehendaki dan itu berarti kita mesti taat.
Hidup bakti yang kita pilih, yang merupakan anugerah Allah pada dasarnya adalah perziarahan dan petualangan mencari dan melaksanakan kehendak Allah.Hidup sudah kita persembahkan sejak awal , bukan baru sekarang, sudah dibaktikan, maka seyogyanya, kita tidak memiliki kehendak sendiri, tetapi tugas penting kita adalah menyesuaikan,menyelaraskan apapun yang kita lakukan dengan apa yang dikehendaki Allah, bagi setiap kita dan juga bagi orang yang dilayani. Maka adalah mustahil, jika kita mengatakan melakukan kehendak Allah sementara relasi kasih kita untuk mendengarkan Sabda Allah kurang berkembang. Akan nyata pada saatnya bahwa kita akan merasa sia-sia, tidak mampu, bahkan bosan dan mungkin melarikan diri. Orang yang melakukan kehendak Allah , tidak akan bertindak demikian, karena Dia tahu, Dia Cuma alat saja di tangan Allah dan tidak memiliki pretensi apa pun di hadapan Allah dan sesama. Hanya kita yang masing terlibat dan bergelimangan kepentingan diri sendirilah, yang akan merasakan demikian. Sebab melakukan kehendak Allah sebenarnya mesti menjadi kesukaan orang.
Betapa agunglah Allah, dan kerahiman-Nya tiada batas. Meskipun menemukan banyak dari kita mengalami hal demikian dan berkutat dengan kehendak diri, toh dengna cara-Nya sendiri dituntun-Nya kita untuk kembali. Tidak ada hal yang lebih indah selain syukur yang diwujudkan melalui ungkapan kata, hati dan tindakan, “terjadilah kehendak-Mu Tuhan , bukan kehendakku”. Keluarga Kudus yang dilandasi oleh kesediaan mengemban kehendak Allah, sucikanlah kami. AMIN.*hm
Recent Comments