Kita sedang memasuki masa “hening” dan waktu berkualitas untuk keluarga masing-masing di rumah. Sebuah kesempatan berharga dan sebuah anugerah istimewa, yang menjadi kesempatan langka dalam kehidupan masa kini. COVID 19 telah mengantarkan banyak orang di dunia ini untuk kembali seperti kehidupan di masa lampau. Seperti kehidupan di pedesaan terpencil yang belum terjamah oleh riuhnya teknologi komunikasi dan informasi. Masa rahmat ini, bagi sebagian orang masih dianggap suatu perampasan kebebasan pribadi ketika munculnya berbagai himbauan dan kebijakan. Bagi orang tertentu masih dipandang sebagai keputusan yang terlalu cepat. Bagi yang lain, adalah sebuah cara Allah melalui para pemangku kekuasaan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin orang dari kemungkinan penularan.
Beberapa orang yang kreatif mulai berceloteh tentang kebijakan himbauan antara yang agamawi dan yang humanis. Beberapa pertanyaan dilontarkan. Praktek kehidupan beragama secara komunal untuk sementara dilakukan dari rumah. Rumah ibadah untuk sementara dijauhkan dari kerumunan jemaat, sebagai salah satu perwujudan social distancing untuk menghindari penyebaran covid 19. Masih pula ada yang bertanya, mengapa supermarket, mall, dan tempat lainnya masih tetap dibuka? Jawaban bijak adalah menunggu giliran. Semua ada waktunya masing-masing.Menanggapi semua peristiwa yang terjadi dengan peningkatan percepatan penyebaran COVID dan semakin banyak korban berjatuhan serta himbauan pimpinan negara, pimpinan Gereja dan pimpinan daerah, saya jadi ingat kalimat indah ini. Ketaatan selalu akan menyelamatkanmu.
Memang, tidak mudah bagi seseorang untuk taat meskipun tampaknya sangat sederhana. Untuk hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan diri sendiri orang mungkin taat. Untuk hal-hal yang masuk akal barangkali mudah untuk taat. Sementara untuk hal-hal yang bagi seseorang, belum dipahami secara baik, kurang mengerti tujuannya dan tidak langsung berkaitan dengan dirinya, orang menjadi sulit taat dan banyak pertimbangan. Jika hal ini terjadi dalam sebuah rumah tangga atau komunitas, maka akan menghalangi terwujudnya kebaikan bersama atau bahkan mengancam keselamatan hidup orang lain.Dari pada menghabiskan waktu untuk berdiskusi mengapa harus begini dan tidak seperti itu, lebih baik kita merenung dan mengambil hikmah dari perjalanan hidup Keluarga Kudus di masa sulit, ketika harus menyingkir ke Mesir karena ancaman bahaya pembunuhan oleh Herodes. Matius 2 :13- 15).Ketaatan Keluarga Kudus telah menyelamatkan seluruh dunia sepanjang zaman. Sebab ketaatan sederhana Yosef dan Maria telah menyelamatkan Yesus, Sang Juruselamat dunia.
Yang menarik dan patut kita renungkan dalam konteks ini adalah bagaimana sikap sigap, siap sedia dan taat, tanpa komentar dari Yosef , juga Maria dalam menanggapi perintah Malaikat (hanya) melalui mimpi. “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibuNya, larilah ke MEsir dan tinggalah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, kerena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia. ( Mat. 2: 13). Matius mengisahkan, “ Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir( Mat.2 : 14). Suatu ketaatan total yang lahir dari disposisi batin sederhana dan penuh penyerahan diri.
Yosef menyadari siapa dirinya. Menyadari juga siapakah orang-orang yang dicintainya.Maria juga sadar siapa dirinya dan siapa Bayi kecil yang hadir dalam keluarga mereka. “ Dialah Yang Kudus dari Allah, Anak Allah yang Maha Tinggi ( Luk 1 :32a). Kesadaran tersebut justru membuat mereka semakin rendah hati dan memilih tunduk pada kedaulatan Allah. Allah yang berbicara melalui malaikat bahkan hanya lewat mimpi. Yosef percaya mimpi itu pewahyuan Allah sendiri. Kita yakin, batin yang sederhana dan rendah hati seperti Yosef dan Maria, tidak memiliki waktu untuk berdiskusi dan tidak mempunyai kesempatan untuk berargumentasi. Dalam kesederhaaan itu, mereka taat saja. Sikapnya juga tidak menunda-nunda, tidak menunggu perintah lain lagi. Tapi malam itu juga, artinya sesegera mendengar kabar, sesaat itu pula mereka lakukan. Perjalanan panjang dari Betlehem ke Mesir, bukanlah mudah dan tanpa rintangan. Namun, bagi Yosef dan Maria, ini masalah lain. Pasti ada-ada saja jalan keluarnya dan benar, pada akhirnya mereka tiba di Mesir dan menetap di sana beberapa waktu.
Ketaatan Yosef, ketaatan Maria, telah menyelamatkan Yesus. Ketaataan mereka mendengarkan suara Allah melalui mimpi, menyelamatkan keluarga mereka. Dari ketaatan keluarga Kudus, kita sadar, kita juga diselamatkan. Karena Yesus, yang masa kecilnya sepenuhnya berada dalam asuhan Yosef dan Maria, akhirnya menyelamatkan kita, menyelamatkan seluruh dunia. Dialah Juru Selamat dunia.Ketaatan selalu akan menyelamatkan kita dalam semua hal. Tidak hanya berlaku pada saat kita mengalami situasi sulit seperti ini. Namun juga taat sebagai sebuah sikap berkembang menjadi kebiasaan dan karakter yang kuat dalam diri seseorang. Ketaatan orang tua, dapat menular kepada anak-anak. Ketaatan seseorang dapat pula menginspirasi orang lain. Ketaatan seseorang kelihatan biasa-biasa saja, namun tanpa disadari menyelamatkan banyak orang.
Bercermin dari ketaatan Keluarga Kudus Yesus Maria Yosef dalam situasi sulit, kita belajar taat dalam situasi sekarang ini. Penyebaran COVID 19 seantero dunia, bukan lagi sekadar sebuah berita nun jauh di sana.Himbauan para pimpinan dan keputusan – keputusan yang merupakan langkah bijaksana merupakan suara Allah yang patut kita dengarkan dan taati. Jika kita membaca dengan cermat himbauan para pimpinan negara dan Gereja, hampir mirip dengan perintah malaikat kepada Yosef untuk mengungsi ke Mesir. Dalam himbauan kita membaca, perintahnya jelas “sosial dictansing”, untuk sementara di rumah saja. Alasannya yang jelas, untuk menghindari atau memutuskan rantai penyebaran virus. Sampai kapan? Sampai waktu yang akan diberitahukan lagi kepada kita sesuai perkembangan situasi. Hal ini persis seperti yang dikatakan malaikat kepada Yosef, “tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu”. Sungguh luar biasa. Ada kemiripan, keserupaan antara cara yang diambil Allah melalui malaikat kepada Yusuf untuk menyelamatkan mereka dari ancaman Herodes, dengan cara dan langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk keselamatan kita. Kita sekarang diminta untuk tinggal di rumah saja dan jauhi keramaian. Jauh lebih mudah dibandingkan dengan yang dialami Maria dan Yusuf untuk keluar dari rumah mereka bahkan dari negaranya sendiri untuk tinggal di tempat asing yang perjalanannya membutuhkan waktu berhari-hari. Situasi kita saat ini lebih mudah, tinggal di rumah sendiri. Yang menjadi sulit, ketika kita berpikir terlalu rumit dengan hal-hal yang sebenarnya dapat kita lakukan di rumah kita sendiri. Jika mau dibandingkan, “stay at home sungguh lebih mudah dari pada escape”. Sebab kebersamaan dalam keluarga , mengatasi kesulitan jauh lebih beik daripada ketika kita tercerai berai. Aandaikan saja, jika kita diperintahkan untuk mengungsi ke tempat lain yang lebih aman untuk menghindari, barangkali kita rela menempuh perjalanan jauh asalkan kita selamat. Kali ini, hanya diminta tinggal di rumah dan melakukan segenap aktivitas dari rumah saja. Sungguh tidak sulit dan cara termudah untuk menolong diri sendiri dan menolong orang lain. Ketaatan Keluarga Kudus telah menyelamatkan mereka dan pada gilirannya menyelamatkan kita.Kiranya kita yakin ketaatan kita, ketaatan keluarga kita akan menolong menyelamatkan orang lain.
Tinggal di rumah adalah wujud belas kasih pertolongan pertama untuk diri sendiri, keluarga dan semua orang lain. Ketidakpedulian, acuh tak acuh, menunda-nunda untuk melakukan apa yang diinstruksikan, mengancam kehidupan.Tidak hanya kehidupan orang lain, tetapi juga kehidupan kita sendiri. Maka ketaatan memang selalu akan menyelamatkan kita. Orang-orang lain sudah taat, dan mereka telah selamat. Anda taat, orang lain selamat dan Anda juga selamat. Kita selamat, negara kita juga selamat dan dunia selamat. Bersama-sama kita wujudkan rasa solidaritas dengan taat pada segenap anjuran, keputusan dan kebijakan demi kebaikan dan keselamatan bersama. Saat ini, karakter pribadi kita sedang diuji. Kalau kita memiliki integritas pribadi, mestinya kita siap sedia tanpa komentar melaksanakan apa saja yang diminta dari kita. Kita wujudkan ketaatan kita kepada Allah dengan menaati semua perintah. Kita wujudkan solidaritas dan integritas pribadi kita dengan sukacita melakukan apa yang menjadi bagian kita. Tuhan pasti memberkati kita.*hm
Recent Comments