Karena kasihNya yang besar bagi umat manusia, Bapa mengutus PuteraNya yang tunggal untuk mewartakan “rencana keselamatan dan dunia baru yang dikehendaki oleh Allah bagi keselamatan manusia.  Peristiwa Inkarnasi Tuhan Yesus, menunjukkan bahwa Ia adalah seorang misionaris agung , utusan Bapa. Sekali waktu Yesus bersabda: “Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.” (Yoh. 7, 29). Dari Salib Kristus kita belajar bagaimana Allah mempersembahkan PuteraNya, kurban ilahi, bagi manusia (Bdk. 1 Kor 1,17-25). Dari Salib kita memandang bagaimana cara Allah mewartkan Injil bagi kehidupan dunia (Yoh 3,16). Sejak Pentekosta, misi Yesus terus berlanjut berkat rahmat dan kekuatan Roh Kudus.  Roh Kudus inilah yang memampukan para Rasul dan Gereja perdana memiliki keberanian, kreativitas dan sukacita mewartakan injil dan melaksanakan pelayanan misioner. Berkat anugerah  Roh Kudus, ancaman terhadap hidup mereka dalam mewartakan Injil, tidak membuat mereka takut. Semangat mereka untuk terus mewartakan kendati mengalami banyak tantangan bahkan nyawa mereka terancam. (Bdk 2 Kor 5,14)

Semangat untuk mewartakan Krstus kepada Dunia, seperti pengalaman para Rasul sesudah peristiwa Pentekosta, telah tumbuh dalam diri Mgr. Vitus Bouma. CintaNya pada Yesus, telah membuka hatiNya kepada Roh Kudus. Cintanya pada Yesus yang setia melaksanakan perutusan Bapa sampai wafat di salib, membuat Bouma rela ambil bagian dalam misteri Sang Guru. Tak mengherankan bila Bouma berujar:  Yesus taat kepada algojo-algojo-Nya.Yesus justru menjadi misionaris, ketika hidup-Nya dan pekerjaan-Nya berakhir dengan kematian-Nya pada salib. Kecintaan terhadap Yesus misionaris mengalir, hidup dan mendorongnya dengan kuat untuk mempersembahkan diri segenap jiwa raga bagi karya misi.

Pertumbuhan dan Wujud Cinta Kasih Bouma Kepada Yesus

Ketertarikan awal terhadap karya misi sudah tumbuh sejak masa kecil. Pilihan terhadap Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria ( SSCC) yang berfokus kepada adorasi silih dan misi, merupakan langkah pertama bagi Vitus untuk mewujudkan semangat  misi yang berkobar dalam hatinya. Intuisi misi dalam jiwa  berkembang seiring waktu dalam masa pendidikan di seminari sampai menjadi imam. Vitus giat penuh bakti dan tekun melibatkan diri mengajar dan menulis karangan tentang karya misi di seluruh dunia. Hatinya berkobar untuk misi, maka segenap kemampuannya dicurahkan untuk karya misi.

Relasi kasih yang intim antara Bouma dan Tuhan membuatnya mampu mengenal dan memilih jalan injili ketimbang jalan manusia, kasih ketimbang egoisme. Gambaran hubungan antara Yesus sebagai pokok anggur dan para murid adalah ranting-rantingnya ((Yoh 15,141), tampak nyata dalam diri Bouma”.  Keterbukaannya pada Roh Kudus membuat Bouma mampu melakukan discerment. Cintanya  pada misi terungkap pada kesediaannya menerima perutusan sebagai misionaris dan pimpinan Gereja Lokal di tanah misi Bangka Belitung, sebagai jawabannya terhadap perutusan Yesus: “pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16, 15).

Sebagai misionaris, Bouma membiarkan Roh Kudus berkarya, mendengarkan tanda-tandaNya dalam sejarah dan realitas daerah misi dipercayakan kepadanya. Bouma selalu berjuang untuk membaca tanda-tanda zaman, mengenal masalah, mencari jalan keluar agar misi pewartaan Injil. Maka, ketika dipercayakan sebagai Perfektur Apostolik di tanah misi Bangka Belitung, Bouma merasa perlu mengenal situasi, menemukan peluang, tantangan dan kesulitan di prefekturnya. Ia pernah mengatakan: Keadaan  bangsa  dan negara ini begitu asing bagiku, sehingga dibutuhkan sejumlah tahun untuk mendapat pengertian yang cukup dalam.Dan suatu pengertian yang baik sangat perlu untuk karya misi supaya akan bertahan.”

Roh Tuhan tidak membiarkan Bouma sendirian dalam mewujudkan rencana Allah bagi dunia, melalui Bouma. Kepada Bouma, dianugerahi  keutamaan-keutamaan yang mendukungnya untuk merealisasikan misi antara lain karunia kebijaksanaan, kemampuan intelektual dan kesederhanaan. Dengan karunia kebijaksanaan Bouma dimampukan untuk memikirkan, mempertimbangkan dan memutuskan berbagai persoalan misi dalam terang iman. Dengan karunia  kemampuan intelektual, Bouma dimampukan untuk melakukan segala hal yang baik,berguna,efektif dan efisien untuk perkembangan karya misi. Dengan karunia kesederhanaan, Bouma dimampukan untuk menghayati hidup religius dengan tekun dan setia sampai akhir.

Tidak sedikit kesulitan dan tantangan yang Ia hadapi. Namun berkat “penyelenggaraan ilahi” Bouma menemukan peluang untuk bermisi di antara perantau yang menetap dari suku bangsa China yang belum beriman. Tantangan yang dihadapi adalah kekurangan dana, tenaga misi yang mampu memberikan kesaksian hidup  religius dan pengelolaan misi secara lebih bijaksana. Bouma menentukan arah pastoral dengan bijak yakni perhatian khusus kepada pendidikan, perawatan kesehatan, pengajaran katekese kepada keluarga. Untuk mewujudkan impiannya Bouma merasa perlu menyiapkan tenaga misi sebagai  saksi iman dan rekan kerja  untuk ikut ambil bagian dalam berbagai bidang pastoral tersebut.

Kasihnya terhadap Yesus misionaris diwujudkan dengan perhatian khusus terhadap para seminaris dan misionaris, pembinaan imam-imam dan religius pribumi. Bagi Bouma, rekan misi ini bagaikan  para rasul yang dipersiapkan Yesus untuk melanjutkan karya misi keselamatan Allah. Dalam kebersamaan dan kerja sama dengan rekan misi, keberlangsungan dan perkembangan karya misi serta cita-cita membangun Gereja  setempat dapat terwujud. Sebagai seorang misionaris Gereja yang handal, Bouma berjuang untuk membangun Gereja setempat, mulai dari ketersediaan imam praja.[1] Kerinduan untuk menjawab kebutuhan akan kesaksian hidup dan tenaga misi  diwujudkan dengan usaha mendirikan Kongregasi  biarawati pribumi di tanah misi Bangka Belitung. Bagi Bouma, Kongregasi pribumi sangat berarti bagi misi. Semua itu dilakukannya sebagai wujud kasih hatinya kepada Hati Yesus Sang Misionaris Ilahi