Namanya Vitus. Demikian dia disapa sejak tanggal 23 September 1913. Hari itu adalah hari bersejarah baginya. Sebab tidak hanya namanya diubah tetapi seluruh jalan hidupnya berubah. Vitus muda memiliki nama kecil yang indah : Wietze Bouma.

Sejak masih muda Wietze sangat tertarik dengan misi. Misi memikat hatinya. Misi memenuhi pikirannya. Misi hadir dalam mimpi-mimpinya di waktu tidur. Buku-buku yang dibacanya selalu tentang misi. Cerita dan kisah-kisah di antara teman-temannya juga tentang misi. Cerpen yang ditulisnya juga tentang misi.  Dia mengajar tentang misi kepada  anak didiknya. Kisah misi bagi Vitus bagaikan sahabat karib. Di mana VItus berada, kisah tentang misi selalu bersamanya. Misi memikat jiwa raganya.

Wietze kecil telah mendengar kisah tentang misi itu dalam rumahnya. Dari ayahnya Wietze Rinus Bouma, ibunya Agatha Westerdorp, dari saudaranya yang tertua   Jan Bouma yang telah lebih dahulu menempuh jalan misi.

Apa itu misi bagi Wietze?? Wietze kecil  memandang misi adalah jalan menuju surga. Misi adalah jalan selamat. Vitus muda memandang misi sebagai jalan patriot, jalan kepahlawanan. Misi adalah jalan pengabdian. Misi adalah jalan keberanian. Jalan misi adalah jalan Kabar Gembira. Vitus yang dewasa memandang misi sebagai kesatuannya dalam derita sang Juruselamat.

Masa mudanya diwarnai dengan antusiasme misi. Apa yang dilakukan mengalir dari hatinya yang meluap-luap oleh aliran kasih akan misi.JIka Wietze berkisah,bukan sekedar kisah misi yang kaku dan kering. Jika Wietze menulis  cerpen misi, bukan sekadar deretan huruf  dan kisah yang mati.Jika Wietze mengajar, bukan sekadar pengetahuan yang ditransferkan. Semangat mudanya berkobar-kobar dan mematrikan dalam ingatan para muridnya, dalam tulisan dan kisah-kisahnya yang penuh semangat keberanian, penuh kehidupan dan penuh sukacita yang meluap-luap.

Sebagai guru muda ,Vitus pandai mengelola waktu dengan bijak  di sela-sela acara harian  asalkan  kisah dan cerita misi ditangkap murid-muridnya. Guru yang  pandai mengambil hati murid-muridnya dan memikat mereka dengan kisah yang mengharukan dan begitu hidup. Kisahnya seolah-olah mengatakan bahwa Vitus sudah mengalami sendiri bagaimana ia bermisi. Pikiran dan imajinasinya kaya dengan misi.

Misi untuk seluruh dunia, segala tempat dan budaya. Namun, hati Vitus jatuh cinta pada negeri Tiongkok dan orang-orang Thionghoa.Vitus sangat tertarik dengan negeri dan bangsa ini, karena mereka mempunyai beberapa sifat yang merupakan karakternya sendiri sbagai orang Fries asli : cerdas, rajin, dan tekun. Tapi…Vitus tidak perlu pergi ke Tiongkok, tidak perlu ke Phak Loi. Di sini saja tempatnya berlabuh. Di sini di prefektur Bangka -Billiton.  Ada mereka, saudara-saudarinya yang  mirip dengan karakternya sendiri.

Semua yang kelihatan, yang dilakukan Vitus di masa mudanya hanya sebuah kisah nyata di permukaan hidupnya. Tetapi yang istimewa dari semua yang kelihatan, yang mengobarkan hatinya, yang membakar semangat mudanya dan yang merasuk dalam jiwanya bukan semua yang kelihatan itu. Ada yang menjadi penyebab semua itu. Dialah Yesus, Tuhan dan misionaris agung baginya.

Yesus Sang misionaris agung adalah satu-satunya alasan bagi Vitus untuk bermisi.  Yesus juga satu-satunya jawaban bagi Vitus kalau ditanya mengapa begitu tertarik pada misi. Dialah Yesus mendorongnya. Dialah yang mengatur semuanya. Dialah yang memanggil dan memilihnya. Dialah yang menetapkan dan memutuskannya. Dialah misionarisnya agung.

Sebab Dia telah turun dari surga ke dunia. Dia telah menjelajah di seluruh pelosok dunia dari masa ke masa.Dari dulu, sekarang hignga selama-lamanya. Dia juga yang  telah  dan selalu menjelajah  setiap relung hati. Termasuk hati Anda dan saya.  Dialah misionaris bagi Vitus. Dialah yang menjumpai Vitus kecil di rumahnya. Dialah yang membisikkan kata  di kuping Vitus dalam kesunyian :”Mari, ikutlah Aku”. Dia  pula yang mengajak Vitus berjalan bersamanya. Dialah yang mengajak Vitus membangun bersama-Nya.

Dialah Sang Misionaris yang taat. Tidak hanya kepada Allah, kepada Maria atau Yusuf. Tidak hanya taat kepada peraturan dan hukum, tetapi taat pada algojo-algojo-Nya. Bagi Vitus, Dialah Yesus , Sang misionaris. Karena Dia, bagi Dia, dan bersama Dia, Vitus memulai, melakukan segalanya membangun “rumah’ untuk Dia di hatinya. Membangun rumah bagi jemaat-Nya, membangun rumah untuk-Nya di setiap hati di tanah Bangka -Billiton ini.

Kalau Vitus  berkisah tentang misi, itu karena Dia yang mendorongnya. Kalau Vitus menulis, mengajar tentang misi, itu juga karena Dia yang menyuruhnya. Dia yang mengobarkan semangat keberanian dan antuasiasme yang sangat besar dalam diri Vitus. Dialah yang membuat Vitus terpesona. Dia juga yang membuat  Vitus tidak bisa tidak displin. Yang membuatnya mau tidak mau harus. Harus rajin, harus tekun, harus sabar, harus semangat, harus sehat, harus cerdas dan harus taat. Keharusan bukan karena paksaan atau terpaksa, tapi Vitus sadar dengan sukarela karena ada DIA  dalam dirinya. Karena Vitus melihat DIa melakukan segalanya.

Dialah misionarisnya. Dialah Yesus. Dan semua ini baru terungkap ketika saat-saat akhir hidup Vitus  dalam kesunyian dalam penjara.  Bukan asal ungkapan demi menenangkan sesama rekan tawanan. Bukan sekadar kata-kata penghiburan di tengah beratnya derita dalam tawanan. Bukan sengaja disingkap supaya dunia tahu bahwa Vitus hebat. Bukan itu.

Tetapi sudah sejak awal, memang DIALAH YESUS sang MISIONARIS bagi Vitus. Dia  menjadi alasan bagi Vitus untuk menyusuri jalan misi. Dia yang selama itu selalu bersama Vitus bekerja dan membangun. Dia pula yang diakhir hidup  Vitus menunjukkan diri-Nya  siapakah Dia bagi Vitus.Vitus melihat, menangkpa, memahami dan mengerti, siapakah Dia. Vitus menerima Dia. Dan Vitus berkisah tentang Dia yang adalah misionaris sejati, yang mulia sekaligus Ilahi. Pesona misi-Nya memikat Vitus sekali untuk selamanya  sampai akhir.

Tepat sekali, jika para rekan tawanan berkisah untuk mengenang Vitus. Vitus selalu berkata : “ Yesus taat kepada algojo-algojo-Nya.Yesus justru menjadi misionaris , ketika hidupNya dan pekerjaanNYa berakhir dengan kematian-Nya pada salib”.

Ungkapan iman ini merupakan khazanah kami, putri-putrinya yang sedang menyusuri jalan misi ini. Ini bukan sekadar ungkapan atau pernyataan. Tetapi ini adalah ungkapan iman, yang mengalir dari sikap iman Vitus. Imannya mengakui bahwa mulut bahwa Yesus adalah misionaris. Iman yang percaya dengan teguh dalam hati bahwa Yesus adalah misionaris. Iman yang menghidupi dengan tindakah bahwa Yesus adalah misionaris. JIka Yesus adalah misionaris  bagi Vitus, lalu siapakah Vitus? *hm