Dalam mengenang hari kelahirannya yang ke-129 tahun, kami membagi kisah keyakinan hati kami akan   bapa Pendiri Mgr. Vitus Bouma, SSCC yang hatinya selalu berkobar oleh cinta yang besar kepada Allah dan jiwa-jiwa. Tiada henti dia mencintai, dengan segala daya upaya manusiawi sampai akhir. Setiap tindakan cinta pasti terlahir dari hati yang penuh cinta. Hati yang mengandung cinta, tertangkap oleh indra, dari mata yang melihat keadaan, telinga yang mendengar, segenap indra yang terbuka menjadi pintu berlalunya kisah yang membulatkan hati untuk mencintai. Kobaran cinta kasih, pasti berdinamika dalam pasang surut semangat dan suka duka kehidupan. Demikian, kami memandang Bapa Vitus Bouma, SSCC memilika dinamika hati yang selalu berkobar karena cinta.

Memiliki masa muda yang berkobar-kobar karena cinta akan Allah, rela meninggalkan segalanya untuk mengabdi Allah dan sesama. Kita tidak mengetahui kapan hatinya terpikat akan Allah dan dahaga jiwanya mendorongnya untuk memenuhi kerinduan hatinya akan cinta. Betapa derasnya arus cinta hatinya akan Allah, telah memungkinkannya dengan berani mengambil keputusan “bertindak demi cinta. Kasih  Kristus telah mendorongnya sedemikian kuat untuk mengasihi dan memilih jalan kasih yang dikehendaki Allah baginya.

Tidak ada yang menyelami kedalaman hati selain Sang Khalik, bagaimana Bouma berjuang melepaskan diri satu-persatu dari kelekatan terhadap diri yang membelenggu yang hendak merusak tatanan cinta Ilahi dalam jiwa. Berjuang melawan ego diri, Bouma bergegas dengan semangat membara memberikan segala yang dipunyai dengan tulus. Suatu pemberian diri yang diwarnai semangat taat, tulus dan tuntas. Tidak ada yang ditinggalkan untuk diri sendiri.Jika ada kesempatan  bertindak cinta, semuanya diberikan.

Dinamika hatinya yang berkobar, membantunya untuk hidup dengan sangat disiplin dan cermat, teratur dan tertib. Tidak ada keraguan, atau setengah hati, tidak main-main dan menyiakan waktu. Cinta menuntunya untuk berjuang terus pantang mundur, bersemangat besar, berhati luas, dan bermental baja. Cinta hatinya mendorongnya untuk bertindak dengan aktif dan kreatif meski sesekali tidak gampang dimengerti dan diterima orang lain serta berpeluang menimbulkan konflik batin. Meski demikian, perpektif budi cerdasnya menahan gelora hatinya untuk selalu sabar menanti dengan pertimbangan akal budi akan realitas diri dan dunia sekitarnya. Bouma sangat yakin akan penyertaan Tuhan, dan tak seorang pun mampu menahan atau melawan selain mereka yang tidak siap untuk menanggapi undangan Tuhan untuk ikut serta berkiprah  atas nama cinta demi jiwa-jiwa. JIka TUhan menghendaki, semua pasti terjadi. Jika bukan Tuhan, segalanya sia-sia belaka.

Sebesar apapun gelora cintanya, Bouma tahu bagaimana cara yang tepat dan waktu yang tepat untuk membiarkan tindak cintanya merasuk dalam benak dan meresap dalam hati. Berjalan bersama dengan sesama, selalu lebih baik meski tampak lebih lamban dari pada berjalan sendiri dan cepat menggapai hasil. Bouma selalu lebih mengutamakan proses yang meski tidak kelihatan saat ini tapi berpengaruh besar di suatu hari nanti, dari pada hasil yang kelihatan saat ini dengan mengabaikan apa yang lebih penting.

Perjumpaannya dengan Allah dalam doa dan kasih selalu merupakan perjumpaan kasih. Pertemuannya dengan setiap orang dan keluarga, merupakan pertemuan dalam cinta yang mengalir dari dinamika hatinya yang bergelora karena cinta hatinya kepada Allah. Tidak ada yang dapat menyangkal hal ini, karena apa yang ada di hati mewujud dalam tindakan cinta.

Bouma lebih memilih membiarkan tindakan cinta berbicara kepada dunia, dari pada mulutnya sendiri yang mengutarakannya. Meski di masa muda dan dalam masa pendidikan dikenal sebagai yang pandai berbicara dan mengajar, memiliki semangat berkobar-kobar untuk berkisah tentang karya misi, tidaklah demikian ketika kakinya berpijak di tanah misi. Semua pengetahuan yang terekam dalam benar dan tersusun rapi dalam akal budi, tidak diumbar kepada jiwa-jiwa miskin ilmu di tanah misi. Bouma tahu pasti dari  gejolak hatinya yang peka  penuh kasih, mereka tidak membutuhkan kisah-kisah atau cerita tentang cinta Allah yang dipelajari dalam pengetahuan.

Di tanah misi Bangka Belitung, mereka membutuhkan kasih. Meski bahasa menjadi salah penghambat yang membuat lidahnya menjadi kelu untuk berujar tentang cinta, namun Bouma memiliki cara lain yang membuat mereka tenang berada dekatnya, nyaman dan merasa terlindungi, berharga dan dicintai. Hadir tanpa kata. Berada lama  tanpa merasa canggung. Tiada pandangan menyelidik atau tersimpan senyum sinis. Dinamika hatinya yang berkobar karena cinta, meretas batas-batas perbedaan dan keterasingan di antara mereka. Bouma peka akan kebutuhan mereka saat ini dan nanti, jangka pendek dan jangka panjang, untuk hari ini, besok dan masa depan mereka. Tidak ada sandiwara perasaan untuk mendapatkan sedikit pengakuan akan keberadaannya sebagai seorang pembesar atau yang diberi kuasa.

Bouma tahu, di mata mereka yang bergulat dengan  hidup yang keras, tidak ada waktu untuk berpikir yang rumit. Namun, hatinya yang digerakkan oleh cinta, mampu merasakan  kerinduan dan keinginan mereka yang tak terungkap. Bouma sendiri, meyakini bahwa dia mampu memberikan kepada mereka apa yang dapat diberikan, karena yakin bahwa cinta mampu melakukan segalanya.Dinamika hatinya bergerak seiring dengan harapannya yang besar akan kasih dan kebaikan Allah sendiri. JIka Allah mengutusnya di tanah misi ini, Allah pula yang membantunya melakukan segala hal yang perlu untuk  pelayanan kasih dan kegembalaannya.

Bouma percaya kasih Allah melampaui segala daya, harapan dan dugaan kita.Maka yang penting baginya adalah iman akan kasih dan kebaikan Allah, seperti yang dikatakan santo Paulus, “Kita dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh Tuhan kita Yesus Kristus.” Bolehlah kita meyakini, bahwa semboyan atau moto kegembalaannya, “Nisi Dominus Aedificaverit”  JIka bukan TUhan yang membangun rumah, sia-sialah para pembangun bekerja ( Mzm 127 : 1 ) menjiwai seluruh jiwa raganya, dan merupakan ungkapan dinamika hatinya yang berkobar karena cinta yang penuh harapan kepada Allah. Bapa Bouma, doakan kami yang menaruh harapan pada doa-doamu.*Hm.