Kasih Yang Misioner  merupakan  semangat  Mgr.Vitus Bouma,SSCC yang menjiwai seluruh hidup, pelayanan dan tugas perutusannya. Kasih mengalir dari hati yang tulus dan bersumber dari Hati Kudus Yesus dan Maria yang dihayati sebagai seorang biarawan Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria.Hatinya tergerak oleh belaskasihan, sebagaimana Hati Yesus Yang Maha Kudus yang selalu tergerak oleh belaskasihan. Bouma sungguh menghidupi spiritualitas SSCC yang berfokus pada doa adorasi silih dan misi; dengan merenungkan, mewartakan dan menghidupi kasih Allah dalam seluruh hidup dan perutusannya.

Belas kasih Allah yang dialami direnungkan, diwartakan dan dihidupi secara konkret dalam hidup sehari-hari. Spirit misi dan adorasi silih selalu menyala dan mengobarkan semangat kasihnya yang missioner. Hidupnya mengungkapkan kasih Allah yang telah dialaminya secara personal.Tindakan nyata kepada sesama yang dilandasi kasih merupakan wujud mewartakan kasih Allah. Kasih ini mendorongnya untuk mewartakan Kabar Gembira kepada sesama dengan menjadi seorang misionaris yang taat, rajin, tekun, bersemangat dan setia melayani umat Allah.

Tindakan kasih yang misioner tampak dalam hal-hal yang berkaitan dengan perutusannya sebagai seorang Prefek Apostolik, dengan merencanakan, mempertimbangkan, memutuskan dan  melakukan tugas dengan penuh tanggung jawab. Tindakan kasih dinyatakan juga dalam perbuatan kecil dan sederhana dalam hidup sehari-hari. Ia menerima siapapun yang datang kepadanya,  mendengarkan penuh perhatian, memberikan nasihat dengan bijak, sederhana dan lembut hati. Bouma hadir di tengah umat sebagai seorang pemimpin rohani dan gembala umat yang merangkul dan mempersatukan dalam semangat  persaudaraan kasih dan kekeluargaan.

Kasih yang misioner menuntut tindakan konkret dan Bouma telah melakukan semua itu dengan penuh kasih. Ia sendiri berkeliling ke prefekturnya untuk mengetahui keadaan mereka secara langsung.Dia berbicara dan berdiskusi dengan rekan-rekan misi dan keluarga-keluarga yang ditemui, aktif berkomunikasi  dengan pimpinannya di Belanda melalui surat-menyurat dan laporan tertulis. Ia menjalin relasi  dengan Pemerintah setempat untuk kepentingan sekolah yang didirikannya. Ia menuliskan surat permohonan kepada berbagai Kongregasi  untuk mendapatkan tenaga misi baik bruder maupun suster. Bouma sendiri mengukur tanah-tanah dan mengerjakan sendiri segala rencana sampai sekecil-kecilnya. Bouma menanggung kesusahan besar dalam pembiayaan proyek-proyek misi dengan tabah dengan meminjam uang dari rentenir. Hidup sesederhana mungkin tanpa pesta-pesta.  Bouma bertindak tegas namun sabar ketika terjadi konflik. Bagi Bouma, rekan misionaris, mitra misi dan semua orang  lebih penting dan  berharga dari sekadar perbuatan, kekeliruan  dan syarat-syarat pekerjaan yang harus dipenuhi. Bouma percaya segala sesuatu, percaya akan rahmat yang bekerja dalam diri sesamanya, tidak memaksa mereka harus melakukan sebagaimana seharusnya. Bouma percaya bahwa kasih Allah sendiri  yang sanggup mengubah hidup manusia.

Kasih yang berkobar untuk misi, mendorongnya  untuk  bermisi di mana saja, tidak hanya di Bangka Belitung. Bouma siap diutus ke tempat lain jika  dikehendaki  Pimpinan.Bouma  menerima dengan lapang dada, semangat misinya tidak lemah karena cita-cita atau kerinduan yang tidak terjawab antara lain misi di Pak Loi China dan misi di tengah orang Islam. Meski tidak dapat melayani secara langsung di tanah misi yang dicita-citakan dengan doa dan korban, Bouma  menjangkau banyak jiwa di tanah misi  dengan doa-doa untuk pertobatan  di tanah misi.Di mana pun Bouma berada, keselamatan jiwa – jiwa di tanah misi adalah fokus utama cinta dan perhatiannya. Kasihnya yang missioner, tergambar dari  kesiapsediaan diutus  dan bersedia bekerja untuk misi dan mati   di daerah misi.

Kasihnya murah hati, tidak terbatas pada  apa yang seharusnya dilakukan namun menaruh hati yang peduli pada hal-hal sederhana berupa sapaan kasih, dukungan  dan perhatian pada kebutuhan pribadi. Kemurahan hatinya tampak dalam memperhatikan secara serius kehidupan jiwa raga para seminaris yang studi di luar negeri  melalui surat-menyurat dan ongkos perbaikan gigi-gigi seminaris.Meskipun tidak mampu bermisi di tengah kalangan orang-orang Islam pribumi, namun berani mulai dengan doa-doa khusus untuk pertobatan mereka. Ketika ancaman penyerangan oleh tentara Jepang, Bouma merelakan diri naik sepeda dari Pangkalpinang ke Sungailiat untuk menginformasikan kepada  para suster dan pater  untuk segera mengungsi ke Pulau Jawa. Bouma mendahulukan kepentingan dan keselamatan nyawa orang lain bukan dirinya sendiri. Bouma tidak ikut bersama para suster mengungsi ke Jawa, meskipun  hal itu dapat dilakukannya.Bouma memilih tinggal bersama umatnya menantikan situasi  yang mengancam sampai semua yang diperkirakan terjadi yakni penawanan.

Kasihnya dialami sebagai suatu persembahan diri  yang utuh kepada Allah Tritunggal yang telah memanggil, memilih, menguduskan dan memperlengkapinya dengan aneka rahmat yang diperlukan untuk mewujudkan kasih yang dinyatakan dalam semangat hidup religius yang selalu tergerak untuk berbuat kasih kepada sesama. Semangat misionernya dialami sebagai pembaktian hidup yang  penuh dedikasi yang dinyatakan melalui  hidupnya  yang inspiratif, cara berpikir yang  visioner dan  realistis,  cara bertutur yang jujur dan sederhana, cara bertindak yang tulus dan lembut hati dan cara memimpin yang karismatis dan  sistematis. Cita-cita Bouma untuk membangun Gereja setempat dan mendirikan Kongregasi Suster  Pribumi merupakan salah satu bukti kasihnya yang missioner. Apa yang dipikirkan, direncanakan dan dilakukan berorientasi pada misi hari ini, esok dan di masa yang akan datang.

Kasih akan Allah mengobarkan semangat Bouma  untuk siap sedia merawat jiwa-jiwa di tanah misi. Kasih akan jiwa-jiwa di tengah realita derita dunia, mengobarkan semangat  pemberian diri yang semakin besar kepada  Allah Tritunggal. Semakin dekat relasinya dengan jiwa-jiwa, semakin dekat  hatinya  dengan Allah dalam keheningan,doa,  iman dan kasih. Tidak ada kasih, tidak ada misi. Misi tiada arti tanpa kasih. Kasih memenuhi seluruh jiwa dan mengobarkan semangat  misi, jika  pengalaman kasih personal  akan Allah, dihadapkan dengan realitas kehidupan keluarga dan dunia,  direnungkan dan dihidupi dalam seluruh perjalanan hidup. Semangat kasih yang missioner seperti ini sudah menggerakkan dan   menjiwai  hidup Mgr.Vitus Bouma, SSCC sampai akhir hidupnya.