Sebagai seorang misionaris, Vitus melakukan segalanya, semampunya untuk misi yang dicintainya. Salah satu pekerjaan utama dan sangat disenanginya selama menjabat sebagai Prefek Apostolic Bangka-Billiton ( 1928 -1945) adalah membangun. Aktivitas pembangunan sangat nyata di seluruh wilayah Prefektunya: Bangka, Belitung, dan Kepulauan Riau. Gedung gereja, pastoran, sekolah, asrama, biara, rumah perawatan anak yatim piatu, yang sakit dan buta dibangun di berbagai wilayah.Karena itu, di Bangka-belitung ia sering dijuluki “ Si Pembangun”. Malahan kadang-kadang oleh orang Belanda, namanya salah ditulis, bukan Bouma tetapi Bouwman, artinya “Pembangun”. Gedung-gedung yang dibangunnya bahkan ada yang masih bisa dimanfaatkan sampai sekarang.
Melihat semangatnya dalam membangun gedung, kami memastikan bahwa bukan sekedar gedung-gedung saja, tetapi Vitus memiliki hasrat terdalam di dalam nubarinya yakni “membangun manusia seutuhnya”. Vitus berpendapat, gedung sekolah yang baik, menjadi tempat dan sarana yang nyaman untuk belajar. Gedung gereja yang bagus dan kokoh tidak hanya supaya umat nyaman untuk beribadah tetapi juga melambangkan kekokohan, kekuatan dan keindahan Allah.
Bagi Bouma, manusia yang memanfaatkan sarana gedung tersebut, selain merasa nyaman, juga merasakan sesuatu yang lebih yakni harkat dan martabat mereka diangkat. Orang-orang sakit dan lemah, cacat dan tua, boleh tetap merasa diperhatikan dan dihargai karena ditempatkan di tempat yang layak sebagaimana orang lain. Tampak jelas bahwa ‘Si Pembangun” ini membangun manusia seutuhnya. Membentuk cover dan isinya, tidak terpisah. Membangun satu kesatuan. Tidak mengutamakan yang satu serta mengabaikan yang lain. Bouma, membangun gedung sebagai prasyarat untuk menopang membangun mental,harga diri,jiwa raga manusia.
Bagi kami, apa yang dibangun Bouma merupakan wujud nyata luapan hasrat hati yang bergelora untuk “Membangun Keluarga Allah”. Sebagaimana sebuah keluarga pada umumnya, yang harus memiliki tempat tinggal yang layak, dengan penghuninya yang sehat dan sejahtera. Demikian, seluruh aspek hidup manusia menjadi perhatian Bouma dalam membangun. Pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan; perawatan kesehatan dan keselamatan. Tentang keselamatan jiwa ini, Bouma membangun iman mereka.
Gairah membangun yang berkobar dalam hatinya juga terungkap dalam moto kegembalaannya : “ Jika bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya( Mzm 127:1).” Bouma sangat sadar, bahwa membangun Keluarga Allah, bukan perkara gampang. Meskipun budinya berpikir, tangannya bekerja, Bouma mengakui dengan jujur , bukan dia yang membangun, tetapi Allah sendiri. Allah sendiri adalah “ Si Pembangun Sejati”. Allah Pembangun Besar, Bouma hanya pembangun kecil atau tepatnya mungkin semacam “buruh bangunan”. Karena Allah adalah “Sang Pembangun Agung”, Bouma ikut serta dalam karya pembangunan Kerajaan Allah , menjadi “pembangun kecil yang sangat giat membangun keluarga Allah”.
Dari dirinya sendiri, Bouma meniru dari Yesus Sang Misionaris Agung, bagaimana cara Allah membangun kerajaan-Nya. Bagaimana cara Bouma membangun. Bouma “Si Pembangun” bukan sembarang membangun.*hm
Recent Comments