Kemauan yang teguh, niat yang tulus dan hati yang berkobar-kobar untuk melayani misi ternyata belum cukup bagi Mgr.Vitus Bouma meskipun itu merupakan fondasi dasar dalam pelayanan pembangunan Kerajaan Allah. Bouma memiliki cara kerja yang pada masa itu belum begitu populer. Sebuah cara kerja yang memang sejak awal dimilikinya sebagai sebuah kemampuan atau ketrampilan pribadi yakni sistematis. P.Jan Wouters, SSCC yang menuliskan biografi Mgr.Vitus Bouma, menyatakan bahwa berpikir dan bekerja sistematis adalah ciri khas Bouma yang dimiliki sejak masa mudanya. Hal ini menjadi salah satu modal utama yang menyokong cara kerja dan strategi pelayanan yang efektif di kemudian hari.
Cara pikir sistematis ini, sangat membantu Bouma dalam melihat dan memandang segala hal di tanah misi dalam perspektif yang lebih luas dan mendalam. Bouma menolak sikap pesimistis dan membangun optimisme dalam dirinya dengan mengembangkan strategi dengan cara pikir dan cara kerja yang sistematis.
Bouma cukup sadar bahwa dalam periode permulaan karya misi ada kesalahan besar yaitu bekerja tanpa sistematik. Bouma pernah menulis : “ Antara tahun 1853 dan tahun 1880 di daerah Bangka, Belitung dan Riau telah tinggal ribuan orang katolik. Kebanyakan dari mereka kembali ke China sesudah beberapa tahun dan dari yang lain hanya tinggal deretan-deretan makam-makam di pekuburan.Jadi dalam abad ke-19 sudah ada misi yang cukup berhasil di Bangka, tetapi akhirnya gagal karena kurang sistematik”. Karena itu Bouma memulai pelayanan yang baru, dengan menyandang semangat baru dengan cara kerja baru yang lebih sistematis.
Sebagai seorang prefek, Bouma yang memiliki cara pikir dan cara kerja yang sistematis, memimpin secara sistematis dengan melihat ke depan. Bouma menulis pada tahun 1931 : Keadaan bangsa dan negara ini begitu asing bagiku, sehingga dibutuhkan sejumlah tahun untuk mendapatkan pengertian yang cukup dalam. Dan suatu pengertian yang baik sangat perlu untuk karya misi supaya akan bertahan”.
Sifat sistematisnya terjelma dalam tindakan yang disiplin, efektif dan efisien. TIdak menunda terlalu, juga tidak ada kesan buru-buru atau tergesa-gesa. Segala sesuatu diperhitungkan dengan cermat, dipikirkan dengan matang, dilakukan dalam keyakinan dan tenang. Teratur, terjadwal, rinci, detail dalam setiap tahap – tahap pelaksanaannya. Sebelum menjadi nyata dalam realita, dalam pikiran cerdasnya, sudah terencana dan terselesaikan segala yang hendak dilakukannya. Bouma bahkan memiliki aneka alternative yang sudah tersedia di tepian pikirannya. Sehingga baginya, tidak ada yang terlalu sulit untuk diwujudkan bila telah dipilih dan diputuskannya apalagi dia percaya penuh, bahwa bukan dirinya adalah dalang utama pembangunan tapi Allah sendiri.*hm
Recent Comments