Renungan Harian

MINGGU BIASA XXVII
Yes. 5:1-7; Mzm. 80:9,12,13-14,15-16,19-20; Flp. 4:6-9; Mat. 21:33-43.

Dalam gaya alegori nabi Yesaya mengutarakan keluh kesah Allah tentang umat kesayangan-Nya, Israel. Ibarat pemilik kebun anggur, Allah telah berupaya sebaik mungkin untuk memperhatikan dan merawat kebun anggurnya itu. Ia telah mencangkul, mengolah tanahnya dengan baik, menanam bibit yang terbaik. Ia telah mendirikan menara penjaga dan tempat pemerasan anggur. Dengan penuh cinta, Allah telah memperhatikan, menjaga, dan merawat umat kesayangan-Nya. Allah telah memenuhi segala kebutuhan umat-Nya itu. Namun, semuanya itu tidak berhasil membuat kebun-Nya menghasilkan buah anggur yang baik, yang dihasilkan hanyalan buah anggur yang asam. Kenyataan ini hanya menghasilakn kekecewaan. Pohon anggur yang tak memberi hasil memuaskan itu melambangkan umat yang hidupnya tidak mengusahakan yang adil dan benar. Mereka malah menjalankan kelaliman dan keonaran. Oleh karena itu, Allah membiarkan mereka merasakan akibat atas perilaku mereka sendiri yang berujung pada kehancuran mereka sendiri.

Kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi yang baru saja mempertanyakan dari manakah kuasa Yesus berasal (Mat 21:23), Yesus mengutarakan sebuah perumpamaan yang berhubungan dengan kebun anggur. Tuan tanah itu mempersiapkan segalanya. Ia membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebunya itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap, lalu ia berangkat ke negeri yang lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasilnya. Namun, para hamba yang diutus itu diperlakukan secara buruk oleh para penggarap. Para hamba yang pertama dipukuli, dibunuh, dan dirajam. Para hamba yang kedua, meski jumlahnya lebih banyak, mendapat perlakuan yang sama. Akhirnya sang pemilik mengutus anaknya sendiri dengan perhitungan bahwa para penggarap akan menerimanya. Tetapi mereka malah membunuhnya, dengan harapan kebun anggur itu nanti jatuh ke tangan mereka. Lalu, apa maksud Yesus dengan perumpamaan itu? Apa artinya bagi kita sekarang ini? Tekanan utama dalam perumpamaan ini bukanlah terutama perlakuan buruk para penggarap terhadap para utusan pemilik kebun. Yang terutama disoroti sebagai kejahatan ialah upaya para penggarap untuk merebut kebun anggur milik tuan tanah itu. Jadi perumpamaan itu bukan untuk menuduh para penggarap, bukan pula untuk menuduh diri kita sendiri sebagai orang beriman, anak-anak kesayangan Allah yang sering kali kurang peka akan tanda-tanda ilahi kehadiran dan daya upaya Allah untuk kebaikan dan keselamatan kita masing-masing. Oleh karena itu, perumpamaan Yesus itu pertama-tama dimaksud untuk memurnikan hidup beriman kita sebagai orang beriman, putera-puteri Allah, dari segala hal yang menjauhkan kita dari kehadiran dan segala daya upaya cinta kasih Allah bagi kebaikan dan keselamatan kita.

Jemaat di Filipi sedang mengalami berbagai kesulitan dan penderitaan. Mereka sedang menghadapi berbagai pengajar palsu dan ajaran-ajaran sesat. Oleh karena itu, mereka mengalami kekuatiran dalam mewujudkan hidup beriman mereka. Dalam keadaan seperti itu, Paulus yang sedang berada dalam penjara meneguhkan dan mengajak mereka untuk melakukan kebajikan insani, berani dan tabah dalam kesukaran, serta mempercayakan seluruh hidup mereka kepada Allah lewat permohonan dan syukur mereka.

Refleksi kita :
* Sejauh mana aku telah menyadari bahwa Allah telah memperhatikan, menjaga, dan merawat diri dan hidupku dengan penuh cinta kasih? Apakah aku selalu membina kepekaan iman akan perhatian dan daya upaya Allah itu? Berhadapan dengan berbagai kesulitan dan penderitaan apa yang telah akau lakukan?
Mari membuka hati kita seutuhnya, membina kepekaan iman akan perhatian, pemeliharaan dan daya upaya Allah yang penuh cinta bagi kebaikan dan keselamatan kita sebagai putera-puteri kesayangan-Nya!
Tuhan memberkati. ( RD AMT)