SABTU, PEKAN BIASA XXII
HARI SABTU IMAM
1Kor 4:6b-15; Mzm 145:17-18.19-20.21; Luk 6:1-5.

Peristiwa para murid memetik bulir gandum, menggisarnya dengan tangan, lalu memakannya menjadi persoalan. Orang-orang Farisi mempertanyakan tindakan mereka karena melawan hukum Sabat. Yesus tampil menegaskan otoritas diri-Nya. Ia menggunakan kisah Daud dari Perjanjian Lama sebagai pembanding. Jika otoritas Daud diterima oleh orang-orang Farisi, apalagi otoritas Anak Manusia yang adalah “Tuhan atas hari Sabat”. Melalui cara itu, Yesus menegaskan bahwa hukum apa pun tidak boleh menjadi hambatan bagi manusia dalam mewujudkan relasinya dengan Tuhan dan sesamanya dalam cinta kasih. Hukum justru harus meningkatkan mutu relasi tersebut.

Paulus mengingatkan jemaat di Korintus untuk menjadikan Kristus sebagai patokan dan orientasi seluruh hidup. Secara efektif ia menunjukkan kesia-siaan klaim yang dibuat oleh beberapa anggota jemaat yang menganggap diri lebih penting dari yang lainnya karena apa yang mereka miliki: kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dll. Ia kemudian memperlawankan sikap demikian dengan peranan para rasul yang menyebabkan dirinya dianggap bodoh oleh karena Kristus. Oleh karena itu Paulus berharap supaya orang Korintus memperhatikan dan menyadari pengalaman mereka sendiri, karunia yang telah mereka terima. Tanpa jasa mereka, sebagai orang beriman mereka telah dipanggil untuk menguasai dunia. Hal ini mereka terima dari belas kasih Allah.

Bagaimana aku telah menghidupi segala hukum dan aturan yang ada? Sejauh mana mutu relasi dengan Allah dan sesama telah aku bangun? Apakah Kristus telah menjadi patokan dan orientasi imanku? Apakah aku sungguh menyadari bahwa segala apa pun yang aku miliki adalah anugerah, bela kasih Allah?

Mari menghidupi segala hukum dan aturan yang ada untuk membangun mutu relasi dengan Allah dan sesama kita. Mari menjadikan Kristus sebagai patokan dan orientasi hidup iman kita. Mari menyadari bahwa segala yang ada pada kita adalah anugerah, belas kasih Allah.
Tuhan memberkati. *RD AMT