Syering Injil Lukas 7 : 36 -50

Saya tertarik dengan ayat  47: “Sebab itu Aku berkata kepadamu : Dosanya yang banyak  itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.” Kisah indah ini, selalu menggugah nuraniku dan memberikan semangat baru padaku. Sebab sungguh, sangat meneguhkan dan menghibur. Saya sangat percaya, sebab ini adalah Sabda Yesus sendiri yang aku imani sebagai kebenaran.

Kisah perempuan pendosa  yang bagi orang sekitarnya, tidak layak menghadap dan  mendekati Tuhan, karena kedosaannya  ternyata tidaklah demikian di hadapan Tuhan Yesus. Terlalu indah untuk membayangkan kisah ini. Perempuan pendosa yang beruntung, yang dengan caranya yang tidak malu-malu mendekati Yesus tanpa kata, tapi dengan tindakan kasih nan cekatan diiringi derai air mata, menceritakan semua yang hendak dikatakannya kepada Tuhan.

Pikiran pendek Simon, terhadap Yesus yang  kalau nabi pasti tahu segala sesuatu dan mengenal wanita pendosa ini, bukan hanya dipatahkan, seperti pikiran Simon, tapi justru Yesus membawa Simon masuk lebih dalam untuk mengenal siapa Yesus sebenarnya dan tindakan kasih-Nya yang memukau, melampaui apa yang dipikirkan dan diperkirakan Simon.  Benar, berhadapan dengan orang seperti Simon si Farisi, bagi Yesus cukup mudah, hanya dengan sebuah kisah analogi tentang si pelepas uang dan yang berutang.  Jawabanya sangat jelas, yang bagi saya kira-kira seperti ini Yang paling banyak mendapatkan belas kasih, akan mengasihi lebih banyak. Yang kurang mengalami belas kasih, sedikit mengasihi. Berkali-kali kulumat berkali-kali dan sehalus-halusnya untuk mendapatkan inti sari Firman ini. Sekiranya, semakin banyak aku mendapat belas kasih Allah, selayaknya semakin aku mengasihi Allah.  Benarkah demikian? Kebenaran ini sungguh benar, hanya saya saja yang belum benar untuk mengamalkannya.  Aku membayangkan, betapa banyak dan tak terhitung kasih Tuhan untukku, sejak awal hidupku sampai saat ini. Dan mestinya  sudah sangat – sangat  besar cintaku pada Tuhan  yang mewujud dalam kata dan tindakan cinta.

Semakin dalam merenung, semakin menjadi gemetar merinding hatiku, sebab aku mendapati tidak demikian adanya. Belas kasih TUhan yang tak terbatas, tak berbalas sepadan bagi Tuhan, dari pihakku. Dan betapa sungguh  luar bisa besar kasih TUhan, meski tahu seperti itu diriku, sampai detik ini pun tak  sedikit pun diperhitungkan-Nya. Sungguh-sungguh menakjubkan cinta Tuhanku. Dengan apakah aku datang kepada Tuhanku untuk mendekat seperti wanita pendosa yang dikisahkan penginjil Lukas ini?  Masih beruntung si wanita ini, membawa  buli-buli pualam berisi minyak wangi untuk mengurapi kaki Yesus. Dengan apa kubawa kepada Tuhan?

Menyadari diriku sedikit pun  tidak lebih baik dari si wanita pendosa ini, dan tidak memiliki apapun untuk menghadap Tuhan, hanya pantas untuk dima di tempat dan menanti tangan-Nya terulur  atau menunggu disapa agar memiliki keberanian untuk mendekat? Tidak perlu aku banyak berpikir dan mencari jawaban. Sabda-Nya yang indah menjadi jaminan jawaban atas semua kegundahan hatiku dan menghapus segala keraguanku. “Hanya perbuatan kasih, ya,,tindakan kasih yang nyata untuk Tuhan.” Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Suatu paradoksal, pendosa tapi banya berbuat kasih? Untuk Tuhan? Dan jaminannya adalah pengampunan? Sungguh diampuni.

Meskipun berkali-kali aku mencoba memahami, sungguh budi dangkalku tak mampu memahaminya. Pada akhirnya, aku menerima dan mengamini  kebenaran Sabda ini, diampuni karena banyak berbuat kasih. Perbuatan kasih seperti apa?  Kepada siapa? Dan sebanyak berapa? Si wanita pendosa, nampaknya sekali saja waktu itu datang kepada Yesus, dengan tindakan cintanya menyentuh, menjamah Yesus, dengan iman dan cintanya, hati dan raganya, semua didapatkannya dari Yesus. “Dosamu telah diampuni. Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat.”

Dalam pergumulan renungan ini dan merenung pergumulan hidupku, akhirnya aku sampai pada keyakinan iman, bahwa  semua karena  belas kasih Tuhan semata-mata yang membuat semuanya itu mungkin bagiku. Sebab, jika aku jujur mengakui, seberapa pun kasih yang aku persembahkan, tidak pernah cukup untuk menghapus segala dosaku.  Tapi, syukur kepada Allah, dalam Yesus Kristus Tuhanku, semuanya terjamin dengan pasti. Kini, bangkit kesadaranku, bahwa tidak ada cara lain bagiku untuk mendekati Tuhanku, selain dalam iman dan kasih yang besar pada-Nya, dengan sujud syukur dan hormat sembah. Seperti wanita pendosa ini, tanpa kukatakan, Tuhan sudah tahu semuanya. Tidak perlu aku sebut, semua sudah terpapar dengan jelas di hadapan-Nya. Dan aku tidak perlu menunggu uluran tangan-Nya atau menanti sapaan-Nya. Dia sudah ada, selalu ada untukku. Aku butuh keberanian iman dan cinta untuk mendekat pada-Nya. Untuk hal ini pun, aku sadar , semata-mata anugerah. Pada akhirnya aku sadar dan berserah, sungguh Tuhan, segala sesuatu semata-mata kasih karunia-Mu. Aku bersyukur atas semuanya itu, semoga belas kasih-Mu semakin bertahta dalam hatiku, dan mendorong aku dengan kuat untuk menjadi pewarta belas kasih-Mu, semakin aku dicintai dan diampuni, semakin banyak pula aku mengasihi dan mengampuni sesamaku. Biar pada akhirnya aku boleh selalu mendengar sabda-MU. “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat.*hm