Dalam kitab Suci ( Luk 1: 26-38) dikatakan bahwa Setelah Bunda Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Tuhan, Maria tidak menerima tawaran malaikat begitu saja. Maria bingung dan terkejut dengan berita itu karena Maria belum bersuami. Keterkejutan Maria adalah reaksi manusiawi yang wajar dan masuk akal. Namun sebuah dialog yang seru dan mengagumkan ketika Maria memutuskan untuk mengimani tawaran dari Allah. Dengan sikap rendah hati Bunda Maria menerima tugas suci dari Allah, mengandung dari Roh Kudus, melahirkan, membesarkan dalam suasana kekeluargaan dan hadir dikaki salib pada saat PutraNya wafat di kayu salib. Dalam Konst.no.7 dijelaskan bahwa Maria Taat pada kehendak Allah melalui pewartaan Malaikat, Yusuf taat pada kehendak Allah melalui mimpi dan Yesus taat pada kehendak Allah dalam tugas perutusanNya. Ketaatan Bunda Maria senantiasa dihayati melalui semangat doa, semangat iman, kerendahan hati dan mencari kehendak Allah dalam seluruh karya kerasulan melalui peristiwa hidup sehari-hari. (Konst no. 15).
Kesadaran ketergantungan pada kehendak Allah dalam diri Bunda Maria mengajarkan kepada kita bahwa ketaatan pada kehendak Allah dalam panggilan kita mutlak menjadi bagian dalam diri kita yang harus dihayati lewat Trikaul kita dengan hati yang tulus dan jujur. Belajar dari Bunda Maria yang memutuskan untuk taat pada kehendak Allah dan hendak membangun komunitas keluarga dengan manusia ( Aku ini hamba Tuhan dst).
Memutuskan dengan penuh sukacita, meskipun tidak semuanya jelas dan pasti (belajar dari figur Yusuf yang taat dan rendah hati melaksanakan kehendak Allah dalam mimpi untuk menerima Maria sebagai istrinya dan menyingkir ke Mesir, Mat 2: 13-15. Pengungkapan ketaatan dan kesetiaan St. Yosef digambarkan dalam kesetiaan dan ketulusannya mendampingi Keluarga Kudus dalam perkembangan hidup rohani, perkembangan hidup spiritual dan interaksi social dengan umat Allah. Maka iman Keluarga Kudus menjadi dasar kekuatan kita dalam melaksanakan kegiatan, pekerjaan, karya kerasulan kita baik dalam komunitas maupun di tengah-tengah umat Allah.Darminta Sj dalam Seri Ikhar 10 (Persembahanku Cintaku hal. 68) menegaskan bahwa Mencari kehendak Tuhan haruslah terlaksana atas dasar kepastian iman, yang harus dihidupi dalam hidup kita setiap hari. Mengapa demikian? Hidup modern jaman sekarang ini sangat menyatu dengan hati dan pikiran kita, sehingga membutuhkan kedalaman iman, keheningan batin, kejujuran hati dan motivasi rohani untuk memutuskan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Tuhan.
Menurut Paul Suparno SJ (Saat Jubah Bikin Gerah hal. 220) memaparkan ada banyak factor yang mempengaruhi kita dalam komunitas, ketika kita tidak peka mendengarkan sapaan Tuhan dan memutuskan segala sesuatu berdasarkan kepuasan/keinginan pribadi sesaat sehingga kita mengalami kejenuhan hidup, kekeringan/desolasi;
- Kita mengalami kejenuhan hidup dalam komunitas karena lama melalaikan hidup rohani/hidup doa, tidak setia kepada cara hidup tarekat dan melalaikan hidup doa bersama.
- Orang dapat menjadi jenuh karena terlalu banyak pekerjaan dan tidak sempat untuk berhenti atau beristirahat.
- Sakit fisik dan psikis dapat juga menyebabkan seseorang mengalami kejenuhan dan kekeringan dalam hidup.
- Perbuatan jahat atau tidak benar yang pernah dibuat dan tidak diolah sehingga orang merasa hidup tidak bermakna.
- Konflik atau relasi yang tidak baik dalam komunitas sering kali juga dapat membuat orang juga tidak kerasan hidup di komunitas. Misalnya menutup diri tidak mau berkomunikasi dengan sesama. Terlebih dahulu memcurigai sesama sehingga ketika ada masalah larinya ke keluarga. Apapun situasi di biara diceritrakan kepada keluarga.
Santo Ignasius dalam latihan rohani menganjurkan agar kita tidak memutuskan sesuatu yang penting dalam keadaan jenuh, tertekan dan kering. Cukup banyak pengalaman seseorang yang memutuskan untuk meninggalkan Kongregasi pada akhirnya sangat merasa kecewa/ menyesal dengan keputusannya tampa dicerment terlebih dahulu. Dalam Konst.no.45 dikatakan bahwa keputusan Bunda Maria dan Yusuf dalam menanggapi panggilan Allah untuk ikut serta dan masuk dalam misteri penjelmaann kehadiran Allah di dalam hidup mereka sungguh membawa keselamatan bagi seluruh umat manusia. Bukan hanya itu, Yusuf seorang suami yang memilih untuk tetap setia kepada Bunda Maria, berani mengambil keputusan untuk bertanggung jawab menerima kehadiran Yesus dengan memberikan nama dan silsilah kepada Yesus serta bertanggungjawab atas keselamatan keluarga Suci sesuai dengan rencana dan kehendak Allah dalam situasi konkrit yang dihadapinya.
Memutuskan dengan ketaatan penuh seperti Yesus yang setia pada kehendak Bapa dan keluar dari kenyamanan orang tua-Nya Yosef dan Maria untuk menjumpai umat manusia terutama yang miskin dan menderita (siapakah ibuku, saudara/iku. Barang siapa melakukan kehendak Allah dialah saudaraku ,dialah ibuku. Bdk teks perkawinan di Kana, Mrk 3: 33-35.
Kita yang dipanggil Tuhan, disatukan dengan Tuhan dan sesama dalam komunitas serta menjalani tugas perutusan melalui Gereja dan kongregasi kita. ketika kita menyadari bahwa tugas perutusan yang kita kerjakan itu berasal dari Tuhan dan Kongregasi maka, kita dituntut untuk melakukan tugas perutusan dengan penuh tanggungjawab dan sepenuh hati. Dengan demikian kita akan mengalami kegembiraan batin dan kebahagiaan yang mendalam ( saat Jubah bigin gerah ; Paul Suparna, hal. 95 ). Di kayu salib, saat mengalami penderitaan akibat perjumpaan dramatis antara dosa dunia dengan belaskasih Allah dalam tubuhNya sendiri, Yesus bisa merasakan di kakiNya, kehadiran ibu dan para sahabatNya yang yang sangat menguatkan dan menghibur. Bagaimana peran kita dalam komunitas ketika sesama kita sedang mengalami penderitaan sakit, krisis dalam panggilan hidup, putusasa, dan kekeringan hidup rohani? Sebagai anggota komunitas kita perlu memiliki afeksi dan cinta yang dewasa dalam membangun hidup bersama.
Menurut J. Darminta (Persembahanku cintaku hal. 34) menjelaskan bahwa orang yang memiliki afeksi dan cinta yang dewasa seperti: Memiliki kesadaran akan hidup dan perkembangan nalurinya, menerima itu semua dan menghayatinya sesuai dengan pilihan dasar hidupnya dan Mampu menghayati perjumpaan antara pribadi dengan kehendak yang lurus dan jujur tanpa dikuasai oleh perjumpaan dan hubungan itu sendiri demi kepentingan pribadi belaka dalam perutusan kita masing-masing.
Memutuskan mengikuti Yesus dengan segala konsekwensi harus memiliki kesadaran penuh bahwa kita siap diutus ke manapun Tuhan menghendaki. Menurut Paul Suparno (Saat Jubah Bikin Gerah hal. 97) mengatakan bahwa ada banyak alasan mengapa kaum berjubah sulit memutuskan untuk taat ketika diutus untuk berkarya di tempat baru antara lain:
- Semua orang pasti akan mencari tugas perutusan yang enak. Mengapa?
- Orang merasa bahwa dia tidak akan mampu menjalankan tugas yang tidak dibayangkan sebelumnya itu.
- Kesehatan orang itu tidak cocok dengan tugas yang diberikan.
- Komunitas tempat orang diutus tidak mendukung atau bahkan menolak.
- Ada “musuh” di tempat perutusan.
Bagaimanapun kita perlu sadar bahwa dalam komunitas tidak ada situasi atau suasana kerja, yang orangnya semua sempurna dan mengenakkan. Kita tidak akan menemukan banyak ketidakberesan yang menegangkan yang tidak sesuai dengan keinginan kita maka kita perlu lebih terbuka pada segala macam situasi sehingga ke manapun diutus, kita dapat menerima dan mensyukuri anugerah Tuhan melalui kehadiran sesama. Namun, jika kita memiliki cinta yang tulus, kasih yang murni dan otentik kepada Allah, kita akan mampu menerima semuanya dengna lapang dada dan tangan terbuka. Kita akan rela sedia untuk taat dalam cinta kemurnian bagi Allah dengan mewujudkannya melalui kasih kepada sesama.(Krs)
Recent Comments