Yesus memutuskan dengan penuh sukacita untuk mengosongkan diriNYA dan menjadi solider dengan manusia. Walaupun dalam rupa Allah, Dia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah yang harus dipertahankan melainkan solider dengan manusia. Bdk Fil 2: 5-7. Dalam Konst no.34 ditegaskan bahwa dalam hidup kita bersama hendaklah menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam kristus. Direkrotiu KKS nomor 35 hal.7 memaparkan arti tentang pengosongan diri yakni melepaskan kehendak pribadi dan mengambil kehendak Allah menjadi kehendak_Nya sendiri. Yang dimaksud dengan “Miskin” tidak hanya berarti miskin materi tetapi terkait dengan pengosongan kehendak. Yang dimaksud dengan taraf hidup sederhana adalah hidup yang tidak melebihi hidup Masyarakat sekitar dan tidak melebihi standar hidup Masyarakat sederhana. Direktorium nmr 38 memberi penjelasan arti kata efisien berarti tepat guna, pas tidak lebih tidak kurang diukur dari kebutuhan kerasulan.
Kita berusaha selalu menimba inspirasi dalan pribadi Yesus, Maria dan Yosef yang senantiasa bersyukur dan membina relasi yang intim dengan Allah Bapa. Dengan demikian supaya kita mampu berdiri tegak dalam gelombang badai hidup, kita harus memupuk hidup doa yang tak pernah putus, baik doa pribadi maupun doa bersama dalam komunitas, sehingga tidak mudah jatuh dalam pemahaman keliru tentang kemurnian hati, motivasi diri dalam pelayanan dan pengorbanan demi cinta yang tulus kepada sesama di dalam maupun diluar komunitas. (kaul Kemurnian) Bdk konst. 31-33.
Hal ini dipertegas lagi oleh Paus Fransiskus dalam dokumen (Suka cita Injil hal 78); bahwa walaupun kita banyak berdoa dan memotivasi diri dengan berbagai tradisi rohani, di sana-sini masih saja kita mengalami tekanan adanya individualisme semakin besar, krisis identitas dan mendinginnya semangat menghayati cinta sejati dalam komunitas. Seorang Santa (Maria Magdalena De Pazzi) mengungkapkan pengalaman imannya bahwa segala sesuatu yang saya ketahui, saya tidak pernah belajar dari berbagai buku kecuali dalam keheningan doa. Baginya doa itu sangat penting, karena melaluinya jiwa memutuskan segala hubungannya dengan segala ciptaan dan menyatukan diri dengan Allah.
Gereja yang nyata terletak pada kehadiran kita yang menyeluruh senantiasa menjadi tempat kehadiran yang Ilahi dalam hidup kita bersama. Para suster KKS menjadi saksi hidup mengembangkan dan mewujudnyatakan nilai-nilai kerajaan Allah dan nilai Iman, harap dan Kasih kepada keluarga-keluarga Kristiani (Konst. No. 3) terutama dalam komunitas di mana kita hidup. Allah selalu hadir dalam tindakan kasih yang menyelamatkan (1 Yoh 4: 7,8) Maka sebagai komunitas religius, kita hadir untuk kebersamaan merayakan sukacita dalam kesatuan jiwa dengan sesama dalam komunitas. Hal ini dipertegas lagi dalam Konstitusi no.20 bahwa bersama Yesus Maria dan Yusuf kita mendengarkan kehendak Allah dan menerima kehadiran Tuhan ditengah-tengah komunitas kita. Kita menempatkan diri sebagai hamba Tuhan dalam setiap keputusan yang membebaskan untuk taat pada komitmen bersama di komunitas. Namun demikian setiap pribadi harus dibimbing oleh keputusannya sendiri dan menikmati kebebasan yang bertanggungjawab. Maka ketaatan sangat mengandaikan kedewasaan dan kebebasan pribadi (Darminta SJ; Persembahanku Cintaku hal. 60).
Dewasa ini , seorang religius menjadi sulit menjalankan ketaatan karena ketaatan dipersempit hanya pada ketentuan-ketentuan yang seringkali hanya bersifat pribadi dan menyenangkan hati. Yesus memutuskan untuk taat pada kehendak BapaNya karena tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan manusia kecuali hanya lewat jalan ketaatan.
Keluarga suci mengikuti irama doa menurut kebiasaan orang Yahudi saleh pada jaman Yesus. Sejak masa muda Yesus membiasakan diri dengan renungan dan doa (Konst no. 16). Pengungkapan pengalaman penghayatan doa Keluarga Kudus sangat teratur dari masa ke masa dan sangat konkrit. Hal ini menunjukkan kesadaran ketergantungan pada Allah dan memiliki orientasi hidup iman ke depan. Keluarga Kudus mengajarkan kepada kita bahwa di dalam kesadaran ketergantungan ada jiwa kerendahan hati, kesederhanaan dan pengosongan diri untuk terbuka menerima Rahmat Tuhan ( kemiskinan)
- Bagaimana cara suster menyelesaikan masalah-masalah ketika menghadapi sesama yang sulit diajak untuk bekerjasama dalam komunitas?
- Apakah Suster menyadari dalam hal tertentu sulit bekerja sama dengan hal lain dalam komunitas, bagaimana Suster mengenali dan menyadarinya?
Recent Comments