Mgr.Vitus Bouma, SSCC : teladan pengharapan missioner dan pendiri KKS.

Bagi Bouma, semuanya untuk misi. Bouma lahir untuk misi. Benih kecintaan terhadap karya misi tumbuh dan berkembang dalam keluarganya. Pilihan hidupnya jatuh pada Kongregasi SSCC sebagai Kongregasi misi, untuk mewujudkan hasrat dan kecintaan pada misi. Masa pendidikan di seminari diwarnai dengan kisah-kisah tentang karya misi, menulis dan mengajar tentang misi.

Menuju tanah misi adalah impiannya. Tanah misi Prefektur Bangka Biliton adalah anugerah baginya. Di sinilah Pater Vitus muda mulai segalanya dengan semangat berkobar- kobar untuk misi. Mengajar, mendidik, membangun, membimbing, menasihati,memberikan teladan. Untuk semua saja, anak-anak, kaum muda, remaja, orang tua, ibu-ibu, para lansia, yang sehat dan yang sakit dan membutuhkan pertolongan, para seminaris dan misionaris semua ada dalam jangkauan kasihnya.

Nisi Dominus Aedificaverit moto kegembalaannya. Bukan tiruan, sekadar pengingat tetapi suatu ungkapan iman. “Jika bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah orang yang membangunnya (Mazmur 127:1).” Lahir dari kesadaran batin yang mendalam, bahwa membangun hidup, membangun jiwa, bahkan sekadar seperti  membangun gedung dan sarana prasarana, yang dapat dihitung secara matematis dan logis, tapi Tuhanlah yang membangunnya. Bouma hanya pekerja, yang melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan untuk melakukan segalanya. Seorang pekerja, yang mengerahkan segenap akal budi, kehendak, kemauan, pikiran, tenaga, waktu dan semuanya.Misi menuntut pengorbanan dalam segalanya. Siapa takut? Tuhanlah yang empunya dan mengerjakan, membangun segalanya untuk semua orang.

Hidup sederhana jika tidak mau dikatakan susah, terlilit utang untuk karya misi, bekerja keras,memutar otak untuk mencari jalan agar semua yang berdiam di negeri ini mengenal Kabar Gembira Injili, hidup layak dan mati bahagia.

Rela menerima realita dan bersedia mengubahnya, meski yang ada di depan mata seolah-olah tidak ada jalan dan yang tertera dalam tulisan dan laporan adalah kata-kata yang mengundang asa. Tidak untuk Bouma yang optimis. Tidak untuk pesimisme yang mandul.

Visi Gereja setempat yang berdikari senantiasa berseliweran dalam benak insani.Mimpi memiliki berpuluh-puluh tenagan klerus, biarawan dan biarawati yang dapat memberi saksi akan hidup kekal di bumi ini dengan perkataan dan tindakan kasih, tiada pernah berakhir.

Pendidikan, pengajaran dan bimbingan mesti ada di segala tempat dan lokasi. Tidak sekadar ada sekolah dan tahu membaca dan menulis tetapi mesti sampai mengerti, cerdas bahkan dapat melanjutkan pendidikan di luar negeri dan sekolah favorit.

Bukan meniru dan menjiblak apalagi copas seperti masa kini. Budinya bening dan asli, ciptaan Sang Khalik. Cerdas dan teliti dalam setiap tindakan.Bijak dalam tindakan dan lapang dada dalam setiap masalah. Meski berpikir logis, global dan kristiani imani, namun bersedia bertindak realistis,sekarang dan di sini, menerima dengan murah hati keadaan seadanya.

Tidak tinggal diam, menerima nasib dan berkata sulit atau bersusah hati karena tiada banyak yang membantu misi untuk menjadi saksi. Mimpinya indah..dari tanah ini, harus lahir, bertumbuh dan berkembang bunga-bunga kecil untuk tanah misi. Mereka sendiri harus bersaksi untuk saudara-saudarinya sendiri, menjadi misionaris di kampung sendiri.

Tidak menginginkan apa-apa dan menyimpan apapun untuk diri atau siapa-siapa. Tidak ada. Semua untuk misi. Imam untuk misi. Bruder untuk misi. Suster ( KKS ) untuk misi. Umat semuanya untuk misi. Misi adalah dasar, tindakan dan tujuannya. Maksudnya Cuma satu..semua jadi satu kawanan dengan satu gembala, mengenal dan memuliakan Allah dalam nama Yesus Kristus.

Tidak terjebak dalam rasa resan dan susah ketika tidak memiliki peluang untuk masuk di daerah susah. Terlalu banyak cara untuk misi. Bisa pending, bertahan atau berlalu. Meski bukan masuk target nominasi misi, tapi setia mendoakan,sebab doa adalah senjata utama misi. Tidak takut untuk diutus pergi. Tidak merasa sakit apalagi merasa tua atau tak layak.Tidak ada. Optimisme misi senantiasa ada dan mengalir dalam darahnya.Asal misi jalan terus, hidupnya terus hidup.

Meski diancam penjara, tidak takut, bahkan menunggu waktu kapan dijemput serdadu.Tidak melawan dan tidak berkata kasar. Tenang dan damai, menerima dan iklas. Karena misi memang berani mati, sebab  hdup Sang Misionaris Ilahi juga berakhir di salib. Tidak ada jalan lari, bukan karena tidak mau, tapi sadar bahwa misi memang berakhir seperti ini.

Di mana-mana bermisi. Di dalam perjalanan, dalam kapal, di gunung, di lembah, di laut , di darat. Di rumah, di gereja, di kebun dan juga di penjara, di kampung, di kota. Apa yang dilakukan dalam misi? Duduk, menulis, diam , tersenyum, mendengarkan, mengajar, membaca, berdoa, menerjemahkan doa harian, bekerja dengan tangan. Patuh, taat, disiplin. Hidup untuk misi, mati untuk misi. Misi seperti napas, tarik dan lepas.Misi seperti makanan, sehari tiga kali. Misi itu doa, yang tiada henti. Misi ini identik Bouma. Kisah Bouma adalah kisah misi. Kisah misi , kisah kasih, kasih Ilahi, kasih Insani.

Bouma bapa yang baik bagi misionaris, yang mewariskan teladan pengharapan missioner di mana pun dia berada. Orang-orang harus percaya bahwa misi pasti untuk Tuhan, karena Tuhan. Bouma , ayah spiritual yang inspiratif dan sistematis bagi kami. Karena ada dia, maka ada kami. KKS ada karena Bouma rela bekerja sama dengan Allah.

Hari ini, 19 Maret 2019 dipersembahkan untukmu dari anak-anakmu ini, sebutan kasih  “ SANG TELADAN PENGHARAPAN MISIONER “. Terimalah tanda cinta kasih kami, dan temani kami dengan doa-doamu supaya harapanmu, harapan kita, harapan Allah Tritunggal terwujud dalam karya misi di sini.*hm