Sharing renungan BHSF 1428- 1431
❇️ Ayat BHSF yang berkesan 🌟
😇 BHSF 1428
Selama sebulan ini, aku merasa kesehatanku semakin menurun. Setiap kali aku batuk, aku merasa paru-paruku terkoyak. Kadang-kadang terjadi bahwa aku merasa tubuhku sendiri sudah menjadi mayat. Hampir tidak dapat diungkapkan betapa beratnya penderitaan ini. Memang, aku sepenuhnya menerima penderitaan ini; tetapi, bagaimana pun juga, secara kodrati penderitaan ini adalah penderitaan yang berat, lebih berat daripada mengenakan kemeja kasar atau mencambuk diri sampai darah bercucuran. Aku merasakan penderitaan itu sangat nyeri ketika aku pergi ke ruang makan. Aku harus berusaha keras untuk makan sesuatu sebab makanan itu membuatku sakit. Pada waktu itu, aku juga mulai menderita karena penyakit usus. Semua hidangan yang sangat lezat menyebabkan aku merasa sakit luar biasa; bukan semalam saja aku alami sakit luar biasa sambil mencucurkan air mata, demi keselamatan orang-orang berdosa. (1428)
😇 BHSF 1431
Tetapi, di ruang makan, aku masih sering harus menjadi sasaran kecurigaan bahwa aku terlalu pilih-pilih [mengenai makananku]. Pada saat seperti itu, seperti biasanya, aku bergegas pergi ke tabernakel dan bersujud di hadapan sibori dan di sana menimba kekuatan untuk menerima kehendak Allah. Apa yang aku tulis ini belumlah semuanya. (1431) *_
❇️ Relevan KS: 🌟
✝️ Mazmur 38 : 12
Sahabat-sahabatku dan teman-temanku menyisih karena penyakitmu,dan sanak saudara ku menjauh.
✝️ Yehezkiel 34 : 16
Yang hilang akan Kucari,yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan KUbalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya. *
😇 Relevan BHSF: 🌟
😇 BHSF 1062
Penyakit juga merupakan suatu rahmat yang besar. Sudah empat bulan aku sakit, tetapi aku tidak merasa telah menyia-nyiakan waktu satu detik pun. Segala sesuatu bagi Allah dan bagi jiwa-jiwa; aku ingin setia kepada-NYa di mana pun juga.
😇 BHSF 953
Hari ini, penderitaanku sedikit meningkat: aku tidak hanya merasakan rasa nyeri yang lebih parah di seluruh paru- paruku, tetapi juga rasa sakit yang aneh di dalam ususku. Aku menderita sebanyak yang bisa ditanggung kodratku yang rapuh; semua penderitaan itu untuk jiwa-jiwa yang kekal, untuk memohon Kerahiman Allah bagi orang-orang berdosa yang malang dan untuk memohon kekuatan bagi para imam.
❇️ Sharing Renungan 🤔
Faustina kenyang dengan penderitaan. Pahit manisnya derita dirasakan dan ditelan secara penuh. Pahitnya derita itu menggerogoti tubuhnya, melemahkan kekuatannya, menghancurkan raganya. Derita raganya seiring derita batin yang ditanggung dalam diam dan membiarkan semua orang mengabaikan dan menghindarinya karena penyakitnya.
Jiwanya sadar betapa manisnya derita yang dipandangnya sebagai rahmat dan Faustina bersyukur atas semua penderitaanya.Hidupnya sudah dipersembahkan sebagai kurban bagi orang berdosa. Semuanya demi memohonkan kerahiman Allah bagi jiwa-jiwa.
Merenung penyakit Faustina, saya ingat pergumulan ku ketika sakit. Sungguh sangat tidak enak. Semua serba berat. Yang lebih berat kadang bukan sakit fisik yang lebih mudah diobati dengan obat dan perawatan dokter, tetapi beban mental yang ditanggung karena ketidaknyamanan diri yang merepotkan sesama juga pekerjaan terbengkalai.Sakit penyakit belum kuterima sebagai rahmat dan kesempatan untuk berkurban dan bersyukur atasnya. Ada ketakutan dan ingin menghindar. Belum siap menderita. Belum ada cukup pengurbanan dan cinta untuk Allah dan jiwa-jiwa. Saya mempunyai niat mempersembahkan suka duka hidup,sakit penyakit kepada Allah sebagai persembahan diri. Tetapi ketika saatnya menderita, terjadi tawar-menawar dengan Tuhan. Doa “terjadilah kehendak-Mu” yang kudoakan saat gembira, berubah jadi “Tuhan, bebaskan aku dari derita ini. Jangan lama-lama, sembuhkan aku, supaya aku dapat melayani-Mu lebih baik.”
Satu hal yang berbeda adalah cara Faustina menanggapi penderitaannya yakni dengan penyerahan penuh pada kehendak Tuhan yang dipersembahkan untuk mohon kerahiman Allah bagi jiwa-jiwa. Meski terasa berat, ada sukacita yang dirasakan. Faustina bersujud bersyukur dan menimba kekuatan dari Allah dalam deritanya. Dengan ini aku diingat bahwa setiap waktu adalah rahmat dan kesempatan untuk memuliakan Allah dengan apapun yang diizinkan terjadi atas diriku. Susah, senang, sakit penyakit dan penderitaan. Bila aku sedikit rela mau berkorban dan mau bekerja sama dengan rahmat Tuhan, pasti aku bisa menanggung karena Tuhan pasti menyertaiku.
Sekarang aku tahu, mengapa aku masih takut sakit dan menderita? Karena aku terlalu andalkan diriku sendiri. Aku merasa tidak mampu menanggung. Aku belum sungguh-sungguh andalkan Tuhan dalam segala hal terutama saat menderita. Aku belum menerimanya sebagai kehendak Allah. Padahal Tuhan selalu ada dan hanya Dia dapat diandalkan. Engkau andalanku.
Refleksi 🤔
❣️Apa yang biasa kudoakan saat aku mengalami sakit dan merasa menderita?
❣️Pernahkah aku bersyukur atas sakit penyakit atau penderitaan yang aku alami serta menerimanya sebagai kehendak Allah?
❣️Bagaimana perasaanku ketika mengalami pertolongan Tuhan saat menderita.
🛐 Doa :
Ya Tuhanku dan Allahku. Aku bersyukur kepada-MU atas kasih setia-Mu yang besar. Sembuhkan aku dari rasa takut menanggung penderitaan yang menjadi bagian hidupku, bersama-MU, Amin.
✍️ Sr. Hedwilda Martine, KKS dalam wag Divine Mercy.
Recent Comments