SELASA, PEKAN BIASA
Perayaan Wajib St. Paulus Miki, Imam, dkk, para Martir Jepang
1Raj. 8:22-23,27-30; Mzm. 84:3,4,5,10,11; Mrk. 7:1-13.

Pada hari pentahbisan bait Allah, Salomo manadahkan tangan ke langit. Ia sungguh menyadari bahwa Allah yang Mahaagung mengatasi segala sesuatu. Salomo sungguh menyadari bahwa kenisah yang didirikannya bukanlah apa-apa jika Allah tidak berkenan hadir di dalamnya. Perkenanan Allah menjadi daya bagi kenisah yang didirikan.

Berhadapan dengan kaum Farisi dan ahli Taurat yang berpegang teguh pada adat-istiadat nenek moyang, Yesus menyadarkan mereka akan sikap dasar yang harus dimiliki. Ketaatan yang teguh pada hukum, tata aturan tanpa sikap dasar, yaitu sebagai tanggapan terhadap kasih karunia Allah, maka hanya akan menjadi tata lahiriah belaka saja. Hanya sebuah kemunafikan belaka. Sebab, sikap dasar akan memampukan setiap orang untuk terbuka secara dinamis pada kehadiran Allah yang menyelamatkan.

Paulus Miki, dkk, para Martir Jepang mengalami siksaan yang amat luar biasa. Siksaan yang mengerikan tersebut tidak menggoyahkan iman mereka. Melalui penderitaan, justru mereka semakin menemukan dan mewartakan betapa Allah mencintai mereka.

Apakah aku sungguh meyadari dan meyakini bahwa hanya karena kehadiran Allah di dalam diriku yang membuat aku menjadi bermakna dan berharga? Bagaimana kehadiran Allah di dalam diriku itu telah menjadi daya yang menyelamatkan diriku dan sesamaku? Apakah aku telah membuka diriku secara dinamis pada kehadiran Allah yang menyelamatkan? Bagaimana tanggapanku terhadap kasih karunia Allah yang telah dinyatakan kepadaku? Apa wujud nyata yang telah aku usahakan?
Mari bersama St.Paulus Miki, dkk sungguh menyadari dan meyakini bahwa Allah hadir di dalam diri kita. Mari membuka diri kita secara dinamis pada kehadiran Allah yang menyelamatkan.
Tuhan memberkati.