Pada penghujung masa Adven ini, kita merenungkan secara khusus perjalanan Keluarga Kudus menuju Betlehem. Seruan dalam Litani Keluarga Kudus : Keluarga Kudus yang banyak menderita dalam perjalanan sensus ke Betlehem, doakanlah kami, berada di antara seruan – seruan yang diakhiri dengan permohonan lindungilah kami yang dimulai dengan seruan  Keluarga Kudus yang menghadapi kesukaran-kesukaran besar dan diakhiri dengan Keluarga Kudus yang setia menaati hukum Ilahi. Di antara  seruan yang mohon perlindungan kepada Keluarga Kudus, masih ada sepuluh seruan yang berkaitan dengan seputar persiapan dan masa  Natal dan satu seruan dalam masa hidup Yesus yang tersembunyi. Saya tertarik untuk merenungkan dan membagikan untuk melengkapkan sukacitaku atas segala perlindungan Keluarga Kudus.

Perjalanan Awal Kontemplasi Rencana Allah

Maria dan Yosef meninggalkan Nasaret yang aman dan tentram, tempat kediaman mereka menuju Betlehem. Perjalanan ini, bukan pilihan mereka. Mereka melakukan perjalanan panjang dari Nasaret ke Betlehem, untuk menaati perintah kaisar Agustus untuk cacah jiwa.Meninggalkan Nasaret beserta seluruh sanak keluarga, dengan tradisi dan kebiasaan kampung Nasaret menuju suatu tempat yang baru merupakan suatu penderitaan. Ini baru penderitaan awal.

Maria dan Yosef mengalami hal ini persis setelah baru saja mereka memperoleh “kasih karunia di hadapan Allah” dengan tugas perutusan masing-masing yang sudah mereka sanggupi dengan menjawab ‘YA” kepada Allah. Segala sesuatu mereka tinggalkan. Mereka membawa dalam perjalanan seperlunya saja, kebutuhan untuk diri sendiri, persiapan bekal untuk keledai sebagai transportasi utama dan perlengkapan  seadanya untuk Sang  Bayi yang diperkirakan sudah tidak lama lagi akan lahir. Kita dapat memandang bahwa mereka menderita. Demikianlah adanya, mengingat keadaan Maria yang sedang mengandung. Namun Maria dan Yosef tetap penuh sukacita sebab mereka tahu ke mana mereka pergi dan sadar penuh bahwa bersama Allah mereka melakukan perjalanan panjang.

Perjalanan menuju Betlehem bagi Maria dan Yosef semacam perjalanan awal kontempelasi rencana Allah yang mengikutsertakan mereka dalam sejarah keselamatan. Kita dapat pastikan bahwa selama perjalanan, Maria dan Yosef berada dalam keheningan, tenggelam dalam percakapan batin dengan Allah dan menikmati setiap tapak langkah dan mengagumi keindahan alam.Maria dan Yosef meninggalkan Nasaret dengan perasaan damai.

Maria dan Yosef tidak sendirian, banyak orang dalam perjalanan dengan kelompok masing-masing dengan beragam tujuan. Mereka merasa lelah, lapar, haus, dan merasakan dinginnya malam, terpaan angin kencang, juga perasaan tidak nyaman lainnya. Keledai yang ditunggangi  Maria, pasti juga lelah dan lapar. Apapun yang terjadi dan dirasakan, Maria dan Yosef berjalan terus, tidak berhenti, mungkin hanya sekedar istirahat dan berharap memperoleh yang terbaik di Betlehem. Mereka mungkin mendengar kisah teman-teman seperjalanan, keadaan tempat penginapan, situasi  tentang kota Betlehem. Yosef mungkin mendengar gurauan atau bahkan cemoohan, karena berani membawa istrinya yang sedang mengandung menempuh perjalanan panjang jauh. Seperti semua para calon ayah yang menanti kehadiran bayinya, Yosef penuh harap dan cemas, sementara Maria mungkin sangat tenang, karena diliputi rasa bahagia mendalam dan sukacita akan melahirkan sebuah kehidupan ke dunia. Kecemasan Yosef bukan karena meragukan kasih Allah atau merasa menderita tetapi  lebih karena berpikir keras untuk memberikan yang terbaik kepada Sang Ibu dan Bayi Kudus yang akan segera dilahirkan.

Meski penuh harapan di tengah berbagai amukan perasaan dan pikiran manusiawi, namun dalam kesederhanaan iman, Maria dan Yosef lebih memilih menyerahkan sepenuh-penuhnya kepada Allah, membiarkan Allah sendiri yang menyelenggarakan segalanya. Maria dan Yosef sadar sepenuhnya, bahwa Allah memakai mereka, tubuh mereka, pikiran mereka, perasaan mereka, tindakan mereka untuk melaksanakan kehendak-Nya. Maria dan Yosef lebih tergerak dan terdorong untuk berpikir tentang Allah dan rencana-Nya, bersyukur kepada Allah dan tidak membuang-buang waktu untuk memikirkan apa yang terjadi nantinya di Betlehem dengan pengandaian ini dan itu. Mereka memilih “menanggalkan pikiran dan perasaan nyaman” di kampung halamannya dan mengarahkan perhatian sepenuhnya ke Betlehem. Fokus perhatian mereka adalah “Allah yang Maha Tinggi yang sekarang berjalan bersama mereka, yang tidak kelihatan, yang hadir nyata dalam rahim Maria”. Mereka diam, hening, merenung dan bercakap-cakap bersama Allah, menikmati kehadiran Allah sembari berjalan.

Perjalanan ke Betlehem yang penuh derita ini, menjadi sebuah perjalanan kontemplasi yang panjang, jauh dan mendalam bagi Maria dan Yosef tentang Allah dan rencana-Nya yang tak terselami.Bahwa  Allah  dalam perjalanannya sejak zaman dahulu kala “begitu menderita” hendak menyelamatkan umat manusia, sampai menemukan “tempat bagi Allah” untuk melaksanakan kehendak-Nya dalam diri Maria, perawan mulia dan Yosef abdi setia yang bersedia penuh kebebasan batin, berserah pada Allah dan dengan bulat penuh, utuh, mengizinkan Allah melakukan segala rencana-Nya melalui mereka.

Perjalanan Melaksanakan Kehendak Allah

Bagi Yosef dan Maria, perjalanan ke Betlehem juga merupakan perjalanan melaksanakan kehendak Allah. Pergumulan awal berkaitan dengan Kabar Gembira dari malaikat Gabriel, keyakinan akan penyertaan Allah, dan  perjalanan baru dimulai, bersama Allah menuju Betlehem. Menerima warta gembira, memperoleh kasih karunia Allah dengan diikutsertakan dalam karya keselamatan Allah, baru dimulai. Apa yang dinyatakan malaikat  kepada Maria dan Yosef perlahan terwujud. Kehendak Allah, dimulai dengan menyadari maksudnya, menerima apa yang dikehendaki, mengamini serta sekarang berjuang melaksanakannya. Dalam perjalanan melaksanakan kehendak Allah ini, tidak banyak yang diminta dari Maria dan Yosef. Hanya kesiapsediaan bulat untuk ikut serta, merelakan diri dipakai, kesediaan mendengarkan kehendak Allah yang dinyatakan melalui peristiwa biasa. Pilihan mereka  adalah selalu  mendengarkan dan taat. Patuh pada perintah kaisar Agustus sama dengan taat pada Allah dan di sana, di Betlehem, kegenapan janji Allah melalui nubuat para nabi terwujud. Ketaatan Maria dan Yosef, penderitaan selama perjalanan akhirnya mengantar mereka menyaksikan dan menerima kehidupan baru dalam diri Yesus  Kristus yang kini menjadi anggota keluarga secara nyata. Suatu kasih karunia yang tak terkatakan dan tak terperikan, yang tak dapat dibandingkan dengan penderitaan yang mereka alami. Semua penderitaan sirna, di hadapan Sang Bayi Kudus, Sabda Yang Menjadi  Manusia dan tinggal di antara kita, yang dapat disentuh, dipegang, dipandang, diasuh, dcintai secara nyata.

Berjalan Bersama Maria dan Yosef  Menuju “Kelahiran baru”

Kita semua menderita dalam perjalanan hidup ini menuju suatu tujuan baik tujuan tertentu dalam jangka pendek berkaitan dengan tugas atau pekerjaan, maupun tujuan akhir hidup kita yakni kebahagiaan kekal di surga. Setiap kita memiliki penderitaan secara unik, berat atau ringan, lambat atau cepat dialami. Perjalanan penderitaan untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai, layak dan indah direnungkan dalam perspektif iman. Apalagi  perjalanan menuju suatu perubahan hidup, suatu “kelahiran baru” dan hidup abadi. Dapat dipastikan bahwa bersama Maria dan Yosef yang telah banyak menderita dalam perjalanan sensus ke BEtlehem, kita akan tidak dengan aman dan selamat.

Kita tidak dapat berjalan sendiri, jika hendak mengalami sukacita  sepanjang perjalanan hidup kita. Tidak perlu terlalu nekat dan berani serta yakin diri dapat berjalan sendiri. Kenyataan dalam hidup beriman telah membuktikan, bahwa berjalan sendiri membuat kita kehilangan arah, berhenti atau bahkan tersesat. Mengapa tidak mengajak Maria dan Yosef melakukan perjalanan bersama Anda dalam hidup ini terutama menuju hidup abadi.

Bayangkan dan renungkan sejenak. Untuk menempuh perjalanan panjang menyelamatkan manusia, Allah saja memerlukan Bunda Maria dan bapa Yosef. Yesus saja, dalam perjalanan menebus umat manusia, membutuhkan Maria dan Yosef, “numpang” hidup dalam asuhan mereka, berguru dan belajar dari mereka dalam segala hal. Banyak orang kudus sepanjang  zaman terbukti mencapai tujuan akhir hidup yang bahagia karena melakukan perjalanan bersama Maria dan Yosef. Apakah Anda sedang dalam perjalanan bersama Maria dan Yosef dalam segala hal terutama dalam perjalanan menuju kebahagiaan kekal? Maria dan Yosef menanti semua anak-anaknya terutama Anda untuk ditemaninya dalam perjalanan hidup ini. Sebab mereka sudah berpengalaman dan tahu pasti, tantangan, rintangan, berbagai kesulitan.Mereka juga tahu pasti apa yang harus dilakukan dan bagaimana menolong Anda.

Belajar dari Maria dan Yosef

Seperti Maria dan Yosef, kita semestinya berani meninggalkan tempat yang nyaman dan orang-orang yang dikasihi demi sesuatu tujuan yang ingin diraih. Dengan tidak berani melakukan perjalanan untuk sebuah tujuan, mungkin kita melawan kehendak Allah.

Seperti Maria dan Yosef, sebaiknya yang kita bawa dalam perjalanan hidup ini cukup seperlunya saja, sehingga tidak memberatkan langkah kita atau merepotkan orang lain. Ada banyak hal yang kelihatan dibutuhkan nanti, ternyata tidak dibutuhkan selama dalam perjalanan. Membawa banyak barang dan persiapan lainnya lebih merupakan ungkapan kecemasan yang tersembunyi dan kurangnya keyakinan akan penyertaan Yang Ilahi.

Seperti Maria dan Yosef, pilihan sikap terbaik adalah terbuka mendengarkan kehendak Allah melalui peristiwa hidup biasa, taat dan percaya penuh akan penyertaan Allah. Kepekaan untuk menimbang dan memutuskan melakukan kehendak Allah dibutuhkan kerendahan hati sekaligus keberanian untuk keluar dan pergi. Apa yang terjadi nanti, belum terjadi, yang pasti berani melangkah.

Seperti Maria dan Yosef, kita belajar  lebih banyak bercakap-cakap dengan Allah dalam batin daripada sia-sia membuang waktu dalam percakapan yang tidak berguna dan memperlambat perjalanan menuju tujuan. Maria dan Yosef fokus dengan tujuan menuju Betlehem, tidak pernah berhenti, Cuma istirahat sejenak, karena mereka tahu arah dan tujuan perjalanan mereka. Coba renung, apakah kita fokus dalam perjalanan hidup ini? Kadang-kadang menjadi lebih menderita bukan karena kesulitan perjalanannya tetapi karena tidak fokus dan berhenti  terlalu lama.

Seperti Maria dan Yosef, penuh keyakinan bahwa  Allah yang menyertai sepanjang perjalanan, Allah yang menyediakan segalanya pada waktunya di tempat tujuan, demikian juga kita belajar menyadari kehadiran dan penyertaan Allah dalam setiap situasi. Allah senantiasa hadir, hanya saja tidak kelihatan. Untuk melihat Allah, kita perlu membuka mata iman dan mengimani karya agung-Nya yang tersembunyi  dan memuliakan-Nya.

Seperti Maria dan Yosef, derita dalam perjalanan tetap merupakan suatu sukacita, karena melaksanakan kehendak Allah bukan kehendak mereka sendiri. Demikian juga  kita, tidak perlu terlalu merasa menderita dan berpikir berlebihan apabila  perjalanan yang dilakukan adalah melaksanakan kehendak Allah pasti ada sukacita. Selamanya menderita, selamanya juga bersukacita, sebab sukacita memenuhi hidup kita selamanya. Keluarga Kudus yang banyak menderita dalam perjalanan sensus ke Betlehem, lindungilah kami. Amin.**hm