Salah satu seruan dalam Litani Keluarga Kudus adalah Keluarga Kudus yang berlantaikan atas iman yang segar bugar, sucikanlah kami. Menarik untuk direnungkan, bahwa dasar kehidupan Keluarga Kudus adalah iman yang segar bugar. Setiap kali mendaraskan doa ini, tepat pada kalimat ini, saya membayangkan, kehidupan rumah tangga mereka yang beralaskan iman, bernafaskan iman, berbalut iman, beratapkan iman. Semuanya adalah iman, karena itu segar bugarlah hidup mereka, karena sekeliling kehidupan rumah tangga mereka, landasannya adalah iman.Jika gambaran iman seperti yang diungkapkan rasul Paulus dalam Ibrani 11 : 1 adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kelihatan, maka sungguh nyata iman dan hidup Keluarga Kudus.
Maria dan Yosef adalah pribadi beriman yang imannya sungguh segar bugar, hidup dan selalu baru setiap hari. Keteguhan keyakinan dan harapan mereka pada Allah, hari demi hari, setiap saat semakin kokoh, kuat dan teguh. Imannya sungguh hidup, berkembang dan berbuah. Iman seperti ini memang tepat bertumbuh dalam diri mereka, karena disposisi batin Maria dan Yosef adalah terbuka sepenuhnya kepada Allah dan kehendak-Nya. Tidak mengherankan, bahwa Allah pun memilih Maria dan Yosef sebelum mereka berumah tangga, karena dipastikan rumah tangga mereka dihiasi dengan iman. Yesus Putera Allah, hanya dapat dilihat, diterima dengan iman. Maria dan Yosef yang seluruh dirinya berbalutkan iman akan Allah, mampu memandang semua itu dengan mata iman.Maka, hidup Keluarga Kudus Nasaret berlandaskan iman.Yesus pun diasuh dalam iman.
Dinamis dalam segala situasi
Iman Keluarga Kudus Yesus Maria Yesus, tidak statis tetapi dinamis, senantiasa bergerak, hidup dan selalu terarah kepada Allah. Gambaran awal mula kehidupan Keluarga Kudus dalam proses perjalanan menuju Betlehem, dari Betlehem ke Mesir, dari Mesir ke Nasaret, menuntut iman yang besar. Putra Allah lahir di sebuah kandang hewan di Betlehem tanah leluhurnya,karena tak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.Mengapa tak ada tempat bagi mereka? Dalam konteks ini, dari perspektif kita, bolehlah dikatakan pada masa itu, mereka belum mampu melihat dengan mata iman, siapakah yang membutuhkan tempat penginapan? Herodes, berupaya membunuh Yesus tidak hanya sekadar tidak mampu melihat dengan mata iman, tapi matanya telah dibutakan oleh iblis kenikmatan kekuasaan.
Maria dan Yosef menyusuri perjalanan jauh dan panjang menuju Mesir untuk menyelamatkan Sang bayi Ilahi, dan bersedia hidup di Mesir, di tanah asing untuk beberapa tahun lamanya. Ini membutuhkan iman yang besar. Kita boleh merenung dalam konteks ini, bagaimana mungkin Putra Allah bisa demikian. Sekali lagi hanya mata iman yang mampu memandang dan mata hati yang dapat memahami. Maria dan Yosef yang hidupnya telah diselimuti iman, memahami hal ini, meski secara manusiawi sepertinya pengalaman gelap iman.Mereka menerima dan menjalaninya dengan sukacita.Yesus pun bertumbuh dalam sukacita iman Maria dan Yosef.
Tiga puluh tahun di Nasaret, dalam ketersembunyian, sepertinya tak ada apa-apanya dan lama sekali. Tetapi Maria dan Yosef juga Yesus, memahami dengan sangat baik dan sepenuh hati rencana Allah. Sebab bukan soal cepat atau lambat, namun soal waktunya Allah. Mereka menanti dengan sabar kegenapan waktu Allah untuk bertindak. Iman yang segar bugar, rela menunggu sampai kapan pun. Bapa Yosef bahkan ‘tidak sempat melihat dan meyaksikan bagaimana kiprah Putra-nya di hadapan umum. Ini juga iman. Bapa Yosef setia melakukan tugas dan tanggung jawab yang diberikan Allah sendiri sampai pada batas yang Allah sendiri saja tahu, sampai di mana dan kapan selesai.
Bunda Maria melihat dan meyaksikan semuanya, dalam kerelaan antara pahit dan manis pengalaman hidup imannya, tegar kokoh berdiri di kaki salib dan teguh kuat memangku jenazah Sang Putra. Sang Putra yang dilahirkannya, yang sebelum dikandung diberitahu oleh Gabriel “ engkau akan mengandung seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.Ia akan jadi besar dan akan jadi anak Allah yang maha tinggi, dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta Daud bapa Leluhur-Nya dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan. ( bdk Lukas 1: 32-33). Bolehlah kita merenung sejenak dari perspektif manusiawi kita posisi Bunda Maria waktu itu. Bagaimana perasaan hatinya antara janji Allah dan kenyataan sekarang , jenazah Sang Putra di hadapannya? Bagi kita mungkin sulit. Tapi bagi Maria, yang seluruh dirinya, jiwa raganya berbalut iman, Maria tahu, Maria mengerti dan menerima dengan hatinya bahwa memang Dia raja, sudah hampir tiba saatnya seluruh dunia memandangnya. Ini juga iman.
Kesegaran Iman KKYMY tatapan kita
Tidak mudah bagi kebanyakan dari kita, melihat, memandang dan menerima aneka siatusi kehidupan kita dengan mata iman. Iman itu karunia, tidak sekadar dimiliki begitu saja. Kedekatan dengan Allah sendiri yang dipupuk dengan relasi mesra dan kepatuhan akal budi serta ketaatan iman mendengar dan melaksanakan kehendak-Nya, barulah memungkinkan kita hidup dalam iman yang segar bugar.
Pengalaman hidup beriman Keluarga Kudus yang berlantaikan, beralaskan, berlandaskan iman yang segar bugar, selalu hidup, selalu baru, menjadi topangan, cerminan dan tatapan kita. Mana kala duka nestapa mendekat, mana kala kegelisan menerpa, ketidaktentuan arah hidup,ketidakmampuan bertahan lama untuk menunggu janji Allah, bahkan ketidaktahanan untuk melaksanakan kehendak Allah secara konsisten dalam hidup sehari-hari, Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yosef adalah harapan. Mereka telah lulus dalam ujian iman dan kedapatan secara gemilang memperoleh kemenangan. MErenungkan iman mereka, menatap cara hidup mereka, memandang wajah mereka dan terutama memohon doa-doa mereka, untuk menolong kita, dipastikan kita dapat menjalani hidup dengan lebih bersukacita.
Kita sudah memiliki iman yang kokoh ketika memutuskan memilih Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat. Kita sudah berlantaikan iman ketika memilih untuk mengabdi-Nya dengan meneladan Kelurga Kudus Yesus Maria Yosef. Hanya saja…jika iman kita mau terus-menerus segar bugar, hidup dan nyata, bertahan dalam setiap situasi, berbuah tanpa musim, yach..hidup kita harus melekat erat pada Keluarga Kudus. Harus diakui dengan rendah hati, usahamu sendiri tak mungkin.Jangan-jangan Anda akan kecewa. Tetapi yakinlah bersama Keluarga Kudus, Anda mampu sebab sekali Anda berpegang kepada mereka , “hidup bersama dalam rumahnya”, Anda menjadi bagian dari anggota Keluarga-Nya yang ditopang sepanjang masa sampai selamanya. Keluarga Kudus yang berlantaikan atas iman yang segar bugar, sucikanlah kami.*hm
Recent Comments