Bacaan Injil hari ini dari Lukas  12 : 35 -38. Saya sangat tertarik dengan ayat 37 : “Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilahkan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka.” Selama ini, dalam bayangan saya jika membaca Injil ini, saya lebih berfokus pada kewaspadaan dan berjaga-jaga menanti kedatangan Tuhan yang saya bayangkan nanti di akhir zaman. Tetapi beberapa waktu terakhir ini, saya telah berkomitmen merenung Injil, dan memandang kepada Keluarga Kudus Nasaret Yesus, Maria dan Yosef. Benar adanya, bagi saya, ayat 37 ini, merupakan suatu ungkapan pengalaman Yesus bersama Maria dan Yosef di Nasaret.

Siapakah lagi hamba yang sangat siap sedia, berjaga-jaga dan setia menanti Allah hadir dan menyatakan rencana dan kehendak-Nya? Yesus mengumpamakan dengan hamba-hamba atau budak-budak yang bekerja pada tuan mereka, yang harus berjaga-jaga untuk membuka pintu, membasuh kaki, menyediakan makanan dan melayani tuannya? Saya merasakan dengan hati dan meyakini dengan imanku bahwa model hamba yang siapa sedia dan setia ini adalah Maria dan Yosef dan Yesus sendiri, Keluarga kudus Nasaraet.

Tentang kesiapsediaan Maria, kita tahu kisahnya dalam warta gembira dari malaikat Gabriel dalam Lukas 1 : 26-38). Ketika Tuhan datang, Maria siap mendengar dengar dengan hati dan seluruh jiwa raganya, berdialog dan menyatakan kesediannya, pada saat itu juga. Tidak usah menunggu lama, seperti kita pada umumnya, tunggu berpikir dulu, mempertimbangkan resikonya, konsultasi sana – sini, minta diberi cukup waktu untuk merenung dan banyak alasan lainnya. Maria, tidaklah demikian. Jiwanya sudah siap sedia dan bersedia menanti Tuhan datang menyatakan kehendak-Nya. Maka jawabannya adalah fiat,  Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.

Indah sekali jika merenung tentang kesiapsediaan Maria  dan juga bapa Yosef.Sudah sangat jelas, mereka tahu diri, siapakah mereka di hadapan Allah? Hanya seorang hamba, hamba TUhan. Karena memosisikan diri sebagai hamba, mereka tahu dan sadar, bahwa hamba memang menunggu perintah dan hanya melakukan apa yang dikehendaki tuannya, selebihnya tidak. Hamba tidak memiliki hak dalam rumah tuannya. Maria dan Yosef sadar, kehidupan mereka di dunia, milik Allah. Allah pemilik dan pengendali kehidupan, Tuan atas kehidupan. Kesediaan yang diungkapkan secara verbal, yang diterima dengan hati, diamini dan diimani Maria, langsung diwujudkan, direalisasikan, dikerjakan oleh Allah dalam dirinya. Maria setia bertanggung jawab atas jawaban kesiapsediaan itu sungguh menjadi nyata dalam seluruh kehidupannya sampai akhir.

Demikian pula Yosef, yang  kita yakini hamba setia nan tulus hati, yang bergegas melakukan segala yang dikehendaki Allah, mesti berita Allah “hanya” melalui mimpi. Inilah realitas  hamba-hamba yang siap sedia, dalam tidur pun jiwanya terjaga untuk mendengar kehendak Allah. Sehingga waktu bangun tidur, langsung melakukan segala yang dikehendaki Allah.

Dan meyakini bahwa apa yang dibuat, dilakukan dialami oleh Maria dan Yosef, dilihat, dialami dan dirasakan oleh Yesus kecil sebagai kanak-kanak dalam keluarga. YEsus pasti melihat, bagaimana Maria melayani Yosef setelah pulang bekerja dari bengkel kayu, pasti Maria mengikat pinggangnya, mungkin membasuh kaki dan tangan Yosef yang kotor, menyajikan makanan yang sudah tersedia dan melayani Yosef makan. Suatu pemandangan yang sangat indah dan dilihat Yesus kecil, setiap hari. Dan pasti membawa sukacita untuk Yosef , Maria dan akhirnya saya yakin Yesus kecil juga membantu ibu-Nya melayani Yosef. Dan kelak setelah cukup besar, dan bekerja sebagai tukang kayu selama bertahun-tahun sebelum tampil di hadapan umum, Yesus mendapat perlakuan yang sama dari ibu-NYa Maria yang melayani ketika pulang bekerja dari bengkel kayu. Betapa indahnya pengalaman kesiapsediaan melayani di rumah  Nasaret dan sangat menyenangkan hati Allah.

Yesus sendiri juga melayani murid-murid-Nya dan begitu banyak orang banyak yang datang kepada-Nya dalam karya pewartaan-Nya. Jauh sebelum tampil mewartakan KErajaan Allah, di rumah Nasaret YEsus telah terbiasa melayani ayah ibu-Nya, melayani para pelanggan di bengkel kayu tentu saja. Pengalaman siap sedia melayani dan setia melayani dalam hal-hal sederhana yang dimulai dari rumah Nasaret telah membawa sukacita besar. bagi saya, Yesus mengambil contoh dan perumpamaan yang tidak hanya diketahui atau dllihat-Nya tetapi dialami-Nya sendiri dan Dia sendiri adalah hamba yang siap sedia dan taat sampai wafat di kayu Salib. Dalam dialog dengan para murid- Nya , YEsus memberi teladan dengan melayani, bahkan membasuh kaki para rasul-Nya,” Aku ada di tengah-tengahmu sebagai pelayan. Saya mengimani, sampai hari ini Yesus tetap siap sedia melayani dari surga mulia, bahkan melalui Roh-Nya yang diam dalam hati kita, melayani dengan menjawab doa-doa kita, menyertai kita, sebab Dialah Imanuel , Allah yang menyertai dan melakukan segalanya untuk kita.

Keindahan hidup di dunia ini, terletak pada kesiapsediaan, kerelaan hati untuk saling melayani sebagai hamba seperti yang diteladankan Keluarga Kudus  Nasaret, mulai dari dalam rumah mereka. Ukuran pekerjaan dan pelayanan seorang hamba bukan sekedar patokan kebiasaan manusiawi yang mengedepankan profesionalitas dan kesuksesan. Tapi, dari rumah Nasaret, kita belajar siap sedia sebagai hamba yang bekerja dan melayani dengan setia sesuai patokan Kerajaan Allah yakni, “Siapa yang lebih besar, dialah yang semestinya lebih dulu dan lebih banyak serta lebih bersegera untuk melayani.

Oh,Keluarga Kudus Nasaret, terima kasih atas teladan kesiapsediaan dan kesetiaanmu sebagai hamba Allah yang saling melayani dari rumah Nasaret. Ajarilah kami saling melayani mulai dari rumah kami masing-masing dan komunitas tempat pelayanan kami. Berilah kami hati seperti  seorang hamba yang melayani sesuai patokan Kerajaan Allah. *hm