Bacaan harian Senin, 23 Oktober 2023 dari Iniil Lukas 12 : 13 – 21  tentang Orang kaya yang bodoh. Saya sangat  tertarik dengan ayat 20 – 21. “Tetapi Firman Allah kepadanya : Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan  harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.

Saya merasa ditegur dan diingatkan oleh Tuhan melalui firman ini. Berbagai peratanyaan berkecamuk dalam benakku. apa yang aku lakukan selama ini? Harta apa yang kukumpulkan, harta duniawi atau harta surgawi? Setiap hari nampak sibuk dengan berbagai-bagai hal, dengan pekerjaan  pelayanan. Semuanya baik adanya, namun apakah yang mendasari atau memotivasi saya untuk melakukan semua itu? Untuk kemuliaan Tuhan atau untuk pemenuhan keinginan, kesenangan atau kesukaanku sendiri atau untuk orang-orang yang kukasihi? Adakah yang kugenggam erat-erat dan sulit kulepaskan, entah itu pekerjaan yang menyenangkan, hobi yang  kusukai, orang-orang yang kusayangi atau barang-barang kesukaan apa saja yang begitu kucintai, yang bahkan tidak boleh disentuh orang lain?  Benarkah, aku sungguh mengumpukan harta surgawi sebagaimana yang memang kurindukan, dengan amal bakti dan cinta kasih, ketaatan dan melulu untuk kemuliaan Tuhan? Atau jangan-jangan, hanya sebuah impian palsu yang pada akhirnya berujung pada diriku sendiri saja.

Rasanya, Tuhan membuka pikiran dan hatiku untuk melihat semua itu dan menawarkan sebuah jalan pembaharuan yang mesti kumulai dengan pertobatan pribadi yakni mawas diri, periksa batin, diskresi atau apapun istilahnya, untuk membaharui diriku. Sebab ketika aku mengira sudah berbuat baik, nyatanya begitu banyak kekurangan sana-sini. Apalagi jika aku tidak berbuat sesuatu yang baik, benar dan berkenan kepada  TUhan.

Merenung lebih dalam, aku teringat teladan agung dan favoritku, Keluarga Kudus Nasaret, Yesus Maria Yosef. Harta apakah yang mereka punyai di dunia ini? Mereka hanya memiliki satu-satunya harta yakni Yesus. Mereka miskin barang materi tetapi kaya berkat Ilahi, karena mereka memiliki YEsus dalam keluarga mereka yang adalah Allah, yang memiliki segalanya. Bagi Maria dan Yosef, memiliki Yesus, sudah leboh dari cukup, sebab itulah kerinduan mereka selamanya. Maka ketika kehilangan Yesus beberapa waktu saja  ( kisah Yesus ditemukan di  Baitu Allah) bdk Lukas 2 : 41-52, mereka sangat cemas mencari-Nya.

Hatiku disapa secara khusus, apakah aku sungguh memiliki Yesus dalam hidupku? Apakah Yesus hidup dalam hatiku? Kalau aku mengakui-Nya ada dan hidup, apakah buktinya? Apakah aku setia mendengarkan Sabda, tekun merenungkan dan setia melaksanakannya? Sebab jika aku memiliki Yesus, minimal aku hidup dalam damai dan penuh sukacita dalam pelayanan, saling berbagi dengan penuh kegembiraan, hidup bersama dalam persaudaraan, tidak mementingkan kepentingan diri dan kelompok yang kusenangi saja. Kalau Yesus dan Sabda-Nya hidu dalam diriku, minimal aku seperti Maria dan Yosef, patuh setia pada perintah Allah, siap sedia menderita demi kebenaran, hidup sederhana dan secukupnya saja, tidak menumpuk barang materi yang remeh- temeh, atau menginginkan hal-hal yang bahkan menghambat Sabda Yesus hidup dalam diri dan karyaku.

Aku ingat Litani Keluarga Kudus, yang miskin barang materi tetapi kaya berkat Ilahi. Bukan mereka tidak mau barang materi yang pasti diperlukan dalam hidup sebagai manusia, tetapi mereka menggunakan sejauh dibutuhkan. Tak mengherankan langkah kaki mereka ringan melakukan kehendak Allah, karena hidup tanpa beban  barang-barang, kuasa atau jabatan tertentu yang dipercayakan, padahal jelas-jelas Maria dipercaya sebagai Bunda Yesus juru selamat dunia, dan Yosef dipercaya sebagai Bapa pengasuh Yesus dan pendamping Maria. TEtapi mereka tidak berfokus pada apa yang diberikan sebagai anugerah, tetapi berfokus pada Yesus yang hadir dalam keluarga mereka.

Hatiku berbisik lirih, sungguh, betapa cerdas dan bijaknya Keluarga Kudus di dunia ini dan betapa kaya di hadapan Allah. Aku sudah puluhan tahun mengenal Keluarga Kudus, dan berikrar untuk meniru teladan Keluarga Kudus dalam segala hal, dalam spiritnya, termasuk hidup sederhana dan belajar menjadi kaya di hadapan Allah.

Hari ini, aku benar-benar merasa Yesus mengingatkaan aku, “Hai, kau orang bodoh, apakah yang kaulakukan selama ini? Untuk siapa? Untuk dirimu atau kemuliaan Allah?” Aku mengakui dengan jujur, memang aku bodoh bahkan terlalu bodoh, dan aku merasakan, banyak juga teman-temanku juga bodoh seperti aku bodoh, mengumpulkan harta dunia dengan segala cara dan kesibukan, sampai mengabaikan atau bahkan menelantarkan Tuhan, yang siang malam pagi petang, sepanjang waktu dan masa, menantiku aku untuk duduk di kaki-Nya, memandang-Nya, berdialog dengan-Nya, mendengarkan-Nya. Dan sepertinya dunia ini penuh dengan orang-orang bodoh yang dimaksudkan Yesus dalam Injil hari ini. Kumohon dan sujud di kaki-Nya, TUhan kasihanilah aku orang  bodoh dan berdosa ini. Kasihanilah kami dan ampunilah kami orang bodoh dan berdosa ini. Kami percaya akan kuasa kasih kerahiman-Mu, yang tidak pernah menolak siapapun yang mau datang dan mengakui kebodohan dan keberdosaan di hadapan-Mu, yang berjanji mau berubah supaya hidup berbuah dan menjadi kaya di hadapan Allah.

O, Keluarga Kudus Nasaret Yesus, Maria, Yosef, yang miskin barang materi dan kaya berkat Ilahi, doakan kami, tuntun kami, bimbing kami untuk berani melepaskan genggaman barang dan sesuatu atau seseorang dan apapun yang tidak berguna untuk keselamatan jiwaku dan jiwa sesama.Biarkan aku lepas bebas dari segala keterikatan, supaya hati dipenuhi dengan rahmat untuk berjuang lebih keras dalam tuntunan Roh Kudus menjadi kaya di hadapan Allah, seperti yang diteladankan oleh Keluarga-Mu yang Kudus. Doakan kami ya Keluarga Kudus, agar kami semakin menjadi keluarga Allah. *hm.