Sharing renungan BHSF 1649 – 1651 *

Ayat BHSF  yang berkesan 🌟

BHSF 1650

_(C) Jumat pertama.Ketika aku mengambil mingguan Poslaniec Serca Jezusowego  📰(Mingguan yang diterbitkan oleh Ordo Yesuit di Krakow) dan membaca laporan mengenai kanonisasi St. Andreas Bobola, jiwaku tiba-tiba dipenuhi dengan kerinduan yang amat besar agar Kongregasi kami pun memiliki seorang Santa,dan aku menangis seperti anak kecil bahwa tidak ada santa di tengah-tengah kami. (1650)

(D) Maka aku berkata kepada Tuhan, “Aku mengetahui kemurahan-Mu, tetapi aku merasa bahwa Engkau kurang murah hati kepada kami.” Dan sekali lagi aku menangis seperti anak kecil.Maka Tuhan berkata kepadaku, “JANGAN MENANGIS, ENGKAULAH SANTA ITU.” (1650)

(E) Kemudian terang Allah menyinari jiwaku,  dan aku diberi tahu betapa banyaknya aku harus menderita.Maka aku berkata kepada Tuhan, Bagaimana itu akan terjadi? Engkau telah berkata kepadaku mengenai kongregasi lain.” (1650)

📖😇 BHSF 1650

Dan Tuhan menjawab, “BUKANLAH URUSANMU BAGAIMANA HAL ITU AKAN TERJADI.TUGASMU ADALAH BERSIKAP SETIA KEPADA RAHMAT-KU DAN SELALU MELAKUKAN APA YANG ADA DALAM BATAS KEMAMPUANMU DAN APA YANG DIZINKAN OLEH KETAATAN UNTUK ENGKAU LAKUKAN.” (1650)

Relevan KS:

1 Petrus 1 : 15 – 16

Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

Matius 5 : 10 :Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

Relevan BHSF:

BHSF 1571 : Memang, engkau adalah seorang Santa. Tidak lama lagi Aku sendiri akan membuat hal ini nyata di dalam dirimu, dan mereka akan mengucapkan kata yang sama, seorang santa, hanya saja kali ini diucapkan dengan penuh cinta.

BHSF 1244 : “Putriku, dengan tegas aku menganjurkan agar engkau dengan setia memenuhi semua kehendak Allah karena itulah yang paling menyenangkan dalam pandangan-Nya yang Kudus. Aku sangat rindu agar engkau menjadi unggul dalam kesetiaan memenuhi kehendak Allah.Tempatkan kehendak Allah di atas semua mati raga dan pengurbanan.

❇️ Sharing Renungan

Faustina sungguh-sungguh merindukan surga.Cita-citanya menjadi seorang santa, seorang yang sempurna dalam cinta kasih, yang hidup dalam kebenaran Sabda Allah  demi kemuliaan Allah. Bukan hanya sekedar impian suci atau angan-angan palsu, tetapi sungguh suatu hasrat hati yang murni yang sebenarnya merupakan rahmat Tuhan sendiri. Kiranya cita-cita  Faustina menjadi orang Kudus, bukanlah berlebihan, sebab memang Allah sendiri menghendaki kita hidup kudus seperti Allah sendiri yang setia dan Kudus adanya.

Betapa berkobar-kobarnya kerinduan ini sampai menangis merengek seperti anak kecil. Faustina merengek, meminta  agar Allah lebih murah hati kepada Kongregasinya dengan memberi mereka seorang Santa. “Maka aku berkata kepada Tuhan,Aku mengetahui kemurahan-Mu, tetapi aku merasa bahwa Engkau kurang murah hati kepada kami.” Dan sekali lagi aku menangis seperti anak kecil. Maka Tuhan berkata kepadaku, JANGAN MENANGIS, ENGKAULAH SANTA ITU.” (1650) “ Kemudian terang Allah menyinari jiwaku, dan aku diberi tahu betapa banyaknya aku harus menderita.

Suatu sifat kekanak-kanakan suci  yang begitu murni hati, dengan rasa ketergantungan penuh  kepada Allah sebagai Bapa yang pasti akan memberi dengan berlimpah bagi yang merindukan, mempercayai, serta  mengandalkan-Nya. Nyata, kerinduan Allah berpadu dengan kerinduan dan impian Faustina. Allah menghendaki anak-anak-Nya sempurna dan Kudus.

Merenung BHSF 1650, betapa saya tercengang  dan mengagumi iman dan harapan Faustina yang melampaui daya insani. Kerinduan menjadi santa yang sekaligus menuntut standar kesalehan yang lebih, kesucian hidup, kesetiaan  dan siap menderita. Saya tertegun menyadari diriku tidak memiliki cita-cita menjadi santa. Merasa sudah cukup jadi orang baik, dan berharap meninggal dengan bahagia. Ada perasaan manusiawi, mustahil jadi kudus. Saya tidak yakin diri bahkan untuk memohonnya pada Tuhan.

Ketidakyakinan diri yang sekaligus memperlemah keyakinan iman akan Allah dan kehendak kudus-Nya. Suatu bukti bahwa saya belum sungguh-sungguh mengandalkan Allah dalam realita hidup untuk impian kudus ini. Padahal saya dan semua orang yang sudah dibaptis memiliki peluang yang sama untuk menjadi kudus. Sebab Allah sendiri menghendaki, namun saya sendiri kurang tanggap akan kehendak Allah dan kebenaran Firman-Nya.

Misteri  kerahiman  Ilahi dari kemahakuasaan kasih Allah dengan rahmat yang berlimpah rua belum sangat merasuk dalam tubuh, jiwa dan  Rohku untuk membangkitkan hasrat dan daya ilahi yang masih lelap tertidur dalam jiwaku yang rapuh. Kisah kasih orang Kudus masih sebatas membuat kagum, dan turut bersyukur, namun belum menyentuh nurani, menjamah jiwaku yang membuat aku bergegas dan bersemangat untuk meniru teladan kekudusan Faustina dalam menyenangkan hati Tuhan dengan berdoa, dan berkorban.

Bagiku, tampaknya penghalang utama adalah kurangnya pemahaman iman akan kehendak Kudus Allah, tidak berani untuk berdoa dan mohon,  enggan melepas keindahan dan kenikmatan dunia, kurang beriman pada Allah dengan sungguh-sungguh.  Tidak berani hidup sesuai dengan standar kebenaran Firman, kesalehan hidup dan kesetiaan pada komitmen. Kurang berani dan mau menderita sebagai tanda nyata saya tidak benar-benar memperjuangkan dan mempertahankan kebenaran Kristus dalam hidupku. Sebab hidup benar dan berjuang untuk kebenaran pasti menderita. Saya belum rela menerima hadiah apa saja yang dibawa Tuhan, sukacita atau derita, sama saja  asalkan kehendak Allah terlaksana dengan sempurna. Masih pilih hadiah  yang baik dan mudah, dan menolak kesengsaraan dan derita yang merupakan suara kodrati insaniku.

Kisah Faustina ini menyentil rasa hatiku, dan membangunkan kesadaran jiwaku. Aku harus rendah hati dan  berani meminta rahmat untuk hidup Kudus sesuai kehendak Kudus Allah. Aku mesti berani mematikan suara  kodrati agar lebih jernih mendengar Sabda kebenaran dan mengimaninya dan mengamalkan dalam hidupku. Aku mesti berani berjuang dalam batas kemampuanku untuk setia. Berjuang untuk taat dan setia pada kehendak Kudus Allah sehari demi sehari. Meski lemah, selalu  jatuh dan gagal lagi, saya harus tetap  bangun dan berjuang lagi, untuk berjalan terus  bersama Tuhan. “TUGASMU ADALAH BERSIKAP SETIA KEPADA RAHMAT-KU DAN SELALU MELAKUKAN APA YANG ADA DALAM BATAS KEMAMPUANMU DAN APA YANG DIZINKAN OLEH KETAATAN UNTUK ENGKAU LAKUKAN.” (1650)

Mulai dari hari ini terutama dalam saat-saat menjelang pekan Suci, biar hatiku terbuka siap untuk menerima rahmat kebangkitan dan hidup baru dalam Kristus. Memang aku lemah, tapi Yesus adalah andalanku, Dia Tuhan dan Juruselamatku.

❇ Refleksi

❣Apakah aku merindukan hidup sempurna atau Kudus di hadapan Allah??

❣Dalam aspek apa aku butuh bantuan rahmat istimewa dari Tuhan untuk berjuang menjadi sempurna dalam cinta kasih?

❣Bagaimana saya mengelola penderitaan jadi berkat dan menata batinku untuk menerima kesukaran hidup sebagai hadiah dari Tuhan sebagai sarana kekudusan  dalam hidup sehari-hari??

❇ Doa  :_Tuhanku dan Allahku, terima kasih atas rahmat dan kesempatan untuk menjadi sempurna. Bantu aku dengan rahmat-Mu agar mengimani sabda kebenaran-Mu dalam hidupku. _